Mata hitam menunduk takut, keringat mulai bercucuran, disertai darah menetes di dahi. Air mata, merembes keluar tidak bisa ditahan, tetapi mulut masih kokoh merapat. Tidak mengeluarkan suara. Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi tipis, saking nyaris tidak memiliki daging. Dibalut kulit kecokelatan, menonjolkan tulang pipinya. Meski pipi tipis kurang gizi ditampar, gadis itu masih mendiam. Tampak, seorang gadis sedikit dewasa, mendekati gadis yang berlutut menerima tamparan. Memasang ekspresi polos, akan halnya, sorot mata penuh keangkuhan. "Apa kamu yang mencuri jepit rambut Kakak?" nada selidik. Jauh di lubuk hati perempuan itu, menyimpan senyum. Mungkin, tawa menghiasi ruang hatinya. Terlihat lagi, ada seorang gadis lebih muda mendekat.
Rumbai-rumbai cahaya, menerebos pintu kayu kuning keemasan. Menemani, dua orang di tengah halaman. Ukiran kayu yang cantik nan rumit, inilah keindahan. Tertata, buah dan bunga di meja. Aroma kantung bunga lavendel, terus menari di udara. Sungguh disayangkan, untuk keadaan saat ini, harus ada suara penuh minat. "Kamu harus segera mencari wanita, yang bisa mengamankan dan mengokohkan posisimu. Mengerti!" suara seorang wanita penuh keinginan. Sedikit menekankan kata menikah.Lelaki di depannya, tetap menunduk dan tidak mengiyakan ataupun menolak. Kedua tangan menyatu, diletakkan di depan dada. Sedikit bungkukan, guna memberi hormat lalu pamit keluar.Tepat baru 2 langkah, mencoba melirik ke belakang, memperlihatkan ujung dagu dan ekor mata. "Saya tidak memiliki waktu luang untuk itu," ucapan
Gercikan air terpantul di bebatuan bisa di tangkap telinga Xiao li. Tanpa sadar, larian itu mengarah ke sebuah air terjun. Memang sengaja, 4 Pria itu mengiring Xiao li menuju ke air terjun. Kaki memberat, mau maju ada 4 Pria memasang seringai, siap menerkamnya. Mau mundur, ada jurang air terjun. Terlihat, dari atas tidak bisa melihat dasarnya. 'Bagaimana ini? Apa aku melompat saja, tapi aku masih ingin bersama Ibuku. Meski aku tidak berguna begini!' pikir Xiao li. Mulai memperlihatkan kerutan di dahi.Mereka berempat memiliki perawakan yang beragam. Bila disimpulkan para lelaki itu adalah kultivator tingkat 3 ranah 2. Mungkin dialah pemimpinya, badannya sedikit gemuk. Memiliki wajah kaku dengan warna kulit gandum. Sedangkan pria di sisinya, dia tinggi dan kurus. Auranya tidak terlalu menonjol, pasti baru tahap 2 awal. Kalau yang botak, dia pendek. Memancarkan tekanan yang kuat, tidak sekuat s
"Ssst! Aw, punggungku!"Lirih seorang gadis, mata tertutup, tangan kiri mencoba meraih pinggang. "Bentar, bantalan keras macam apa ini!" melengkingkan suara. Tangannya merasakan bulir-bulir keras di bawah punggung. Membuat punggungnya terasa sakit. Mencoba membangunkan diri, pandangan masih samar-samar. Naas, tubuh tidak mengikuti keinginan. Badan kecilnya, hilang keseimbangan dan tumbang. Kaki di atas, kepala di bawah, tepat di atas bebatuan."Akkkaaaagh!""Adududuh, pinggangku! Kaki siapa? Eh, sepatu macam apa itu? Lebih mirip boots dari modelnya. Kuno sekali," cibirnya. Menatap sebuah kaki di atas dibalut benda berwarna putih, tetapi berubah menjadi cokelat saking kotornya.
Semua angan-angan dipatahkan kucing hitam. Li xiao kembali ke kehidupan nyatanya. "Bentar-bentar aaakkkhhh," teriakan begitu nyaring. Baru menyadari kalau kucing hitam bisa bicara, mulut hatinya sudah berbentuk 0.Serasa ucapannya penuh ledek, "Sudah terlambat! Apa ini kehebatan Assassin? Sepertinya itu terlalu berlebihan. Huuh, dasar manusia tidak memiliki mata yang bagus!" sindir kucing hitam. Mengerti aksi terkejutnya. Sambil mengibaskan ekor dan membuang dagu penuh remeh terhadap Li xiao. Mulut Li xiao kembali komat-kamit, kesal akan ucapan itu, "Sialan, jika bukan dirimu yang menghampiriku! Apa aku akan berada di sini? Siapa si bodoh yang main melompatiku dan berakhir di sini?" tak kalah pedas balasan Li xiao.
Kupu-kupu berubah menjadi kecil, hinggap di telunjuk Li xiao dan menghisap darahnya. Cukup satu suntikan dan hisapan, mampu membuat Li xiao jatuh dari berdirinya. Matanya kian menutup dan tergeletak di bawah. "Hehehe aku menemukan Tuanku." "Bicara apa kau! Meow! Jika aku tidak membunuhmu sekarang, maka kamu menjadi saudaraku. Meow!" Memperlihatkan kuku. Swutt-swuth. Mencakar! "Hey! Hentikan kucing bodoh! Hentikan." Hushh!
Li xiao perlahan-lahan mengangkat kedua tangan, wajahnya sedikit ragu. 'Meski pria itu berlumur darah dan baju terkoyak. Aku bisa merasakan tekanan yang kuat mengintimidasiku. Tatapan mata itu tidak bisa didekati dan disentuh. Jika aku kabur dari sini? Sepertinya ide yang bagus hehe,' batin Li xiao masih mendiam. 'Bila kau kabur dari sini, jangan meninggalkanku,' balas Xia yu. "Ekkkhh!'' Erang Li xiao membuat pria ini semakin mendekatkan pedang. Hanya beberapa langkah dengan Li xiao. "Emmm," geram Li xiao kembali mendiam. 'Bodoh kita bisa mendengar pikiranmu! Maksudku, pikiran kita saling terhubung. Aku bisa me
Memperhatikan seorang gadis tegap dan berani berbicara kepadanya, pria ini menyunggingkan bibir. Lebih membentuk seringai lalu. "Bagaimana kau menyelamatkanku, sedangkan kau tidak bisa menyelamatkan diri sendiri?" Li xiao tidak bisa menjawab, omongan itu memang benar. Rupanya, Li xiao tidak kehilangan akal, dengan cepat memangkas otak. Agar pria ini percaya dengannya. 'Bagaimana caranya aku mengatasi pria ini? Aku baru bereinkarnasi, apa mau mati lagi? Ahh! Bisa-bisa orang lain yang tahu akan menertawaiku,' hati Li xiao. Tangan yang ke atas mulai menurun dan kian merapat satu sama lain. Membentuk genggaman di depan perut. Baru kali ini merasakan kegugupan. Tanpa sadar, meremas jari-jarinya hingga tidak sengaja. Telunjuk kiri, menyentuh cincin Ruby di telunjuk kanan.