“Tuan Sanders, tunggu!” Seorang wanita tergopoh berlari menyusul langkah tergesa Bryan yang dengan terpaksa menghentikannya seketika saat wanita itu kini telah berdiri di hadapannya.“Ada apa lagi, Tamara?”“Maaf, Pak. Tapi Tuan Hashimoto ingin bertemu denganmu sekarang juga.”“Tsk! Katakan padanya aku tak bisa menemuinya sekarang. Aku sedang memiliki urusan yang lebih penting.”“Tapi, Pak—““Tamara, lakukan saja apa yang kuperintahkan. Aku bosmu di sini dan aku tidak menerima penolakan. Jangan terpengaruh pada segala ancamannya karena aku yang nanti akan menghadapinya.”Bryan membiarkan sang asisten sementara ia bergegas menuju ke lahan parkir dan mengendarai mobil seperti orang kesetanan.Ia tak mengerti mengapa dirinya harus peduli pada kondisi wanita yang telah menghancurkan hatinya. Mungkin bukan Shienna yang tengah ia pedulikan saat ini, melainkan bayi yang Shienna kandung dan segala yang terjadi hari ini membuatnya tak bisa berhenti memikirkannya.Bryan mencoba menghubungi pons
“Anda harus menunggu Tuan Sanders tiba, Tuan Hashimoto. Ini tidak boleh Anda lakukan tanpa izin darinya.” Beberapa pegawai berusaha menghalangi seorang pria yang berusaha merangsek masuk ke ruang kerja Bryan, tepat bersamaan dengan kedatangan Bryan.Ia lantas segera menemui pria itu dan berhadapan langsung setelah sekian lama berusaha menghindar darinya.“Biarkan dia masuk,” ujar Bryan, memberi isyarat pada tamunya untuk mengikutinya ke dalam ruangan. “Silakan duduk dan segera katakan tujuan kedatanganmu, Jun. Aku tak punya banyak waktu.”“Ow ... seperti itukah sikapmu menyambut kawan lamamu ini, Bryan? Kau mengabaikan email dan proposal yang kuberikan padamu.”“Aku sudah memberikan jawaban.”“Dan aku sudah menegaskan kalau aku tidak menerima penolakan.” Jun Hashimoto meninggikan intonasinya kala mendengar pernyataan Bryan yang jelas terdengar menghindarinya. “Kau berhutang padaku, Sanders. Jangan lupakan itu.”“Berapa yang kau mau?”“Woho ... sang billionaire yang sangat berani. Kau
Bryan bangkit dari tidur yang hanya beberapa jam, karena semalaman ia mencari Shienna ke mana-mana. Tetap saja, hasilnya nihil. Ia meraup wajahnya dengan kasar, memikirkan kembali perkataan Jun yang membuatnya terjaga semalaman dan tidur ketika ayam jantan sudah berkokok.Ia bangkit tak bersemangat. Tak ada kabar dari Shienna selama dua hari, sejak ia pergi meninggalkan para petugas polisi dan detektif yang tengah melakukan penyelidikan di penthouse-nya. Apakah memang Shienna telah mengatur siasat agar bisa melarikan diri darinya?Langkah kakinya tak beraturan, menuju ke ruang kerja, lalu terduduk memandangi seisi ruangan. Ada perasaan kesal yang terus berdesakan dalam dada yang membuat Bryan kembali mengingat Shienna.Di mana Shienna berada saat ini? Apakah benar bahwa seseorang telah menculiknya? Ataukah memang keinginannya sendiri untuk pergi? Jika memang ada yang berusaha mencelakainya, kemungkinannya hanya satu, Jun Hashimoto. Hanya pria itu, karena Selena bahkan tak akan sanggu
Tatapan Bryan masih tajam tertuju pada sang istri yang tidak memasang ekspresi apa pun. Dingin seolah tanpa perasaan. Ia jadi bertanya-tanya, ke mana Shienna yang suka mengomel dan selalu membuat telinganya panas padahal pernikahan mereka baru berjalan beberapa kurang dari satu bulan.Sementara itu, pria lain justru tengah menarik ujung bibirnya, menyungging sinis dan penuh kemenangan. Bagaimana bisa Bryan berkonsentrasi pada urusan yang akan mereka bahas jika ada banyak pertanyaan tengah berdesakan di kepalanya?“Shienna!”“Tuan Sanders, ayolah. Kita akan membahas masalah bisnis. Jangan campurkan dengan masalah pribadi,” ujar pria itu dengan nada yang terdengar sumbang di telinga Bryan. Sementara wanita yang duduk di samping pria itu, masih menatap Bryan lekat, tapi tanpa ekspresi.“Mengapa aku mencampurkan dengan masalah pribadi, karena ada istriku di antara kita. Jika kau ingin aku memusatkan perhatian pada masalah ini, maka biarkan dia pulang.”“Hoho ... tidak bisa begitu, Tuan Sa
Shienna memandang mata Jun dalam-dalam. Ia tak menyangka hal itulah yang pria itu inginkan. Ia tahu bahwa Jun memang menaruh hati padanya sejak lama, tetapi, merebut istri dari sahabatnya, sepertinya bukan karakter Jun.Pastilah ada sesuatu yang tengah ia rencanakan dan tentu saja itu untuk menghancurkan Bryan. Bisa jadi ia telah memegang kartu As Bryan sehingga begitu berani memberikan penawaran yang tak pernah Shienna duga.Shienna terbahak seketika dan mendorong dada jun menjauh darinya.“Aku tak pernah menyangka kau orang yang begitu melankolis, Jun. Kau pasti tidak serius dengan perkataanmu, kan?” Shienna menilik kuku-kuku bermanikur cantik, lalu kembali memusatkan atensi pada pria di hadapannya. “Jangan bercanda denganku, Jun. Aku tidak suka itu.”“Kau masih saja mengira perkataanku ini sebuah lelucon.” Jun menyergah kesal. “Apakah kau melakukan hal itu juga terhadap Bryan? Pernahkah selama ini ia mengatakan kalau ia mencintaimu?”Pernahkah? Shienna juga tak ingat kapan terakhir
Bryan tak bisa memaafkan sikap dan perbuatan Shienna terhadapnya. Ia tak pernah sekali pun tidur dengan wanita-wanita yang ia panggil ke penthouse, tetapi mengapa Shienna mengkhianatinya?Sudah tiga gelas vodka ia tenggak habis. Namun, ia masih belum ingin pulang. Meski memiliki segalanya, tetapi Bryan merasa kesepian berada di penthouse seorang diri. Sejak kehadiran Shienna di dalam kehidupannya, segalanya berubah. Setidaknya ada seseorang yang akan ia temui ketika tiba di rumah. Tidak seperti sekarang.Akan tetapi, terus-menerus mengingat Shienna hanya menyakiti batinnya. Apa lagi sekarang rencana wanita itu? Apa yang membuatnya memilih Jun padahal ia dulunya sangat antipati terhadap pria itu?Hal-hal semacam itu tak henti memenuhi kepala Bryan. Membuatnya tak bisa berkonsentrasi. Ia tak ingin menyerah begitu saja dan membiarkan Jun memiliki Shienna.“Pak, Anda sudah terlalu mabuk. Ayo, aku akan mengantar Anda pulang,” ujar seseorang yang sejak tadi mengawasi dari kejauhan.Bryan me
“Bryan!” Shienna menghambur ke arah Bryan yang tergolek di tanah, sementara Jun yang tak menyangka anak buahnya akan melakukan tindakan gegabah. “Bryan, bangun. Kumohon buka matamu.”Shienna membeku sesaat, kemudian menoleh pada Jun dan bangkit mendekat ke arah pria itu. Shienna melayangkan tamparan yang mendarat telak di pipi kiri Jun.“Apakah kau sudah gila? Bagaimana jika dia mati, Jun?!”“Bukan aku yang melakukannya. Lagi pula, jika dia mati, maka tak ada lagi penghalang bagi kita, Ashira. Kau tidak perlu melakukan apa pun untuk terbebas darinya. Aku sudah tahu isi surat kontrak darinya yang telah kau tanda tangani. Kau tak akan pernah bisa lepas darinya.”“Tapi tidak dengan cara seperti ini, Jun! Aku bisa melakukan dengan caraku.”Shienna tak menunggu jawaban Jun, melainkan langsung menuju ke arah Bryan yang masih tergolek lemah. Edward tengah menghubungi ambulance untuk membawa Bryan, tetapi Shienna tak sabar karena terlalu lama menunggu.Ia bergegas menghampiri Jake yang mematu
Tubuh Shienna melorot ke lantai, lemah seakan tak bertulang. Jun memang tak jadi memaksa dan melampiaskan hasrat padanya. Namun, tetap saja, pria itu telah melakukan hal di luar kehendak Shienna. Ia tak kuasa menahan amarah yang membuncah akibat perlakuan Jun terhadapnya.Akan tetapi, Jun segera berjongkok dan meraih Shienna ke dalam rengkuhannya.“Maafkan aku, Ashira. Aku tidak seharusnya melakukan ini terhadapmu,” ujarnya yang membuat Shienna membeku dan bertanya dalam hati, orang seperti apa yang sedang ia hadapi saat ini.Shienna tak menolak ketika Jun membantunya berdiri lalu menggendong dan membaringkannya di ranjang. Shienna tak ingin melakukan perlawanan, karena tak ingin menjadi sasaran kegilaan lain Jun. Ia ingin memeriksa kondisi Bryan, maka ia harus bermain cantik agar bisa membebaskan diri dari pria gila itu.Jun kemudian bangkit setelah mengecup tangan Shienna, menoleh sebentar memastikan kalau kondisi Shienna akan baik-baik saja tanpanya, lalu melangkah pergi tanpa meng