“Ini semua gara-gara si jamur merah muda. Kami bahkan tidak saling mengenal. Tapi dia bersikap sok akrab dan menyentuh rambut saya tanpa permisi.”“Nona Muda, Anda harus memberi keadilan untuk saya!” adu Leon. “Jamur merah muda?” kening Kalista sedikit berkerut saat bertanya. “Itu benar. Dia gadis aneh dengan rambut dan mata merah muda. Mengingatnya saja sudah membuat saya merasa kesal setengah mati.” ucap Leon. Kali ini, Kalista dengan keras menjambak rambut yang sebelumnya Ia belai dengan lembut. “Aduh..”“Aduh..”“Nona Muda. Itu sakit.” Leon yang semakin manja dengan Kalista mengaduh kesakitan. Meski pada kenyataannya, hal seperti itu tak bisa benar-benar menyakiti ksatria muda seperti dirinya. “Sakit?”“Itu bagus. Hal seperti itu dibutuhkan untuk mengasah indramu yang tiba-tiba tumpul.” balas Kalista sinis. Tangan gadis itu masih mencengkeram kuat pada helai hitam milik Bungsu Keluarga Lunox. “Sakit, Nona Muda.”“Tolong maafkan saya. Saya mengaku bersalah.” ucap Leon setulus
“Nona Muda, saya merasa kesepian jika makan seorang diri. Bisakah saya meminta kemurahan hati Nona untuk membiarkan saya makan malam di depan kamar Nona Muda?” suara dari luar kembali terdengar. “Tidak boleh.” “Lakukan saja di depan kamarmu sendiri.” balas Kalista. “Saya mengerti, Nona Muda.” “Maksud ucapan Anda adalah Anda tidak akan membiarkan saya makan ataupun tidur tanpa mendapat maaf dari Nona Muda terlebih dahulu.” “Anda tak perlu khawatir Nona Muda. Saya tidak akan mengecewakan Anda.” “Mulai saat ini, saya tidak akan makan, tidur bahkan membersihkan diri tanpa persetujuan dari Anda. Saya akan terus menunggu Anda memaafkan saya. Jika perlu, saya akan terus menunggu Anda sampai saya tua ataupun ajal menjemput saya terlebih dahulu.” kata-kata penuh pengabdian diucapkan. Kalista yang tidak sanggup lagi mendengar omong kosong pemuda di luar pintu, “Granet, suruh dia masuk.” “Baik, Nona Muda.” Granet membalas sopan. Tidak lama setelahnya, suara keras terdengar. Kalista yang
Kereta yang indah, kuda-kuda jantan yang kuat, dan simbol elang yang tengah mengibarkan kedua sayapnya. Sekali melihat, orang-orang akan tahu jika kereta itu milik Keluarga Duke Ruliazer yang terkenal. Di pagi yang cerah, kereta Keluarga Ruliazer telah terparkir di halaman luar akademi. Bersama dengan kereta-kereta dari keluarga lain, kereta tersebut tetap terlihat mencolok. Mengingat ini adalah hari kedua ujian, halaman luar akademi Royal Sun masih ramai seperti sebelumnya. Namun, ada hal yang berbeda dari sebelumnya. Sesuatu yang membuat bahkan para peserta ujian yang gugup menunggu di kereta masing-masing.Dan itu semua karena kereta Keluarga Ruliazer. Hari sebelumnya, kereta itu hanya memiliki satu penumpang. Dan sekarang, mereka melihat ada orang lain yang turun dari kereta. Seorang pemuda tampan berambut hitam. Bukan itu saja. Dia juga orang yang sama dengan sosok yang membuat akademi heboh pada hari pertama ujian. Hal tersebut dikarenakan warna matanya yang tidak biasa. No
“Selamat pagi semuanya. Saya Rayhan Lavani. Profesor yang akan membimbing kalian untuk melakukan ujian praktek.”“Mulai dari sini, saya akan mengambil alih. Mereka yang namanya dipanggil bisa langsung memasuki pintu di depan.” “Satu hal lagi. Mereka yang telah menyelesaikan ujian praktek bisa menunggu di luar ruangan. Akan ada pengumuman lain setelah semua orang menyelesaikan ujiannya.” Profesor Ray hanya memberi penjelasan. Tak ada sesi tanya jawab yang diadakan. Lelaki yang ditaksir berusia tiga puluhan itu tampak membetulkan kaca matanya, sebelum mulai membuka sebuah file dokumen. Nama pertama dipanggil. “Nicolas Vener.”Setelahnya, seorang pemuda berambut merah berdiri tegap. Sebelum mulai berjalan dengan tangan dan kaki yang sejajar. Bukti jika pemuda itu sangat gugup. Semakin lama, semakin banyak pula nama yang dipanggil. Belajar dari pengalaman, peserta ujian yang lain memastikan mereka berjalan dengan cara yang benar. Semua orang tidak mau seperti peserta pertama yang berj
“Kalista Ruliazer.”Ketika nama itu dipanggil, semua orang secara serempak segera menengok ke satu arah. Sudah menjadi rahasia umum jika pemilik nama belakang Ruliazer itu mempunyai manik lavender yang didambakan oleh para penyihir. Itu sebabnya semua orang memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap gadis muda tersebut. Meski pada kenyataannya, tidak sedikit pula yang menginginkan kejatuhan gadis itu. (Tap.) (Tap.) Langkah kaki Kalista masih tenang seperti biasa. Lagipula, ini bukan pertama kalinya dia menjadi pusat perhatian. Terlebih di kehidupan masa lalunya, semua orang selalu mengarahkan jari telunjuk mereka saat menyindirnya di depan umum. Jadi perhatian seperti ini bukanlah masalah besar untuknya. (Tap.) Kalista berhenti sejenak di depan pintu, mengambil nafas perlahan dan mulai membuka benda yang terbuat dari kayu tersebut. (Ceklek.) Begitu Kalista masuk, dia merasa seperti baru saja memasuki sebuah negeri dongeng. Rumput hijau membentang begitu luas. Semilir angin tera
“Maaf, Nona Muda Ruliazer. Tetapi, bukankah seharusnya Anda masih di dalam tempat ujian? Saya bahkan tidak melihat Nona Muda Ruliazer keluar dari pintu gedung sihir. Dan kemudian, Anda muncul begitu saja seperti ini. Apa Anda mendapat perlakuan istimewa tertentu?” sebuah suara terdengar penuh tuduhan. Di baliknya, seorang gadis berambut merah muda berbicara dengan nada yang tidak pelan. Meski biasanya semua orang hanya mendengar nada lembut dari gadis manis berambut merah muda tersebut, namun disaat menyalahkan orang lain, tentu semakin keras suara, semakin tinggi pula peluang untuk menang. Sebagai orang yang telah berhasil mendapat title sebagai primadona ibukota selama bertahun-tahun, tentu Roselia tahu bagaimana memanfaatkan situasi untuk keuntungan dirinya sendiri. “Ah, rupanya dia sudah belajar untuk menggunakan bahasa formal.” batin Kalista. “Sebelumnya, Nona Muda. Bagaimana cara saya memanggil Anda?” Kalista bertanya dengan tenang. Hening. Keheningan yang cukup canggung.
“Ini adalah hasil dari ujian praktek kalian hari ini.” “Untuk mereka yang namanya berada di layar merah, datanglah ke lapangan praktek dalam waktu tiga puluh menit.” “Untuk mereka yang memiliki nama di layar hijau, kalian bisa duduk di bangku penonton.” Setelah pengumuman tersebut dikatakan, suara bising segera memenuhi semua tempat. Dengan besarnya layar ilusi, semua orang dapat melihat nama siapa saja yang tertulis di kedua sisi. “Namaku di daftar hijau. Syukurlah.” “Tidak!!” “Kenapa aku masuk ke daftar merah.” “Bagaimana aku bisa gagal?” “Kenapa namaku bisa terletak di layar merah?” suara para peserta yang mengikuti ujian hari ini saling bersahut-sahutan. Di sisi lain, Kalista yang baru selesai memeriksa dua daftar di layar segera mengerutkan kening. Setelahnya, gadis itu melihat ke arah sang Profesor berdiri sebelumnya. Sayangnya lelaki itu sudah tidak berada di tempatnya. “Kemana Profesor Ray pergi?” batin Kalista. Saat gadis itu masih berpikir, Ia melihat segerombolan
“Duduklah.” titah Profesor Ray. Kalista yang diberi perintah, “Baik, Profesor.” Melihat itu semua membuat profesor dingin yang jutek itu mengangkat sudut bibirnya ke atas, “Kau tidak bertanya?” Pertanyaan yang dimaksud oleh Profesor di sini adalah alasan mengapa lelaki itu membawa sang nona muda ke bangunan kosong di dalam akademi. “Profesor pasti memiliki alasannya sendiri.” Kalista menjawab dengan sopan. “Hm. Hubungan antar manusia itu rumit. Sesaat seseorang bisa menjadi kawan, namun detik berikutnya, orang itu bisa berubah menjadi lawan.” “Seperti yang terjadi padamu hari ini. Pada awalnya semua orang bersikap bersahabat dan mengagumi. Namun jika ada sesuatu yang salah, mereka tidak akan ragu untuk mengarahkan jari dan meninggalkanmu begitu saja.” “Agar hal tersebut tidak terulang, lebih baik melakukan percakapan di tempat yang tidak ada orang. Tentu saja, aku sudah menggunakan sihir untuk menutupi keberadaan kita saat dalam perjalanan kemari.” Profesor Ray memberi penjelas