“Apa Anda tahu sesuatu tentang profesor yang ingin menjadikan Nona Kalista sebagai murid pribadi?” “Saya khawatir Anda akan ditipu karena tidak mengetahui apapun.” ucap putra mahkota lembut. Ekspresi pemuda itu masih ramah. Namun, entah bagaimana Kalista merasa adanya atmosfer yang memberatkan. Sebenarnya, kalimat yang diucapkan oleh pemuda di hadapannya sangat tepat sasaran. Bahkan setelah Connie mencari tahu lewat guild informasi, tak ada satupun yang berhasil menggali latar belakang Profesor Ray. Itu memang membuatnya agak terganggu, tapi bukan berati Ia akan memilih untuk berada di pihak putra mahkota hanya karena hal tersebut. “Karena kita bisa dibilang terhubung dalam ikatan pertemanan, saya akan memberitahu Anda beberapa hal. Bagaimanapun juga, saya sudah berada di Akademi ini lebih lama dibandingkan Nona Kalista. Jadi, saya mengenal beberapa profesor dengan baik.” “Pada dasarnya, profesor yang dapat memiliki murid pribadi adalah seseorang yang telah mencapai bintang 6 ke
“Kurang ajar!” seruan keras itu membuat Kalista tersentak. Setelah itu, sang nona muda merasakan gelombang sihir yang kuat. Sebelum Kalista dapat melakukan apapun, mana sihir lain telah terasa. Bedanya adalah, sebelumnya mana sihir yang Ia rasakan terasa tajam dan merusak. Sedangkan kali ini, Kalista hanya merasa kehangatan yang nyaman. Penasaran dengan apa yang terjadi, gadis itu memutuskan untuk berbalik. Begitu Ia melakukannya, Kalista dapat melihat pertarungan dua penyihir dari tingkat senior. Dan entah sejak kapan, selubung pelindung telah terbentuk di sekitarnya. Dari mana sihir yang terasa, Kalista tahu jika pelindung itu dibuat oleh pemuda berambut perak. Sebelumnya, Ia tak pernah menyangka akan bertemu pemuda itu secepat ini. Rencananya adalah, mencari keberadaan pemilik mata lavender selain dirinya setelah situasinya cukup tenang. Tapi, Junior? Pemuda itu benar-bebar memanggilnya junior? Apa itu artinya, Profesor Ray adalah guru dari master pemilik menara berikutnya?
“Master berkata tugas pertamamu adalah membaca semua buku yang ada di tempat ini.”Satu detik. Dua detik. Tiga detik. “Semuanya?” setelah terdiam beberapa saat, Kalista memberikan komentar. Bukannya apa-apa. Hanya saja setelah seniornya melakukan sihir tertentu, Kalista hanya melihat kumpulan buku sejauh mata memandang. “Itu benar.”“Dan sewaktu-waktu, Master akan datang berkunjung untuk mengadakan kuis mendadak. Jadi sebaiknya jangan hanya membacanya secara sepintas. Buatlah catatan dan cobalah untuk memahami apa yang kau pelajari.”“Apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan, Junior?” tanya Daniel. “Untuk saat ini cukup, Senior.” balas Kalista. “Kalau begitu ambil ini.” ucap Daniel seraya menyerahkan sebuah token. “Apa ini Senior?” tanya Kalista. “Itu token yang berisi kordinat tempat ini. Seperti yang sudah aku katakan. Kita berada di ruang bawah tanah. Dengan kata lain, tempat ini adalah ruang rahasia yang dibuat oleh master kita. Jadi, orang luar tidak akan bisa memasuki t
“Leon.”“Apa kau marah?” untuk saat ini, suara Kalista lebih lembut dari biasanya. Leon awalnya hanya diam sembari melihat ke arah jendela. Tidak sekalipun melirik sang nona muda yang duduk berhadapan dengan dirinya. Namun saat pemuda itu mendengar suara Kalista, Leon pada akhirnya menoleh. Pemuda itu melihat ke arah Kalista dengan tatapan penuh kekalahan. “Mana mungkin saya marah pada Nona Muda. Jika ada seseorang yang bersalah, itu pasti saya.” Leon berbicara dengan halus. “Lalu, kenapa kau hanya diam?” tanya Kalista. Mendengar pertanyaan kali ini membuat sudut bibir si pemuda tampan tertarik ke atas, “Jadi, Nona Muda lebih suka saya banyak berbicara?”“Bukankah sebelumnya Nona Muda selalu menyuruh saya untuk diam?” goda Leon. “Terserah kau saja.” balas Kalista sembari memalingkan wajah. Namun setelah beberapa saat, gadis cantik itu kembali menatap Leon, “Maaf. Kau pasti sudah menunggu lama.”“Jangan minta maaf, Nona Muda. Saya sama sekali tidak marah. Lagipula jika itu demi N
“Pertama, beritahu aku siapa yang menyuruh kalian mengikuti nona muda dari Keluarga Ruliazer.”“Dan kedua, mati di tanganku.” saat itu, suara Leon sangat dingin. Bahkan tatapan matanya yang tajam tampak memiliki aura kekejaman yang dipancarkan. Tiga orang berpakaian hitam saling menatap. Namun seolah mencapai kesepakatan diam-diam, mereka segera menyerang Leon secara serentak. Di sisi lain, pemuda yang menjadi lawan mereka tampak memiliki senyum tipis di bibirnya. Di hadapkan dengan tiga orang yang jelas lebih tua darinya, tak membuat Leon gentar sedikitpun. Sebaliknya, mata hitam pemuda itu tampak memancarkan kilatan haus darah yang kental.“Aku anggap itu sebagai jawaban kalian.” ucap Leon. Setelah kata-kata tersebut terucap, aura hitam segera keluar dari tubuh Leon. Belajar dari pengalaman, tiga orang berpakaian hitam itu segera menghindari aura misterius yang sangat mematikan. Namun saat mereka melakukannya, tiba-tiba sekelebat bayangan telah menunggu di belakang, sebelum mem
“Tidak Roselia. Kau harus fokus pada gambaran besarnya. Jika kau berhasil mendapatkan hati anak-anak dari keluarga bangsawan besar, barang-barang seperti ini akan menumpuk di ruangan yang lebih besar. Bukan slorok kecil seperti ini.” Roselia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Pada akhirnya, gadis berambut merah muda itu mengeluarkan satu per satu kotak perhiasan miliknya. Begitu kotak itu dibuka, kalung, anting bahkan cincin permata terlihat menggoda mata. Tidak sanggup melihat lagi, Roselia kembali menutup kotak perhiasan miliknya. Rasanya Ia akan kehilangan tekad untuk menjual barang-barang di dalam kotak jika melihatnya lebih lama. Seingatnya, salah seorang temannya pernah bercerita perihal gang belakang yang digunakan para bangsawan untuk melakukan hal-hal kotor. Tentu saja, mereka tidak hanya memiliki hubungan pertemanan biasa. Jika tidak begitu, temannya tidak akan bercerita tentang hal-hal yang disembunyikan oleh keluarganya sendiri. Hanya saja, harganya memang terbilan
“Sekarang, apa kau mau mengatakan yang sebenarnya?” Leon bertanya dengan ramah.Jika orang-orang tak melihat apa yang pemuda itu lakukan sebelumnya, mereka akan berpikir pemuda itu adalah orang yang sangat tampan dengan kepribadian yang baik. Tak akan terbersit sedikitpun dalam benak mereka jika anak muda setampan itu telah melakukan hal yang sangat kejam terhadap orang yang dianggapnya musuh. “I..”“Itu adalah seorang wanita paruh baya.” dengan suara gemetar, satu-satunya sosok berbaju hitam yang masih tersisa menjawab. “Wanita paruh baya?” Leon bertanya memastikan. “Itu benar.”“Saya sama sekali tidak berbohong.”“Seorang wanita paruh baya datang dan mengatakan hal penuh omong kosong seperti membuat rekaman yang berisi perbuatan tidak senonoh Nona Muda Ruliazer.” sosok berbaju hitam menjelaskan dengan tergesa-gesa. “Ah..”“Jadi, kau berencana untuk menyentuh nona mudaku dengan tanganmu yang kotor.” senyum ramah sebelumnya berubah menjadi senyum dingin. “Tidak.”“Saya tidak ber
Malam semakin larut. Dengan bulan yang seakan berada di atas kepala. Hal tersebut menunjukan jika saat ini sudah hampir tengah malam. Di sebuah kamar dengan ranjang king size di tengah ruangan. Terlihat seorang pemuda yang sedang berbaring dengan nyaman. Wajahnya yang tampan tampak pucat. Seolah-olah darah telah dikuras dari tubuhnya. Meski begitu, nafas yang terdengar begitu tenang. Di sisi pemuda itu, duduk sosok cantik dengan rambut hitam yang berkilau. Manik lavender nya tak sekalipun teralihkan dari wajah tampan sang pangeran tidur.Kalista yang membawa pulang Leon secara pribadi masih merasa menyesal saat melihat keadaan pemuda yang tengah terbaring di tempat tidur. Jika dia bukan majikan yang perhatian, bukankah pemuda itu akan mati dengan kondisinya yang sangat mengerikan tersebut. Tulang rusuk patah, pendarahan di hidung, mata dan telinga. Belum lagi batuk darah yang membuat pemuda itu kehilangan banyak darah. Jika hanya itu saja, dia akan merasa lebih baik. Namun, lebih