Melihat kondisi Feng Guang sudah mulai kehabisan tenaga, semua pendekar yang ada di tempat tersebut mentertawakannya. Mereka mengejek Feng Guang yang mulai kelelahan.'Jika kondisiku terluka seperti ini, aku tidak mungkin bisa mengikuti sayembara di kerajaan Yanmar. Butuh waktu lama untuk memulihkan kondisiku,' batin Feng Guang.Darah segar terus mengalir dari mulut dan hidungnya, dadanya pun kembali terasa sesak dan sangat sakit."Sebaiknya kau menyerah saja, daripada kau harus mati konyol di tempat ini!" bentak Shio Hang dengan suara keras. "Percuma saja kau memaksakan diri, karena kau tidak mungkin dapat melakukan perlawanan yang berarti terhadap kami."Sikapnya benar-benar sombong dan merasa yakin bahwa Feng Guang tak akan dapat melanjutkan pertarungan tersebut."Kau boleh menang bertarung dengan cara kotor ini, tetapi itu hanya sesaat saja. Perlu kau ketahui, aku tidak akan mungkin menyerah begitu saja!" Feng Guang menjawab dengan nada tinggi juga."Bedebah! Dasar keras kepala!"
Mendengar suara seruan itu, semua orang yang ada di tempat tersebut tampak tercengang dan terkaget-kaget.Seorang pendekar tiba-tiba muncul, ia terbang melayang dengan begitu ringannya, bak seekor burung elang yang sedang mengincar mangsa.Matanya yang tajam terus mengawasi para pendekar yang ada di tempat tersebut.Kehadirannya menimbulkan tanda tanya besar di antara para pendekar Sekte Butong, karena mereka sama sekali tidak mengenali pendekar tersebut."Aku sangat benci orang-orang pengecut seperti kalian!" bentak pendekar yang baru tiba itu.Semua pendekar Sekte Butong hanya diam saja, belum ada seorang pun di antara mereka yang berani berkata apa-apa kepada pendekar yang baru tiba itu.Begitu pula dengan Feng Guang dan Lie Huang, mereka saling berpandangan. Baik itu Feng Guang ataupun Lie Huang sama sekali tidak mengenali pendekar yang sudah berdiri di hadapan mereka."Apakah Nona mengenal dia?" bisik Feng Guang."Tidak, Tuan. Aku tidak mengenal orang itu," jawab Lie Huang dengan
Akan tetapi, Shio Hang cepat mengelak. Jurus yang sangat berbahaya yang dikerahkan oleh Feng Guang dapat ia hindari dengan mudah. Shio Hang melompat dan langsung menjatuhkan diri. Tubuhnya bergelimpangan demi menyelamatkan diri dari serangan yang sangat berbahaya.Kehebatan jurus yang dikeluarkan oleh Feng Guang membuat Shio Hang kaget dan tertegun. Kemudian, ia kembali berdiri tanpa berkata apa-apa lagi, tangan dan kakinya sudah tak mampu digerakkan, kaku dan terasa sangat sakit."Meskipun sudah mengalami luka dalam, tetapi pendekar ini masih dapat mengerahkan kekuatannya," gumam Shio Hang."Diamlah di sini, sampai pertarungan kawan-kawanmu usai!" kata Lie Huang mulai angkat bicara.Beberapa saat kemudian, tampak berkelebat bayangan orang tinggi besar. Sosok bayangan tersebut hanya muncul sekilas saja, kemudian hilang lagi. Entah makhluk apa itu? Semua yang ada di tempat tersebut tidak mengetahui dengan pasti, termasuk Feng Guang dan Lie Huang.Setelah mengerahkan kekuatan jurus anda
Baru saja Lu Fau Hu bersiap hendak melakukan serangan terhadap Caw Xue, tiba-tiba saja datang seorang pria paruh baya. Kedatangannya sangat mendadak sekali, entah dari mana munculnya, tiba-tiba sudah ada di hadapan Caw Xue dan Lu Fau Hu.Tentu hal ini sangat mengejutkan semua orang yang ada di tempat tersebut. Bukan hanya para pendekar dari Sekte Butong, tetapi Feng Guang dan Lie Huang pun tampak kaget dengan kehadiran pria paruh baya itu.Pria paruh baya yang baru tiba itu mengenakan pakaian jubah serba hitam, dengan gerakan cepat ia mendarat di tengah-tengah arena pertarungan antara kedua belah pihak, kemudian langsung melerai Caw Xue dan Lu Fau Hu yang hendak bertarung."Untuk apa kalian saling membunuh? Sebaiknya urungkan saja niat kalian untuk adu kekuatan! Semua tidak ada gunanya," kata pria paruh baya itu berusaha melerai kedua belah pihak yang terlibat pertikaian. "Aku tidak menghendaki kalian bertarung. Ini semua akan menciptakan kegaduhan di dunia kang ouw," sambungnya.Sika
Feng Guang merenung sambil memegang benda pusaka yang selama ini menjadi andalannya, benda pusaka tersebut adalah mustika naga."Percuma saja benda ini ada padaku, sekarang sudah tak ada gunanya lagi," gumam Feng Guang mulai ragu dengan khasiat benda pusaka yang ada di tangannya.Selain itu, ia pun berpikir, bahwa kepandaian ilmu bela diri yang dimilikinya tak jauh beda dengan kepandaian ilmu bela diri yang dimiliki oleh para pendekar lain."Ternyata kepandaian yang aku miliki masih belum sempurna, aku harus banyak belajar lagi dan mematangkannya agar semua kepandaian yang aku miliki benar-benar berada di tingkat lebih tinggi," gumamnya lagi.Feng Guang beranggapan bahwa Lei Cuan, Jui Shin, dan Lie Huang serta para pendekar lainnya, memilik kepandaian seimbang dengan kepandaian yang ia miliki. Bahkan bisa saja kepandaian para pendekar itu lebih tinggi dari kepandaian yang ia miliki.Tidak terasa, malam pun tiba. Suasana di tempat tersebut sudah mulai gelap gulita, sunyi dan hening. Ha
Lie Huang hanya diam saja, ia tak langsung menanggapi ajakan Feng Guang, karena dirinya masih bingung. Apakah harus ikut dengan Feng Guang atau tidak?"Kenapa kau diam, Lie?" tanya Feng Guang mengerutkan keningnya menatap wajah Lie Huang.Lie Huang menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, "Sepertinya aku tidak bisa ikut denganmu, ada banyak hal yang masih belum aku selesaikan. Mungkin suatu saat nanti, kita bisa kembali dipertemukan."Sejatinya, Lie Huang sangat menginginkan untuk ikut dengan Feng Guang. Tetapi itu tidak mungkin, karena pada saat ini ia sedang menjalankan tugas gurunya, dan tugas tersebut belum sepenuhnya ia selesaikan.'Semoga saja suatu saat nanti aku bisa berjumpa lagi dengan pemuda ini,' batin Lie Huang.***Pagi harinya, Feng Guang dan Lie Huang sudah berpisah. Feng Guang kembali pulang ke desa Shengcun, ia mengurungkan niatnya untuk ikut dalam acara sayembara, dikarenakan kondisinya yang tidak memungkinkan. Ia mengalami luka dalam yang cukup parah, akibat perte
Malam itu, jiwa dan pikiran Feng Guang benar-benar dipenuhi rasa cemas dan kekhawatiran yang begitu tinggi. Feng Guang sangat khawatir akan keselamatan Jui Shin.Walau bagaimanapun, Jui Shin adalah orang yang sangat ia cintai, berat rasanya jika Feng Guang harus kehilangan orang yang selama ini banyak membantunya untuk bangkit dari keterpurukan."Semoga saja, Jui Shin dalam keadaan baik-baik saja. Aku tak ingin dia celaka," desis Feng Guang."Aku pun berharap demikian, kau harus bisa tenang! Nanti setelah kondisimu benar-benar pulih, kau bisa mencari keberadaan kekasihmu itu," kata Tu Fong Hui menanggapi perkataan Feng Guang. "Jui Shin bukan seorang wanita sembarangan, tidak mungkin dia dapat dicelakai dengan mudah oleh para penjahat itu," lanjut Tu Fong Hui."Semoga saja Jui Shin selamat dan tidak mengalami hal buruk seperti yang aku cemaskan," kata Feng Guang.Sesaat kemudian, San Fui dan seorang pria paruh baya datang ke kediaman Tu Fong Hui untuk menghadap Feng Guang yang saat itu
Wanita paruh baya yang wajahnya masih terlihat cantik itu tersenyum lebar menanggapi pertanyaan Jui Shin. Setelah itu, ia pun menjawab, "Aku mengenal Feng Guang dari dulu sewaktu dia masih kecil. Tetapi, Feng Guang tidak mengenaliku." "Apakah Bibi ini dulunya tinggal satu desa dengan Feng Guang?" tanya Jui Shin lagi. "Benar, dulu aku tinggal di desa Shengcun dan mengenal baik ayahnya Feng Guang," jawab wanita itu. "Aku percaya bahwa suatu saat nanti, Feng Guang dapat menguasai dunia kang ouw," sambungnya sedikit menoleh ke arah Jui Shin yang sedari tadi memandanginya. Wanita paruh baya itu adalah Nui Lei, putri sulung dari seorang tetua adat desa Shengcun terdahulu. Dia lahir di desa Shengcun dan memiliki kepandaian ilmu bela diri sejak usia remaja. Nui Lei tidak mengetahui peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh kelompok pendekar Sekte Iblis Merah terhadap para penduduk desa Shengcun. Karena jauh sebelum peristiwa itu terjadi, dirinya sudah pindah dari desa tersebut dan menetap