Dengan demikian, Lu Hu Fu dan Sao Mung kembali melancarkan serangan terhadap Zhio Zyu dan anak buahnya.Serangan tersebut tentu sangat membahayakan jiwa Zhio Zyu dan anak buahnya. Meskipun jumlah mereka lebih unggul, namun mereka sedikit kewalahan menghadapi serangan Lu Hu Fu dan Sao Mung.Akan tetapi, meski sehebat apa pun kekuatan yang ada pada Lu Hu Fu dan Sao Mung, akhirnya mereka dapat dikalahkan juga oleh Zhio Zyu dan anak buahnya. Sehingga dalam tempo singkat, kelompok pendekar Pulau Tiax dapat membungkam kesombongan Lu Hu Fu dan Sao Mung.Meski sudah kalah, Lu Hu Fu dan Sao Mung tidak menyerah begitu saja. Mereka kembali bangkit. "Kita harus mengalahkan mereka, apa pun yang terjadi!" desis Lu Hu Fu.Sao Mung hanya mengangguk dan kembali berkonsentrasi untuk mengembalikan kekuatan dalam tubuhnya. Setelah itu, ia bersama Lu Hu Fu kembali bersiap untuk melakukan serangan balasan terhadap para pendekar Pulau Tiax.Saat serangan kembali dilancarkan oleh Lu Hu Fu dan Sao Mung, maka p
Setelah berkata demikian, pria tersebut kembali melesat cepat dan berlalu dari tempat tersebut. Kedatangannya benar-benar berpengaruh, Zhio Zyu dan anak buahnya langsung mengubah niat mereka. Tentu, hal tersebut sangat membingungkan Lei Cuan dan semua pendekar Sekte Hu Yui Se yang menyaksikan detik-detik pertempuran para pendekar itu.Zhio Zyu segera memerintahkan anak buahnya agar mundur dan menghentikan pertempuran. Mereka beranggapan bahwa perintah orang yang disebut ketua itu adalah perintah yang harus ditaati dan tak boleh mereka abaikan."Urusan kita belum selesai, suatu saat nanti kalian pasti akan kembali bertarung dengan kami," kata Zhio Zyu mengarah kepada Lu Hu Fu dan Sao Mung. Kemudian, ia berpaling ke arah Lei Cuan, lantas berkata, "Kalian hari ini sangat beruntung. Tapi ingat, kami pasti akan kembali ke tempat ini!"Setelah itu, Zhio Zyu dan semua pendekar Pulau Tiax secara serentak meninggalkan tempat tersebut.Hanya Lu Hu Fu dan Sao Mung yang masih bertahan di tempat i
Feng Guang mengangguk pelan sambil tersenyum lebar memandang wajah Lu Fau Hu yang sudah hampir dua tahun bersahabat baik dengannya. Kemudian meraih sesuatu dari saku jubahnya."Aku percayakan mustika naga ini kepadamu. Kau harus bisa menjaganya, jangan sampai benda pusaka ini jatuh ke tangan orang-orang jahat!"Feng Guang langsung menyerahkan benda pusaka yang selama ini menjadi tameng ketika dirinya terdesak oleh musuh-musuh yang berusaha mencelakainya.Feng Guang sengaja menyerahkan mustika naga kepada Lu Fau Hu karena dirinya merasa sudah tidak memerlukan lagi benda pusaka itu."Gunakan benda pusaka ini untuk melindungi dirimu dan semua pendekar yang ada di sini, aku yakin kau sangat memerlukan mustika naga ini," imbuh Feng Guang.Dengan senang hati, Lu Fau Hu langsung menerima benda pusaka yang saat ini menjadi incaran para pendekar dari seluruh penjuru wilayah kerajaan Tionggon. Bahkan, benda pusaka tersebut kini sudah menjadi ajang pertumpahan darah di antara para pendekar di ka
Saat tiba di perbatasan ibu kota kerajaan Tionggon. Tiba-tiba saja, Feng Guang dikejar beberapa orang pendekar, mereka adalah para pendekar yang selama ini sudah mengenal baik Feng Guang. Akan tetapi, Feng Guang tidak mengenali mereka.Mereka langsung mengejar Feng Guang saat mereka melihat Feng Guang melintas di sebuah desa yang ada di perbatasan ibu kota. Kebetulan pada saat itu mereka tengah beristirahat di desa tesebut.Sejatinya para pendekar itu tidak memiliki persoalan apa-apa dengan Feng Guang, entah apa tujuan mereka melakukan pengejaran dan langsung menghentikan perjalanan Feng Guang?"Berhentilah, Anak muda!" seru salah seorang dari kelompok pendekar itu dengan menunggangi kudanya dan langsung menyalip kuda yang ditunggangi oleh Feng Guang.Demikian pula dengan beberapa orang anak buahnya, mereka langsung menyalip mengikuti langkah kuda yang ditunggangi oleh pemimpin mereka.Dengan demikian, Feng Guang pun segera menghentikan laju kudanya. 'Siapa mereka?' kata Feng Guang da
Feng Guang mengerutkan kening, dua bola matanya terus memandangi wajah pria senja yang ada di hadapannya. Feng Guang sangat berhati-hati sekali dalam menghadapi orang tua yang tiba-tiba menghadangnya."Kau benar, aku memang sedang menjadi buruan para pendekar Siancu dan para pendekar Pulau Tiax. Tapi, mohon maaf, aku bukanlah murid Lui Shan," jawab Feng Guang tidak mau mengaku jika dirinya adalah murid Lui Shan.Apa yang dikatakan oleh Feng Guang merupakan sebuah pesan dari Lui Shan, bahwasannya tidak ada satu orang pun di kalangan para pendekar yang ada di negri Tionggon yang boleh mengetahui kalau dirinya adalah murid Lui Shan. Terkecuali mereka adalah orang-orang kepercayaan Feng Guang.Selain itu, Feng Guang pun tidak memiliki kepentingan apa-apa dengan orang tua tersebut. Feng Guang tidak mengenalinya, sehingga dirinya harus bersikap waspada terhadap pria senja yang ada di hadapannya."Aku tidak yakin dengan jawaban yang kau berikan. Sejatinya kau ini adalah murid Lui Shan, sebaik
Feng Guang mengangguk pelan seraya menjawab, "Baiklah, sekarang kau jelaskan semuanya!""Pada waktu itu, aku sudah mengutus anak buahku untuk menyampaikan pesan kepada Suhu Tu Wi. Tetapi, hingga kini, anak buahku itu tak pernah kembali. Aku tidak mengetahui keberadaannya di mana, pedang Tzui ada di tangannya," tutur Huang Zhong. "Aku yakin, anak buahku itu ada yang membunuh, dan pedang Tzui sudah jatuh ke tangan orang lain. Hingga dijadikan alat untuk membunuh Suhu Tu Wi agar pihakmu menuduhku sebagai pelakunya."Mendengar perkataan pria senja itu, Feng Guang menarik napas dalam-dalam, ia berusaha untuk menenangkan diri. Walau pada kenyataannya ia sangat gusar dan ingin segera menghajar orang tersebut.'Orang-orang dari bukit Xhu sangat pandai dalam melakukan siasat jahat. Mereka adalah golongan orang-orang yang memiliki keyakinan menyimpang, aku tidak boleh percaya dengan apa yang sudah dikatakan oleh orang tua ini,' kata Feng Guang dalam hati."Anak muda, apakah kau masih ragu denga
Tiba-tiba saja, terdengar seseorang menyahut dari arah timur tempat Feng Guang berdiri."Kudamu ada padaku, kau tenang saja, Anak muda!"Feng Guang sedikit kaget mendengar suara sahutan seorang pria. Lantas, ia pun segera membalikkan badan dan langsung meluruskan pandangannya ke arah timur tempat munculnya suara tersebut.Tampak seorang pria paruh baya dan seorang wanita muda berwajah cantik sedang berdiri sambil tersenyum ke arah Feng Guang."Siapa mereka," bisik Feng Guang terus mengawasi dua orang yang berdiri menghadap ke arahnya."Marilah ikut dengan kami!" ajak pria paruh baya itu sambil tersenyum lebar memandang ke arah Feng Guang."Mohon maaf, kalian ini siapa?" tanya Feng Guang."Aku Hu Gou dan ini anakku namanya Vie Yui. Kami berasal dari distrik Yamse dan sekarang kami tinggal di desa ini. Ikutlah ke gubuk kami, kudamu ada di sana!" jawab pria paruh baya itu dengan sikap ramah.Tampak jelas Feng Guang masih terlihat ragu, dirinya masih belum percaya terhadap dua orang yang
Tanpa disadari oleh Hu Gou, diam-diam ada dua orang pria tengah mengawasinya di balik semak-semak yang ada di pinggiran sungai tersebut. Posisi mereka berjarak sekitar empat tombak dari posisi Hu Gou.Mereka adalah kaki tangan Tuo Hang yang kini sudah menjabat sebagai seorang perdana menteri di kerajaan Tionggon. Mereka diutus oleh sang perdana menteri untuk mengawasi para pendekar yang ada di wilayah tersebut. Bukan tanpa alasan, Hu Gou menjadi target pengawasan karena dicurigai sebagai seorang pendekar yang pro terhadap Yang Mulia Raja Hao Xiong Han.Sudah hampir dua Minggu, mereka melakukan pengintaian terhadap Hu Gou dan Vie Yui. Akan tetapi, mereka tidak menemukan bukti kuat kalau Hu Gou dan putrinya adalah orang-orang dari kelompok pendekar yang pro terhadap Yang Mulia Raja Hao Xiong Han yang kini belum diketahui keberadaannya.Selama melakukan pengintaian, mereka tidak bertindak apa-apa terhadap Hu Gou dan Vie Yui. Mereka hanya mengawasi saja di tempat persembunyian. Selain itu