Ansel menjentikkan jarinya di depan wajah Athena, membuat wanita itu kembali terkesiap. "Kau melamun?" Kata Ansel dengan tawa renyahnya itu. "Apa yang kau pikirkan, Athena?""Tidak ada. Aku merasa sedang...entahlah. Apa benar kau bukan Thanos?" Athena mengubah gaya bicaranya, ia ingin melihat reaksi lelaki itu.Ansel mengangguk, "Hmm, itu bukan aku. Mungkin, kami hanya mirip. Kudengar ada beberapa orang yang mirip di dunia ini. Aku juga bingung dengan itu. Mungkinkah nenek moyang kami sebenarnya orang yang sama?" Lelaki itu tersenyum, senyum yang benar - benar mampu memikat siapapun yang melihatnya. Lesung pipi yang dalam serta wajah tampan yang terus mengulaskan senyuman secara tak langsung menghapus kesan kejam dari dalam diri Thanos."Tapi itu aneh," kata Athena kemudian setelah ia menatap wajah Ansel beberapa saat."Aneh? Kenapa?""Kau benar - benar mirip dengannya. Tidak ada yang berbeda. Hanya saja..."Ansel menaikkan sebelah alisnya saat Athena menghentikan kalimatnya itu. "Ha
"Bagaimana liburanmu, Athena? Pasti menyenangkan." Athena terkejut saat ia berpapasan dengan Thanos pagi ini. Lelaki itu tampaknya datang lebih awal dari biasanya. "Maaf, apakah Cal tidak memberitahu anda kalau saya tidak berlibur di sana?" Athena menatap punggung Thanos yang seketika berhenti saat wanita itu menjawabnya.Lelaki itu berbalik, menatap Athena dengan menyipitkan mata. "Cal? Dia tidak mengatakan apa-apa padaku. Cal dan timnya kembali, tapi aku tidak melihatmu di sana. Jadi, aku hanya berpikir kau terlalu menikmati tempat itu. Bahkan sampai meninggalkan pekerjaanmu di sini. Kau harus ingat, tidak mudah untuk bergabung dengan De Aluna." Tatapan Thanos begitu tajam, rahang lelaki itu mengeras menunjukkan betapa ia marah saat mengatakan itu kepada Athena."Tapi, saya memang tidak berlibur. Saya di sana untuk proyek hotel itu.""Proyek hotel?" Thanos menautkan alisnya. "Cal mengatakan proyek itu masih sangat alot, Athena. Lantas kau di sana untuk itu? Lalu bagaimana apakah ad
"Kau yakin kalau mereka adalah orang yang sama, Athena?" Carol seakan tak percaya saat Athena mengatakan tentang peristiwa yang menimpanya di Malvarrosa. "Aku juga bingung, tapi mereka memiliki wajah dan bentuk tubuh yang sama, Carol. Mungkinkah ada dua orang yang berasal dari tempat berbeda memiliki kemiripan seperti itu?""Tapi kalau itu benar apa tujuannya? Kenapa Thanos harus melakukan itu. Terdengar aneh, sih, apalagi dia sendiri yang menginginkan lahan di sana, bukan?"Athena mengangguk, "Ya, karena itulah aku sangat bingung dan tidak bisa berpikir. Hanya pikiran negatif yang masuk ke dalam kepalaku, Carol. Thanos membenciku. Dia butuh alasan untuk bisa membuatku dipecat dari perusahaan itu!" Athena mengatakan itu dengan mata membulat, merasa sangat yakin dengan alibinya sendiri."Ehm, itu sedikit aneh. Tapi masih bisa diterima. Memang perusahaan tidak bisa memecat pegawainya tanpa alasan yang jelas, apalagi perusahaan besar sekelas De Aluna. Namun, kalau dia memang ingin memec
"Itu siapa, Wilson? Sejak tadi ponselmu terus berbunyi." Reya bertanya kesal karena terlihat Wilson mengabaikan suara itu. "Carol. Itu Carol," jawab Wilson yang seolah tak ingin membahas soal Carol di depan kekasihnya. Mengingat kondisi kehamilan Reya yang semakin membesar."Kenapa kau tak menjawabnya?""Nanti saja, aku terus memikirkan bagaimana saat kau melahirkan nanti. Apakah kau sudah mencoba menghubungi ibumu?" Wilson bertanya cemas."Wilson, dia bahkan tak mau menerima teleponku. Ibuku sudah membuangku, Wilson." Kata Reya sedih. Wilson menoleh, meraih Reya ke dalam pelukannya. "Tidak apa-apa. Aku nanti yang akan bicara dengannya.""Aku tidak tahu kenapa dia begitu membencimu, Wilson. Padahal kau lebih memilihku ketimbang Carol. Seharusnya dia tahu kalau cinta kita begitu kuat,kan?""Suatu saat nanti, dia akan mengerti, Reya. Apakah dia tidak akan jatuh hati kepada cucunya sendiri? Itu keterlaluan." Wilson mengecup puncak kepala Reya, rambut wanita itu masih basah dan menguark
"Apa katamu! Kau ingin memberikan dia padaku?"Suara wanita di seberang telepon terdengar. Ia terlihat marah dengan ucapan Wilson. "Bukan memberikan, hanya untuk sementara sampai Reya melahirkan bayinya. Setelah itu aku akan membawanya lagi. Aku mohon padamu, Ibu." Pinta Wilson kepada wanita yang telah melahirkan Reya. "Kenapa? Kau tidak sanggup merawat putriku sampai ia melahirkan? Haruskah aku menerima dia yang sudah melukai hati ibunya dengan menjadi simpanan lelaki, hah?! Kau ini tidak tahu malu, Wilson! Aku tidak pernah mengakui dia sebagai putriku lagi semenjak memilih untuk hidup di jalan yang salah!""Aku minta maaf, Ibu. Tapi hubungan anak dan ibunya tidak akan terputus sampai mati. Reya, aku sangat mencintai dia. Dan, semua itu salahku." Kata Wilson. "Menjijikkan! Kau membawa putriku, menjadikannya simpanan dan sekarang kau membuatnya mengandung. Masih berani kau minta maaf padaku! Wilson, aku tidak akan pernah menerima Reya kembali selama dia masih bersamamu!""Bu, aku mo
"Kau sudah pulang, Wilson? Bagaimana pekerjaanmu, pasti sangat melelahkan, bukan? Kau pasti lapar, aku sudah memesan tempat di sebuah restoran yang bagus. Mereka akan memasak hidangan yang kupesan dengan cepat. Bagaimana kalau kau mandi lebih dulu?" Carol mengeluarkan semua kalimatnya begitu melihat Wilson di muka pintu. Wanita itu tersenyum, menatap suaminya dengan lembut. "Baiklah, aku akan bersiap-siap lalu kita berangkat." Kata Wilson yang lantas masuk dan melewati Carol tanpa memeluknya sama sekali. "Wilson." Carol memanggil, membuat lelaki itu kembali menoleh."Ya?""Kau tidak rindu padaku?" Pertanyaan itu membuat Wilson terhenyak. Ia menatap Carol lebih lama. Tanpa Wilson sadari, Carol berdandan lebih cantik dari biasanya. Wanita itu merias wajah dan menata rambut tak seperti biasanya. Ia juga memakai gaun satin maroon yang membalut tubuh rampingnya itu. Wilson kini berjalan mendekati Carol, dan mengecup pipi istrinya itu. "Kau cantik sekali malam ini, Carol. Maafkan aku kar
"Hai, Carol? Oh, dia suamimu?" Wanita berparas elegan itu menatap Wilson, tatapannya terlihat tak menyenangkan."Ya, ini Wilson, suamiku." Kata Carol yang tak menduga akan bertemu rekan kerjanya di restoran ini."Oh, jadi dia lelaki yang pernah menceraikanmu itu dan kalian rujuk kembali. Aku tak menyangka kau bisa rujuk lagi setelah apa yang terjadi." Wanita itu tersenyum sinis, kembali menatap Wilson yang duduk di depan Carol. Wilson seketika meletakkan garpunya, selera makannya hilang begitu saja. Lelaki itu berdiri, tepat di depan wanita tersebut."Wilson, jangan dengarkan dia," kata Carol yang memilih untuk mendekati suaminya itu dan memegang lengannya."Tidak, Carol. Dia begitu merendahkan aku. Memangnya apa urusanmu? Kita bahkan tak pernah saling mengenal." Wilson mengatakan itu sambil menatap dengan penuh kemarahan. Wanita itu tersenyum kecil, ia tak membalas tatapan Wilson sama sekali."Carol, aku harus pergi. Temanku sudah menunggu di sana. Sampai jumpa di kantor, oke?" Setel
Megan menggebrak meja di hadapannya, lelaki itu terlihat marah ketika Cal datang dengan tangan hampa. Sesuatu yang ia harapkan sejak lama, sampai saat ini belum terjadi juga. "Memangnya apa yang kau dan Thanos lakukan, heh? Membebaskan tanah saja tidak bisa. Haruskah aku turun tangan sendiri, Cal?"Cal menunduk, lelaki itu bahkan tak berani menatap Megan. "Memangnya apa yang terjadi, Cal?" Megan merendahkan suaranya berusaha untuk tenang."Mereka tidak berniat menjual lahannya, meskipun kita sudah memberikan harga yang pantas." Jawab Cal."Mereka bersikeras?""Ya, Tuan. Tempat itu memang sangat indah dan selalu ramai dengan wisatawan, itulah mengapa orang - orang di sana memilih untuk bertahan. Saya sendiri tidak tahu lagi bagaimana cara untuk membuat mereka mau melepaskan tanahnya.""Baiklah, bagaimana kalau kita naikkan menjadi dua kali lipat?""Apa?" Cal terkejut saat mendengar itu dari Megan. "Tapi, bagaimana dengan Thanos? Uang sebanyak itu akan mengurangi anggaran perusahaan te