Tim Sepak Bola Universitas Normal Selatan sangat kuat. Mereka menempati peringkat ketiga pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional terakhir.Sementara itu, Tim Sepak Bola Universitas Steremon menempati peringkat keempat pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional terakhir. Namun, mereka berhasil dikalahkan oleh Tim Sepak Bola Universitas Samudra yang dipimpin Owen dengan skor sebelas banding nol. Oleh karena itu, Tim Sepak Bola Universitas Normal Selatan tidak bisa menganggap remeh Tim Sepak Bola Universitas Samudra.Saat bertemu di lapangan latihan, kedua tim itu tidak terlihat memiliki konflik satu sama lain. Mereka masing-masing menggunakan separuh lapangan untuk berlatih. Namun, para pemain Tim Sepak Bola Universitas Normal Selatan sesekali menatap lawan mereka dengan wajah tidak senang.Setelah berlatih selama beberapa saat, para pemain Tim Sepak Bola Universitas Normal Selatan berkumpul untuk mengobrol."Yang mana Owen? Kita harus mengawas
Terdengar suara keras.Tiba-tiba, sebuah bola melambung dan menghantam wajah Madden dengan keras.Madden baru saja berteriak, "Aku akan bertanggung jawab!" Namun, dalam sekejap wajahnya berubah menjadi pucat dan dia jatuh menghantam tanah."Maaf! Aku sedang latihan, tetapi tendanganku meleset!" Itu adalah suara Eliana. Dulunya, dia adalah seorang penyiar langsung. Eliana berdiri tidak jauh dari lapangan sambil berkacak pinggang. Pergelangan kakinya terkilir, namun dia tampak cantik dan menawan.Sementara itu, semua pemain dari Universitas Normal Selatan tidak berani berbicara sepatah kata pun. Mereka malu karena Madden memanggil beberapa gangster kemari. Mereka juga kaget karena Eliana bisa menghantam kepala seseorang dua kali dengan bola.Namun, para gangster itu tidak terkejut. Mereka jadi punya alasan untuk menghajar Eliana."Dia benar-benar gadis yang liar.""Kita bisa menghajarnya dan juga pria itu!""Biar aku yang tangani gadis itu! Aku senang memukuli seorang gadis!"Para gangs
Eliana juga memandang ke arah pintu keluar stadion dan melihat seseorang yang familier.Owen segera berlari menuju pintu keluar dan buru-buru menelepon seseorang, "Paxton, minta timmu untuk datang ke stadion Gunung Andeye dan membereskan kekacauan."Owen memerintah dan menutup panggilan teleponnya.Kemudian, Owen pergi. Tiga menit berikutnya, sekitar sepuluh pemuda berpakaian santai tiba di stadion itu.Para pemuda itu mengendarai tiga truk. Mereka melempar kelima puluh orang yang terkapar tadi ke dalam truk seperti melempar sampah.Tidak! Ada lima puluh satu orang. Madden yang masih tak sadarkan diri juga ikut dilempar ke dalam truk.Para pemuda itu menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cepat dan buru-buru pergi. Kini, stadion itu bersih seolah tidak pernah terjadi apa-apa di sana. Mereka hanya butuh waktu sepuluh menit untuk membersihkan kondisi stadion yang berantakan.Orang-orang yang berada di stadion itu tercengang, namun Eliana sangat senang. Dia bergumam dengan pelan, "Para pe
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Owen melempar pisau tajam itu dengan tangan kirinya. Pisau itu tertancap kuat di tanah depan kaki Soren. Seluruh bilahnya tertancap ke dalam tanah, hanya menyisakan gagangnya di atas tanah.Soren sangat ketakutan hingga tanpa sadar mundur tiga langkah.Pada saat yang sama, anggota Geng Sahang berjalan ke depan untuk melindungi Soren."Baiklah, bunuh dia!" Soren mundur membaur ke kerumunan anggota Geng Sahang. Meski merasa aman, Soren tetap geram karena dibuat ketakutan oleh Owen.Setelah mendengar kata-kata Soren, para anggota Geng Sahang segera bergegas menghampiri Owen."Kenapa aku selalu berurusan dengan sekelompok orang bodoh setelah aku kembali?" Owen tidak sabar. Owen berbalik dan menerjang kerumunan anggota geng.Owen meninju mereka dengan kuat.Kemudian, anggota Geng Sahang menjerit karena diempaskan seperti karung pasir.Tidak sampai dua menit, para anggota elite Geng Sahang ini terempas."Dia adalah monster dan tidak ada cara untuk men
Penonton bersorak sejak Owen mencetak gol luar biasa itu."Wah, Universitas Samudra! Mereka sangat hebat!""Siapa nomor sepuluh itu? Semua gol yang dia cetak ditendang jauh dari gawang! Apakah dia pemain terbaik dunia atau semacamnya?""Tunggu, apa kamu tidak tahu siapa dia? Dia Owen Green dan dia sudah terkenal saat penyisihan grup."Setelah mengalahkan Universitas Normal Selatan dengan skor delapan belas banding nol, ketenaran Owen meningkat pesat. Owen juga menarik perhatian semua orang penting di industri sepak bola. Bahkan, pemilik beberapa klub tingkat atas telah menaruh perhatian serius terhadap Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional Negara Washal.Owen bertemu dengan banyak wartawan yang ingin mewawancarainya.Namun, Owen mengabaikan semua orang dan menolak untuk melakukan wawancara. Para wartawan itu tanpa daya mengalihkan perhatian mereka dari Owen ke Gerardo.Pertandingan berikutnya akan dimulai empat har
"Bangun!"Owen meraih pergelangan tangan Fiona, lalu melompat mundur sekitar enam meter.Anehnya, Fiona berhasil mengambil semua tasnya dalam setengah detik sebelum Owen melompat menjauh. Dia tidak akan meninggalkan baju dan alat rias yang baru saja dibelinya.Owen terus memperhatikan meja itu.Begitu Owen melompat pergi, terdengar suara berderit dari meja dan kursi.Setelah Owen berdiri tegak di lantai, dia melihat ada tiga lubang di atas meja dan kursi itu, yang terjadi akibat korosi oleh sesuatu."Mengesankan sekali, kamu bisa mengetahui keberadaan racunku."Seorang pria setinggi 160 sentimeter dengan kulit kecokelatan muncul di sebelah Andrew, lalu dia berkata, "Mungkin kita memang telah meremehkan anak-anak muda saat ini. Mungkin kamu memang tangguh, Nak. Namun, sayang sekali, yang kamu lawan ini adalah Sekte Bela Diri Racun."Andrew tertawa kecil. Dia berdiri sambil tersenyum, "Akhirnya, Devon! B
Davina batuk darah. Dia adalah ratu di keluarganya, namun putranya yang tersayang memperlakukannya seperti orang asing."Bagaimana bisa kamu melakukan ini pada ibumu dan keluargamu sendiri, dasar berandal tidak tahu berterima kasih?""Tutup mulutmu, dasar murahan."Donald sama sekali tidak menunjukkan rasa hormatnya terhadap Davina dengan menyela ucapannya."Masih ada pertanyaan? Aku hanya menjawab karena kamu ibuku, oke? Mari kita langsung saja ke intinya!" kata Donald tidak sabar.Orang-orang yang ada di sekitar Donald segera berkumpul di sekelilingnya. Beberapa orang membantunya agar duduk di kursi dengan baik, beberapa lainnya membawakannya air, dan beberapa lainnya lagi menyeka darah yang ada di mulutnya.Davina mengerlingkan matanya, lalu sekujur tubuhnya bergetar. Dia menepuk dadanya dengan pelan, lalu bertanya, "Kamu sudah bukan anakku lagi! Sekarang, jawab saja pertanyaan terakhirku! Di mana Kade? Dia adalah bo
Owen masih tetap tersenyum. Sudut mulutnya melengkung, membuat Owen terlihat tampan, namun juga berbahaya.Akan tetapi, Devon tahu niat membunuh yang ada di balik senyum Owen itu dan jantungnya berdebar ketakutan."Jangan. Jangan mendekat. Aku ini salah satu pemimpin Sekte Bela Diri Racun. Kalau kamu membunuhku, Sekte Bela Diri Racun tak akan tinggal diam." Devon melangkah mundur. Luka di bahu kanannya ditutupi dengan tangan kirinya, namun darah masih mengalir melalui celah di antara jari-jarinya.Dengan ekspresi mencibir, Owen berkata dengan nada mengejek, "Apa Sekte Bela Diri Racunmu cukup kuat untuk mengalahkanku? Kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja setelah kamu menyerangku?"Saat itu, ekspresi wajah Devon terlihat aneh sebab dia ketakutan sekaligus merasa kesakitan.Kekuatan yang diperlihatkan Owen tadi sudah membuat Devon merasa ketakutan. Devon tidak bisa melukai Owen dengan Tapak Racunnya. Owen malah menebas salah satu lengan Devon hingga putus. Devon takut dia akan ca