Nasi pecel
"Kok, tante lama amat ya mbak?" Clara mulai menanyakan tante Naira.
"Entahlah, tadi katanya mau beli nasi bungkus. Hingga sekarang belum pulang, biasanya tidak lama sih. Jika sekedar untuk beli nasi saja. Hmmm, mungkin mampir dulu ke rumahnya juga untuk sesuatu yang dibeli buat keluarganya," jawab Lira.
"Kalau begitu akan agak lama pastinya, aku buat roti bakar saja deh untuk sarapan." Clara mengambil sebungkus roti tawar dari kulkasnya. Diambilnya empat lembar untuk diolesi mentega dan meises coklat. Empat kembar itu dijadikan dua, kemudian dimasukkan dalam alat untuk membuat rotu bakar.
Belum jadi roti bakar, tante Naira datang. Setelah mengucap salam, segera sang tante memberikan dua bungkus nasi yang dia belikan untuk kakak beradik ini. Lengkap dengan snack yang masih disisakan dari beberapa pembelian dan sebagian banyak sudah diberikan kepada para anak yang ditemui di jalan tadi.
"Maaf ya terlalu lama kalian menunggunya," ucap Tante
Telepon dari Tante Naira."Kita langsung ke klinik yuk dik!" ajak Lira saat menjemput Clara."Memangnya mbak enggak balik lagi ke tempat kerja?" tanya Clara."Tidak sih. Aku ijin sekalian. Kata tante kita diminta menemani anak yang ditolong tante, karena ia ada keperluan mendadak," ucap Lira."Oh, pantas. Aku sempat kaget saat tahu tante tiba-tiba tidak jadi menjemput, padahal yadi bilang supaya dia yang ngurus aku agar tidak mengganggu waktu bekerjanya mbak," ucap Clara."Aku juga kaget saat dikabari tante ada urusan mendadak. Dan minta tolong jika sudah longgar untuk ke klinik," Lira berkata sambil menjalankan sepeda motornya.Segera Lira menjalankan sepeda motornya, melaju dengan kencang namun tetap pada posisi di sebelah kiri paling pinggir. Saat siang hari jalanan kota besar begitu padat arus lalu lintasnya. Tidak sedikit yang terjebak macet. Lira tidak berani melewati pengendara yang lain atau menyalipnya.Meski di jalur paling
Berbagi tugas rumah.Tante Naira masih bercerita tentang saudaranya yang usai operasi usus besar. Operasi mayor yang membutuhkan kesabaran bagi pasien yang menjalaninya. Tentu bagi keluarga pasien perlu telaten dalam merawat dan memperlakujan pasca operasi hingga bisa sembuh benar. Tante Naira memberi contoh cara memberi makan dan minum.Selama ini jika dimintai tolong tetangga atau kerabat yang operasi besar, ia membari minum sedikit demi sedikit setelah pasien buang angin. Setengah sendok teh minuman. Dan tidak diberi makan berat tetapi cukup jus dalam dua tiga hari. Setengah sendok makan dan berkala. Sedikit demi sedikit jus.Terlebih operasi usus yang mana setelah sadar pasien akan mengalami gerakan peristaltik usus yang lumayan terasa bagi sebagian orang. Dan organ itu ada jahitan, jadi kerabatnya ini sangat takut saat memberi makan. Dan tante Naira memberi contoh seperti itu.Sering tante ini dimintai tolong oleh tetangga dan kerabat. Yang mana mere
Mencari sang anak.Hari semakin sore, di ruang perawatan pada sebuah klinik, di mana tante Naira bekerja yang mana ada seorang anak dirawat di sana. Sang anak yang baru membuka mata, merasa asing dan kaget dengan tempat yang dia singgahi kali ini. Suasana serba putih dan tangan terdapat selang infus membuatnya sedikit tahu di mana ia sekarang."Hah, ini kan? Rumah sakit? Oh tidak, aku tidak punya uang. Tidak ada keluarga, handai taulan atau sanak famili. Bagaimana nanti aku membayarnya?"Sang anak yang ditolong oleh tante Naira. Kini sudah membuka mata secara perlahan, namun ia kaget saat tahu sedang dirawat. Juga bingung jika nantinya dimintai bayaran. Sementara dia tidak punya apa-apa. Tidak juga punya saudara.Selang infus segera dilepasnya. Sebisa dia begitu juga dengan selang oksigen. Dilihatnya sekeliling tempat ia di rawat. Netranya tertuju kepada sebuah jendela. Segera anak ini beranjak dan melihat jendela itu. Diamatinya sekitar wilayah luar dari
Menjenguk di rumah sakit."Roy?"Sambil mendekatkan jarunya ke tangan pemuda yang masih terpejam matanya. Clara berbisik lirih memanggil nama sang pemuda. Roy sudah hampir tiga tidur pulas siang ini. Mungkin karena efek dari obat yang dia konsumsi.Karena sudah tiga jam, saat Clara dan Lira datang menjenguk. Mamanya Roy yang sedang menunggu, membiarkan teman anaknya untuk sekedar membisikkan nama sang putra dan ingin didekatnya. Dengan penuh santun dan halus Clara berbisik ditelinga Roy.Pemuda itu sepertinya mendengar. Dan ia membuka mata perlahan. Dipandanginya sekitar keberadaannya saat ini. Agak sedikit terkejut sih, saat tahu Clara ada di dekat dan memanggil namanya."Clara, kau di sini sayang?" Roy langsung duduk dan terlihat sumringah. Sementara mamanya Roy ikut tersenyum dan segera mengambil posisi duduk setelah membuka mata lebar."Aku tidak menyangka, jika dirimu akan mengalami sakit yang lebih dariku."Den
Terpesona pada pandangan peetama."Bagaimana keadaan anak itu tante?"Clara dan Lira yang tadi habis dari menjenguk Roy dan Hendra, kini berjalan menuju ruang sang anak yang ditolong tantenya berada. Anak itu seharusnya sudah bisa diajak bicara tentang tempat tinggalnya. Namun karena kesalahan dari para penolong yang kurang memberi penjagaan. Kini ia harus mengalami luka di kaki dan tangannya.Kemungkinan akan ada tindakan operaai untuk tangannya yang ada retak pada salah satu jarinya. Pemasangan pen akan dilakukan hari ini juga. Dan anak itu belum membuka mata sejak tadi. Di keoalanya juga ada luka dan beberapa lebam di wajah.Ah, seandainya dia tadi langsung mendapat pengarahan dan pengertian saat membuka mata. Tidak akan seperti ini jadinya. Tante Naira sangat sedih melihatnya. Untuk beberapa waktu ia tadi menunggui anak itu. Dan saat akan keluar membeli sekedar air mineral dalam kemasan botol. Tante bertemu Lira dan Clara. Segera Clara men
Ketemu Brian."Kau di sini nona manis?" tanya orang yang baru dikenal neberapa hari itu."Kamu..? Kamu kan adiknya mas Bintang?" tanya Clara."Iya, memangnya mengapa?"Clara terdiam, pikirannya teringat pada peristiwa beberapa hari lalu yang tidak mudah dilupakan begitu saja. Wajahnya memerah ada rasa ingin marah dan juga kesal di hatinya. Dulu Bintang mengajak kenalan dengan cara yang kurang nyaman buat Clara. Beberapa hari lalu Bintang menghadangnya saat sedang dengan kakaknya.Penghadangan yang membuat Clara cemas terlebih sedang ada massa yang kemudian brutal. Namun akhirnya Bintang yang terkena sasaran. Kesal memang rasanya, tetapi saat ini Bintang sedang sakit. Sekesal apa jua tetap ada rasa iba terhadap sesama insan yang sakit."Aku tadi bertanya, tidak kau jawab Clara?"Brian adiknya Bintang memandang tajam ke arah Clara. Ia juga ingin marah rasanya. Tetapi wajah manis Clara meredamkan emosinya. Gadis ini merupakan
Rencana RoyTiga hari kemudian Roy, Hendra dan anak itu sudah doperbolehkan pulang dari perawatan di sebuah rumah sakit ini. Disusul Bintang juga pulang. Sementara temannya yang koma masih di rumah sakit. Harus menjalani perawatan intensif di sana. Hingga sembuh atau terpejam selamanya. Karena kondisinya kritis. Hanya berharap sebuah keajaiban.Hendra sangat berterimakasih kepada keluarga Roy yang telah dengan ikhlas membebaskan semua biaya perawatan selama di rumah sakit. Juga saat di klinik. Dan untuk kendaraannya Nanda sudah melunasi. Sehingga Hendra tinggal fokus pemulihan serta kontrol berobat nantinya.Sepeda motor yang dikendari oleh Roy, sudah dilunasi perawatan bengkelnya oleh keluarga. Namun mamanya Roy tidak membawa pulang, melainkan diberikan kepada yang menolong Roy saat P3K. Demi kebahagiaan sang anak, mamanya Roy akan membelikan sepeda motor baru keluaran tahun ini, tahun 2013.Sang mama dan papa Roy jarang di rumah. Tentu ingin anakn
Saat Rangga kembali.Sementara itu seorang anak yang ditolong tante Naira, kini di rumah perawat ini. Clara, Lira dan sang pemuda juga ikut mengantar saat di rumah tante Naira. Suami dan anak tante ini juga menyambut ramah. Bahkan anaknya tante Naira akan sangat senang jika jadi teman saat di rumah.Dengan kata lain, anak yang ditolong itu harus menjadi anak angkat sang tante. Dan semua itu perlu minta ijin kepada keluarganya. Sang anak bercerita jika ia terlantar dari orang tua. Tinggal bersama seorang nenek yang masih kerabatnya yang juga terlantar. Bekerja seadanya untuk menyambung hidup dan membayar kontrakan sederhana.Masih beruntung sih tinggal di sebuah kontrakan yang hanya seukuran kamar 3*4 meter. Masih ada loh anak jalanan lain yang tinggal di bantaran sungai, pemukiman kumuh dan kolong jembatan.Sang pemuda yang menolong anak ini juga berkehendak untuk mengadopsinya besrta sang nenek seandainya anak itu mau. Karena sang pemuda ini di tem