Pesona Roy dan Sasa.
Sasa memang memiliki sifat yang sedikit angkuh juga. Jika sudah terluka, ia akan berbuat yang menjadi balasan atas lukanya. Sasa tidak menyangka jika Roy akan menduakan dirinya. Padahal selama ini ia rela menolak cowok manapun yang mendekatinya maupun menyatakan cinta padanya.
Semua demi kesetiaannya pada Roy. Tapi Roy malah mengejar Clara, disaat ia sedang ingin menyayangi. Bahkan Sasa sempat merasa aneh dengan Roy yang lebih ingin dekat dengan Clara dari pada dirinya. Dan heran jufa mengapa Clara yang kalem dan lembut bisa menerima Roy?
"Ah, iya. Seperti apa jua Roy, mau angkuh atau berengsek, tetap saja ia berkharisma. Pesonanya menahlukan lawan. Pastilah Clara bisa takhluk dengan Roy."
Sasa bergumam dalam hati. Tapi Sasa masih merasa lebih cantik dan modis dibanding Clara. Ia merasa akan menang dari gadis berambut pirang itu. Sasa memiliki sikap agresif yang akan membuat Roy selalu ingin dengannya. Terlebih saat cream itu su
Roy teringat tante"Siang ini, kamu jalan atau dijemput duhai Clara? Jika tidak dijemput, biar bersamaku saja. Kali ini aku bersama supir. Dari pada jalan kaki, mendingan naik mobilku. Dijamin sampai depan rumah dengan aman dan nyaman."Setelah mengikuti pelajaran hari ini. Bel tanda selesai belajar dan semua murid dipersilahkan untuk pulang. Roy yang ingin selalu dekat Clara, segera ke arah gadis itu. Tampak Clara sedang duduk di kursi samping sekolah. Jika dalam keadaan menunggu sudah dipastikan pulangnya menunggu jemputan."Bukankah kau tahu, jika aku sekarang sudah jarang jalan kaki lagi. Sejak tersandung, hingga kini aku selalu dijemput."Clara berucap dengan tenang. Roy meminta maaf karena telah banyak lupa. Clara memahami itu. Karena memang sejak benturan itu, Roy terlihat beda. Banyak yang bilang begitu loh. Roy kembali menawarkan keinginannya untuk mengajak Clara pulang bersamanya. Agar kakaknya tidak kerepotan harus ijin dari kantor untuk
Hal tak terduga.Clara dan ketiga temannya masih berada di sekat gerbang sekolah. Diantaranya ada Roy dan Sasa. Roy yang tadi sempat menundukkan mata dan mengingat kisah cinta tantenya yang kuat dan tulus sejak masih kecil hingga usia tua ini. Yang mana mereka kini sudah memiliki tiga anak yang cantik dan tampan.Dua orang keponakannya itu bergender perempuan, dan ada lelaki yang lahir paling bontot. Bahkan anak bungsu tantenya ini sudah seusia Rina. Terpaut tujuh tahun menikahnya antara orang tua Roy dan sang tante yang merupakan adik kedua dari mamanya Roy. Sang tante dan omnya itu bahkan kini sudah memiliki usaha yang maju dan lancar.Sama seperti mama Roy yang kaya raya. Tantenya itu selalu dilimpahi rezeki yang terus mengalir. Dan sang tantenya itu juga mulai suka bederma. Ia sering memberi sedekah Jum,at di masjid maupun lingkungan dengan berbagi makanan. Hidangan yang biasa diberikan itu seringnya nasi ayam bakar yang pesan di warungnya tante Naira.
Kala itu masih sekolah dengan seragam atasan putih dan bawahan abu-abu. Clara yang tadinya sangat pendiam, kini ikutan seperti temannya. Menjalin cinta dengan teman sesama siswa. Kisah kasih di sekolah, bukan cerita baru. Sudah sejak dahulu, banyak yang menjalin cinta dari bangku sekolah. Bahkan ada yang hanya kagum saja diawalnya. Perlahan tumbuh cinta, hingga tak ingin berpisah. Bahkan ada yang teguh dan kuat menjalin kasih dari bangku sekolah, hingga menjadi mahasiswa lalu kerja dan menikah denganya juga. Teman yang dulu sering bersama dan mengikat dalam perasaan cinta. Ada yang cinta dengan sesama siswa hanya sementara. Kata orang itu cinta monyet, cinta anak ingusan. Yang tidak untuk serius dan selamanya. Hanya untuk hiburan semata dan cintanya itu bisa berpindah-pindah. Sulit untuk setia, tetapi mungkin itu tidak semua. Karena ada juga yang kuat cintanya hingga menikah dan tua bersama. Ada juga loh yang mengagumi seseorang dari r
"Hai gadis!" Sapa seorang pemuda di jalan. Clara menengok ke belakang, sesaat setelah mendengar suara tersebut. Ia merasa heran, ada orang yang belum dikenal menyapa begitu saja. Clara menatapnya sejenak, lalu berbalik ke arah semula yang mana dia dari tadi hanya menatap ke depan. "Ya..kok, diam saja sih?" Pemuda tadi mengajak bicara lagi, meski Clara hanya menengok sebentar. Selebihnya diam dan melanjutkan arah perjalanannya. Clara tidak ingin menggubris pemuda yang belum dikenalnya itu. "Ih, siapa sih orang ini? Berani-beraninya dia bertanya di tengah jalan. Mana percaya diri banget lagi?" Clara menggerutu dalam hati, sambil terus melanglangkahkan kakinya. Sang pemuda itu semakin mendekat dan berkata penuh manja. Ia bertanya tentang Clara yang diam saja tidak menanggapi ucapan orang tadi. Dipandanginya dari ujung kaki hingga kepala. Clara menebak sesuatu. "Rapih benar penampilanya, atas
"Aaaach."Pemuda itu mengerang, menahan sakit akibat tamparan yang cukup keras di pipinya. Ia tidak menyangka ada orang seberani itu. Padahal dirinya tidak berbuat apa, justru ingin melihat kondisi kaki Clara yang tadi tersandung. Hal ini membuat Clara dan sang pemuda merasakan kesakitan.Clara menahan sakit pada dengkul dan jempol kakinya. Sedang sang pemuda menahan sakit di pipinya yang memerah kini. Pandangannya kini mengarah ke samping. Seorang remaja putra seusia Clara dengan seragam yang sama dengan gadis itu kini menatap tajam.Tangannya mengepal seakan ada ketidak sukaan yang membawa amarah. Sang pemuda tidak mengenal orang yang berdiri di sampingnya dan tadi menampar pipi tirusnya begitu saja. Dia bahkan tak tahu apa kesalahanya. Sehingga dia di serang begitu saja."Roy?"Segera Clara menyapa teman satu kelasnya itu. Sekuat tenaga gadis manis ini ingin mendekat kepada Roy. Namun rasa sakit mengalahkan keinginanya. Ia tidak jadi b
Pemuda itu segera naik bis yang lewat dekat jalan tempat mereka tadi bertemu dan beradu kata. Pemuda yang belum memperkenalkan namanya kepada Roy dan Clara itu, tadi bermaksud pulang ke rumahnya yang ia tempuh demgan naik bis.Kadang diantar oleh keluarganya. Belum memiliki mobil sendiri. Dan sepeda motornya bergantian dengan sang adik.Tinggal di area padat penduduk dengan fasilitas yang sederhana. Berstatus lajang dan ingin sekali menjalin cinta dengan gadis semanis Clara. Meski belum begitu tahu seluk beluk gadis itu.Sang pemuda sudah memiliki ketertarikan sejak awal berjumpa. Karena tempat kerjanya masih sewilayah dengan Clara menimba ilmu.Sang pemuda yang masih berjiwa labil ini, merasa dipermalukan oleh Roy yang tadi sempat menamparnya secara tiba-tiba.Dihatinya penuh rasa dendam meski ingin dinetralkan tetapi sakit hatnya tetap ada. Bahkan yang paling membuatnya semakin merasa kesal saat sang adik mengetahui wajah kakaknya berubah.
Ketika berdua saja"Ada apa bu? Mari silahkan masuk ke ruang dokter! Sudah girirannya," ucap Tante Naira dengan senyum manis nan ramah."Oh, iya. Terima kasih."Segera tante Naira melayani dengan tulus dan penuh kasih. Ia berusaha agar sang ibu yang tadi sempat kecewa agar kembali ceria. Dengan kecerian dan semangat dari dalam diri berharap sang ibu ini bisa sembuh sakitnya. Serta semangat selalu dalam menjalani hidupnya.Pasien itu tertegun dan merasa malu tadi sempat banyak protes. Sekarang dia diperlakukan sangat baik hingga membuatnya segan. Bahkan meminta maaf karena sudah emosi di depan para pasien yang lain. Ibu itu tetap senang berobat di klinik tempat Tante Naira yang juga saudaranya Clara ini bekerja.Sementara itu Clara yang sudah kembali menelusuri jalan. Akhirnya sampai di depan rumahnya Clara. Di depan rumah sederhana namun rapih dan asri berpintu gerbang warna kuning tembaga ini, Clara turun dengan hati-hati. Untung kaki kirinya tidak ada
"Tok..tok!"Terdengar suara orang mengetuk pintu ketika mereka berdua sedang berdekapan mesra. Segera Roy melepas tangan yang tadi dilingkarkan di pinggang Clara. Mereka berdua agak kaget dan merasa tidak biasanya ada orang mengetuk pintu di siang hari.Kecuali memang ada tamu yang menyampaikan hal penting. Roy dan Clara saling berpandangan, menerka siapa yang datang siang hari disaat orang sedang memanfaatkan waktu untuk istirahat.Para tetangga Clara sudah paham jika bertamu yidak akan siang hari. Karena waktu seperti ini biasanya untuk santai atau tidur siang."Apakah kau mengunci pintu rumah ini, Roy?"Clara bertanya dengan rasa penasaran. Setahu dia tadi waktu masuk ke dalam rumah pintu dibiarkan terbuka. Kok, sekarang ada yang mengetuk dan memang pintunya ditutup."Iya, tadi sebelum ke dapur aku menyempatkan untuk mengunci pintu," jawab Roy."Lalu, apa maksudnya kau lakukan itu?" Clara bertanya lagi, masi