Share

Itulah jika bermain api.

Saat itu, hanya Miranda yang ada di ruangan.

Suasana menjadi sedikit aneh.

Matthew duduk di sofa, tapi matanya tertuju pada Miranda.

Dulu, Miranda memandangnya dengan cinta dan perasaan ketergantungan. Cara dia memanggilnya selalu sangat manis.

Tapi sekarang, Miranda nyaris tidak menatap matanya. Ekspresinya memancarkan kekesalan, ketidaksabaran, dan rasa jijik.

Melihat tidak satu pun dari mereka yang berkata apa-apa, pelayan itu maju ke depan dan bertanya sambil tersenyum.

"Tuan, anda ingin minum apa?"

Para pelayan tidak mengetahui kebenarannya, jadi di mata mereka, Miranda dan Matthew sudah lama bertunangan. Hanya itu. Oleh karena itu, bukanlah masalah besar untuk memanggilnya "Tuan".

Namun, Miranda melihat dan langsung berpikir untuk meninggalkan pesanan yang jelas. Dia mengoreksinya dan berkata.

"Tidak ada "Tuan" di sini, yang ada hanya Matthew.

Dia berbicara dengan nada yang membuat orang-orang di sekitarnya merasa terintimidasi.

Pelayan itu merasa malu walau
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status