Hayo kira-kira apa yang Emilio dengar?
Suasana di dalam istana sangat tegang karena kecelakaan yang dialami oleh Putra Mahkota Emilio. Dokter kerajaan segera dipanggil untuk memeriksa keadaan Emilio yang cukup buruk. Para pelayan di istana putra mahkota sangat sibuk, sampai dokter akhirnya selesai mengobati Emilio. Namun wajah dokter tersebut tetap pucat bahkan setelah Emilio diobati dengan baik. Ratu Melisa yang sejak tadi berkeliling ruangan dengan gelisah segera menghampiri dokter tersebut. Jejak kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya saat wanita itu mulai bertanya tentang keadaan anaknya. "Bagaimana keadaan Emilio, Dokter?"Dokter melihat luka-luka yang ada tubuh Emilio dengan tatapan putus asa. Setelah jatuh dari ketinggian, Emilio menderita beberapa luka yang membuat dokter tersebut gugup sepanjang masa perawatan. Namun yang membuatnya lebih gugup tentu saja Ratu Melisa. Sudah menjadi rahasia umum di dalam istana pangeran, bahwa Ratu Melisa selalu bertindak berlebihan mengenai urusan putra satu-satunya itu. "Sete
Satu minggu telah terlewat sejak Emilio pertama dinyatakan berada dalam kondisi koma. Meskipun memar-memar yang mewarnai tubuh Emilio tersebut sudah hilang, pria itu tetap tenggelam dalam tidur yang panjang tanpa ada perkembangan sedikit pun. Tidak peduli sekeras apa dokter kerajaan berusaha mengobati Emilio, pria itu tetap saja menutup matanya dengan sangat damai. Di ruangan Emilio, duduk Ratu Melisa yang tidak bergerak sedikit pun sejak dia mulai duduk di sebelah anaknya. Matanya yang gelap terus menatap sosok sang anak yang terbaring tidak berdaya. Ratu Melisa tahu semuanya tidak akan ada artinya lagi, jika Emilio benar-benar tidak bisa sadar kembali. Saat ini, Ratu Melisa mungkin masih bisa mengontrol para bangsawan dan memastikan bahwa tidak akan keributan karena kondisi Putra Mahkota Emilio yang tidak kunjung membaik. Namun jika terus begini, bahkan jika Ratu Melisa meracuni seluruh bangsawan yang ada di Kerajaan Sigmund, tidak ada yang bisa dia dapatkan selama Emilio tidak la
Bau darah naik ke atas udara saat pertempuran melelahkan lain akhirnya berakhir juga. Dua tahun. Butuh waktu dua tahun penuh bagi Pangeran Raoul untuk membersihkan seluruh bandit di daerah perbatasan. Selama waktu itu, Pangeran Raoul sudah tidak lagi bisa menghitung berapa banyak nyawa yang sudah dia bunuh dengan kedua tangannya. Pangeran tersebut berdiri di tengah perkemahan bandit yang telah hancur. Raoul menyimpan pedangnya kembali, saat dia tahu pertarungan panjang yang mereka jalani akhirnya berakhir juga. Dari arah belakang, suara derap langkah kuda terdengar sampai berhenti beberapa meter dari tempat Pangeran Raoul berdiri. Seorang pria gagah dengan zirah tempur turun dari kudanya dan berlutut di hadapan pangeran tersebut. Ketika Pangeran Raoul akhirnya berbalik untuk menatapnya, Kapten Allen segera berbicara pada pangeran itu. "Yang Mulia, kami telah berhasil menangkap pemimpinnya yang berusaha untuk melarikan diri!"Pangeran Raoul mengangguk untuk menanggapi laporan Kapten
Di tengah markas pasukan Pangeran Raoul, kini sudah ada seorang gadis yang tengah disuguhi minum oleh salah satu prajurit. Dari kejauhan saja, orang-orang sudah bisa tahu bahwa gadis tersebut merupakan seseorang yang sangat menarik. Walaupun tubuhnya kotor dan ditutupi debu di beberapa bagian, matanya yang bulat dan bibir merahnya tetap menarik perhatian para lelaki yang ada di tempat itu.Yang lebih menarik, meskipun gadis tersebut baru saja mengalami kejadian yang hampir membuatnya terbakar hidup-hidup, semangat hidupnya tetap membara ketika dia berbincang akrab dengan para prajurit yang berani menghampirinya. Gadis itu sama sekali tidak keberatan berbicara dengan semua orang, seakan berada di markas prajurit dan berbincang-bincang dengan prajurit yang baru saja pulang bertarung merupakan hal yang biasa baginya."Yang Mulia Pangeran Raoul telah kembali!"Hanya ketika orang-orang mulai berlutut dan menyambut kembalinya Raoul, gadis tersebut akhirnya berhenti bicara dengan orang lain.
Ariana membaca surat yang dikirim oleh Raja Alexius berkali-kali sebelum dia akhirnya menyimpan surat tersebut dengan tenang. Wajahnya tidak banyak berubah, selain bibirnya sedikit menunjukan senyuman. Ariana tidak menyangka perebutan takhta yang dia takutkan akan berakhir seperti ini. Baik Ratu Melisa maupun Putra Mahkota Emilio telah selesai. Selama Pangeran Raoul berhasil mencapai ibu kota dengan selamat, mahkota tetap akan jatuh ke tangan Pangeran Raoul. Karena komanya Emilio, pihak pendukung Emilio juga mulai goyah dengan pilihan mereka sendiri. Kebanyakan dari mereka akhirnya memilih untuk setuju dengan pemilihan Pangeran Raoul sebagai putra mahkota baru. Tentu saja, kelompok pendukung Pangeran Raoul juga memiliki pengaruh yang besar atas pemilihan itu. Dengan bantuan mereka, akhirnya posisi Pangeran Raoul sudah bisa diamankan. Ariana memang sedikit tidak terima Emilio harus berakhir seperti ini di kesempatan keduanya. Namun kecelakaan Emilio terjadi tanpa campur tangannya. Ar
Seperti aturan kerajaan, Ariana akan mengunjungi istana terlebih dahulu untuk menerima surat perintahnya sebelum pergi ke medan perang. Untungnya sejak Ariana berniat menjadi seorang ahli pedang, kakeknya telah meminta seseorang untuk membuatkan Ariana zirah yang ringan tetapi sangat kuat. Untuk pertama kalinya, Ariana akhirnya menggunakan zirah yang dibuat khusus tersebut. Tatapan Ariana melembut, saat dia mengambil pedangnya dan kembali membaca kata-kata yang diukir dalam pedangnya. "Jadilah perubahan yang kamu inginkan." Setelah Ariana menggumamkan kata-kata tersebut, Ariana kembali menyimpan pedangnya lalu bersiap untuk pergi keluar dan menemui pasukannya. Para kesatria keluarga Alison mungkin sudah mengenalnya dan menghormatinya dari lubuk hati yang terdalam. Namun para tentara biasa belum tentu melakukan hal yang sama. Ariana harus memasang sikap tegas dan kuat, walaupun dia jelas yang termuda dengan umurnya yang baru mencapai usia 17 tahun. Dengan iring-iringan dari wilayah Al
"Nona Aria, saya hampir saja mencari Anda. Semua pasukan sudah siap untuk berangkat. Raja Alexius secara pribadi akan mengantar kita sampai keluar istana."Ketika Ariana kembali, gadis itu langsung dihampiri oleh Valencia yang terlihat khawatir padanya. Ariana dengan cepat mengangguk. "Maaf telah membuat kalian semua menunggu. Kita akan pergi sekarang," ujarnya memberi tahu. Dengan siulan khusus, kuda milik Ariana berlari sendiri untuk menghampiri gadis itu. Ariana menepuk kudanya dengan lembut, sebelum naik ke atas punggungnya dengan lancar. Sebelum benar-benar pergi, Ariana menyempatkan diri untuk menatap bangunan istana kerajaan untuk terakhir kalinya. Wajahnya dipenuhi perasaan rumit, saat dia akhirnya memutuskan untuk kembali fokus pada jalan di depannya. Sebagai anggota keluarga Alison, Ariana secara otomatis akan menjadi komandan tertinggi dari semua pasukan. Gadis itu membelah barisan pasukan untuk berada di barisan terdepan, sementara Valencia dan Cornell berbaris di belakan
Sepanjang hari, ribuan pasukan yang dipimpin oleh Ariana bergerak untuk pergi ke perbatasan selatan. Mereka melewati pegunungan, lembah, dan berbagai medan lainnya untuk berpindah dari kota ke kota. Jika mereka beruntung tiba di kota sebelum malam, sejumlah besar pasukan akan memiliki atap untuk menginap sebelum melanjutkan perjalanan. Namun bila mereka tidak bisa tiba di kota sebelum matahari terbenam, mereka hanya bisa puas dengan membangun tenda-tenda di tempat yang relatif lebih aman. Sebagai orang yang tidak pernah pergi terlalu jauh dari wilayahnya, Ariana mempelajari banyak hal baru di sepanjang perjalanan yang dia lalui. Tiap kali mereka memasuki wilayah yang berbeda, Ariana menemukan bahwa cara kerja mereka juga berbeda dari wilayah Alison ataupun ibu kota. Ariana mengingat dengan baik karakteristik masing-masing wilayah yang dia lewati. Pengalamannya dalam memimpin pasukan besar ke medan perang ini, tidak akan bisa dia rasakan jika dia hanya membaca buku di perpustakaan bes