Seperti aturan kerajaan, Ariana akan mengunjungi istana terlebih dahulu untuk menerima surat perintahnya sebelum pergi ke medan perang. Untungnya sejak Ariana berniat menjadi seorang ahli pedang, kakeknya telah meminta seseorang untuk membuatkan Ariana zirah yang ringan tetapi sangat kuat. Untuk pertama kalinya, Ariana akhirnya menggunakan zirah yang dibuat khusus tersebut. Tatapan Ariana melembut, saat dia mengambil pedangnya dan kembali membaca kata-kata yang diukir dalam pedangnya. "Jadilah perubahan yang kamu inginkan." Setelah Ariana menggumamkan kata-kata tersebut, Ariana kembali menyimpan pedangnya lalu bersiap untuk pergi keluar dan menemui pasukannya. Para kesatria keluarga Alison mungkin sudah mengenalnya dan menghormatinya dari lubuk hati yang terdalam. Namun para tentara biasa belum tentu melakukan hal yang sama. Ariana harus memasang sikap tegas dan kuat, walaupun dia jelas yang termuda dengan umurnya yang baru mencapai usia 17 tahun. Dengan iring-iringan dari wilayah Al
"Nona Aria, saya hampir saja mencari Anda. Semua pasukan sudah siap untuk berangkat. Raja Alexius secara pribadi akan mengantar kita sampai keluar istana."Ketika Ariana kembali, gadis itu langsung dihampiri oleh Valencia yang terlihat khawatir padanya. Ariana dengan cepat mengangguk. "Maaf telah membuat kalian semua menunggu. Kita akan pergi sekarang," ujarnya memberi tahu. Dengan siulan khusus, kuda milik Ariana berlari sendiri untuk menghampiri gadis itu. Ariana menepuk kudanya dengan lembut, sebelum naik ke atas punggungnya dengan lancar. Sebelum benar-benar pergi, Ariana menyempatkan diri untuk menatap bangunan istana kerajaan untuk terakhir kalinya. Wajahnya dipenuhi perasaan rumit, saat dia akhirnya memutuskan untuk kembali fokus pada jalan di depannya. Sebagai anggota keluarga Alison, Ariana secara otomatis akan menjadi komandan tertinggi dari semua pasukan. Gadis itu membelah barisan pasukan untuk berada di barisan terdepan, sementara Valencia dan Cornell berbaris di belakan
Sepanjang hari, ribuan pasukan yang dipimpin oleh Ariana bergerak untuk pergi ke perbatasan selatan. Mereka melewati pegunungan, lembah, dan berbagai medan lainnya untuk berpindah dari kota ke kota. Jika mereka beruntung tiba di kota sebelum malam, sejumlah besar pasukan akan memiliki atap untuk menginap sebelum melanjutkan perjalanan. Namun bila mereka tidak bisa tiba di kota sebelum matahari terbenam, mereka hanya bisa puas dengan membangun tenda-tenda di tempat yang relatif lebih aman. Sebagai orang yang tidak pernah pergi terlalu jauh dari wilayahnya, Ariana mempelajari banyak hal baru di sepanjang perjalanan yang dia lalui. Tiap kali mereka memasuki wilayah yang berbeda, Ariana menemukan bahwa cara kerja mereka juga berbeda dari wilayah Alison ataupun ibu kota. Ariana mengingat dengan baik karakteristik masing-masing wilayah yang dia lewati. Pengalamannya dalam memimpin pasukan besar ke medan perang ini, tidak akan bisa dia rasakan jika dia hanya membaca buku di perpustakaan bes
Tidak seperti perbatasan utara yang dikelilingi hutan dan bukit-bukit tinggi, perbatasan selatan Kerajaan Sigmund merupakan daerah kering yang dipenuhi pasir saat musim panas. Dengan matahari yang menggantung tepat di atas kepala, panasnya seakan membakar orang-orang yang tengah menghadiri prosesi pembakaran mayat para tentara yang telah gugur. Mereka dibakar untuk menghindari penyebaran penyakit yang mungkin terjadi karena adanya terlalu banyak mayat dalam satu tempat. Api naik semakin tinggi, saat satu per satu mayat mulai hangus di dalam kobaran api itu. Beberapa tentara mulai menangis saat rekan mereka terbakar dalam api tersebut. Tidak ada yang menyalahkan tangis mereka, karena pasukan yang diminta menjaga perbatasan selatan memang sudah berada di batas akhir mereka kini. Selama setahun, mereka dipaksa bertarung di garis depan tanpa tambahan pasukan lagi. Sekalipun mereka disebut sebagai pasukan terbaik Kerajaan Sigmund, dihadapkan dengan lawan yang tidak kalah kuatnya, pasukan
Ketika semua orang tengah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa penduduk yang tidak bersalah, Albert yang telah berhasil membawa para penduduk desa yang diserang untuk berlindung di Kota Alard berteriak dengan frustrasi saat orang-orang kota itu tidak ingin membuka gerbang untuk para pengungsi yang baru saja datang. Mereka terus saja mengatakan bahwa jika mereka membuka gerbang benteng tersebut, mereka juga akan diserang seperti orang-orang itu. "Duke Andrew dari Keluarga Alison telah memberi perintah pada kalian! Cepat buka gerbang ini atau kami akan mendobraknya dengan paksa!"Albert berteriak dengan frustrasi saat orang-orang itu tetap saja tidak mau mengubah keputusan mereka. Karena mereka belum juga selesai dengan misi membawa para penduduk ke tempat yang aman, banyak tentara mati untuk mengulur waktu di garis depan."Hah, Duke Andrew akan mati karena dia terlalu peduli pada orang-orang yang tidak penting. Namun aku berbeda, aku tidak akan menolong orang-orang itu
Setelah mereka melakukan perjalanan yang hampir memakan waktu satu bulan, pasukan yang dipimpin oleh Ariana akhirnya melihat gunung yang menjadi awal perbatasan selatan. Wajah Ariana terlihat bersemangat, saat dia segera memerintahkan pasukannya untuk melaju lebih cepat. Sebentar lagi ... Sebentar lagi Ariana akan bertemu dengan sang Kakek. Ariana jelas sekali tidak sabar untuk menceritakan banyak hal pada kakeknya. Dia juga harus menyampaikan kabar tentang bagaimana Pangeran Raoul secara resmi akhirnya naik sebagai putra mahkota tanpa ada perselisihan. Dia harus menyampaikan sekeras apa dia bekerja demi wilayah Alison, atau betapa Ariana sangat merindukan kakeknya itu. Ketika Ariana membayangkan wajah senang sang Kakek saat mendengarkan beritanya, gadis itu tanpa sadar ikut tersenyum kecil. Namun senyumnya perlahan memudar, saat dia melihat siluet pria berkuda mendekatinya dengan kecepatan di atas rata-rata. "Semuanya, bersiap!"Suasana pasukan langsung tegang ketika Ariana berter
Tidak ada yang tahu berapa lama Ariana berada di sana setelah gadis itu sudah terlalu lelah untuk sekedar menangis atau berteriak. Ariana hanya diam di sana, sampai gadis itu tiba-tiba kembali berdiri setelah dia selesai memeluk tubuh sang Kakek. Tatapan mata Ariana dipenuhi perasaan sakit, saat dia kembali menggunakan helmnya untuk menyembunyikan emosinya dari semua orang. Dari awal sampai akhir, Ariana tidak sadar bahwa Cornell melihat semuanya. Gadis itu tetap berusaha terlihat tegar, ketika dia kembali ke medan pertempuran dengan tenang. "Nona Aria ...."Ketika Ariana baru saja kembali, gadis itu melihat mayat akrab lain di antara banyak mayat yang mulai dikumpulkan oleh pasukannya untuk menerima pemakaman yang layak. Sambil dikelilingi oleh Cale dan Valencia yang menangis keras, mayat Albert menutup matanya seakan dia tengah tertidur. Sebuah luka berbentuk bulat mengenai lehernya dengan tepat. Dari luka itu, Ariana bisa menebak pemimpin kesatria itu meninggal karena terkena pan
Karena pengorbanan dari pasukan Andrew yang telah mengulur waktu sampai pasukan Ariana tiba, pasukan Kerajaan Orvel sepertinya menderita kerugian besar hingga mereka tidak menyerang wilayah di sekitar Kota Alard untuk sementara waktu. Hal itu dimanfaatkan pasukan Ariana untuk bersiap mengadakan pemakaman bagi mereka yang telah gugur. Ratusan warga dan tentara dikerahkan untuk membangun pemakaman massal. Semua orang menggunakan pakaian sederhana, untuk menghormati jiwa mereka yang telah meninggal. Berada di barisan terdepan, Ariana melihat saat satu per satu mayat diletakan di satu tempat untuk dibakar bersama-sama. Bahkan sang Kakek yang merupakan pahlawan perang, terpaksa dibakar di sana karena membawanya kembali ke Alison tampaknya sudah tidak mungkin lagi. Suara tangisan menggema di mana-mana. Mereka yang kehilangan keluarga, kekasih, dan teman menangis bersama di tempat itu. Ariana juga tidak bisa menghentikan air mata turun di wajahnya saat dia melihat mayat kakeknya dan James