Ketika semua orang tengah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nyawa penduduk yang tidak bersalah, Albert yang telah berhasil membawa para penduduk desa yang diserang untuk berlindung di Kota Alard berteriak dengan frustrasi saat orang-orang kota itu tidak ingin membuka gerbang untuk para pengungsi yang baru saja datang. Mereka terus saja mengatakan bahwa jika mereka membuka gerbang benteng tersebut, mereka juga akan diserang seperti orang-orang itu. "Duke Andrew dari Keluarga Alison telah memberi perintah pada kalian! Cepat buka gerbang ini atau kami akan mendobraknya dengan paksa!"Albert berteriak dengan frustrasi saat orang-orang itu tetap saja tidak mau mengubah keputusan mereka. Karena mereka belum juga selesai dengan misi membawa para penduduk ke tempat yang aman, banyak tentara mati untuk mengulur waktu di garis depan."Hah, Duke Andrew akan mati karena dia terlalu peduli pada orang-orang yang tidak penting. Namun aku berbeda, aku tidak akan menolong orang-orang itu
Setelah mereka melakukan perjalanan yang hampir memakan waktu satu bulan, pasukan yang dipimpin oleh Ariana akhirnya melihat gunung yang menjadi awal perbatasan selatan. Wajah Ariana terlihat bersemangat, saat dia segera memerintahkan pasukannya untuk melaju lebih cepat. Sebentar lagi ... Sebentar lagi Ariana akan bertemu dengan sang Kakek. Ariana jelas sekali tidak sabar untuk menceritakan banyak hal pada kakeknya. Dia juga harus menyampaikan kabar tentang bagaimana Pangeran Raoul secara resmi akhirnya naik sebagai putra mahkota tanpa ada perselisihan. Dia harus menyampaikan sekeras apa dia bekerja demi wilayah Alison, atau betapa Ariana sangat merindukan kakeknya itu. Ketika Ariana membayangkan wajah senang sang Kakek saat mendengarkan beritanya, gadis itu tanpa sadar ikut tersenyum kecil. Namun senyumnya perlahan memudar, saat dia melihat siluet pria berkuda mendekatinya dengan kecepatan di atas rata-rata. "Semuanya, bersiap!"Suasana pasukan langsung tegang ketika Ariana berter
Tidak ada yang tahu berapa lama Ariana berada di sana setelah gadis itu sudah terlalu lelah untuk sekedar menangis atau berteriak. Ariana hanya diam di sana, sampai gadis itu tiba-tiba kembali berdiri setelah dia selesai memeluk tubuh sang Kakek. Tatapan mata Ariana dipenuhi perasaan sakit, saat dia kembali menggunakan helmnya untuk menyembunyikan emosinya dari semua orang. Dari awal sampai akhir, Ariana tidak sadar bahwa Cornell melihat semuanya. Gadis itu tetap berusaha terlihat tegar, ketika dia kembali ke medan pertempuran dengan tenang. "Nona Aria ...."Ketika Ariana baru saja kembali, gadis itu melihat mayat akrab lain di antara banyak mayat yang mulai dikumpulkan oleh pasukannya untuk menerima pemakaman yang layak. Sambil dikelilingi oleh Cale dan Valencia yang menangis keras, mayat Albert menutup matanya seakan dia tengah tertidur. Sebuah luka berbentuk bulat mengenai lehernya dengan tepat. Dari luka itu, Ariana bisa menebak pemimpin kesatria itu meninggal karena terkena pan
Karena pengorbanan dari pasukan Andrew yang telah mengulur waktu sampai pasukan Ariana tiba, pasukan Kerajaan Orvel sepertinya menderita kerugian besar hingga mereka tidak menyerang wilayah di sekitar Kota Alard untuk sementara waktu. Hal itu dimanfaatkan pasukan Ariana untuk bersiap mengadakan pemakaman bagi mereka yang telah gugur. Ratusan warga dan tentara dikerahkan untuk membangun pemakaman massal. Semua orang menggunakan pakaian sederhana, untuk menghormati jiwa mereka yang telah meninggal. Berada di barisan terdepan, Ariana melihat saat satu per satu mayat diletakan di satu tempat untuk dibakar bersama-sama. Bahkan sang Kakek yang merupakan pahlawan perang, terpaksa dibakar di sana karena membawanya kembali ke Alison tampaknya sudah tidak mungkin lagi. Suara tangisan menggema di mana-mana. Mereka yang kehilangan keluarga, kekasih, dan teman menangis bersama di tempat itu. Ariana juga tidak bisa menghentikan air mata turun di wajahnya saat dia melihat mayat kakeknya dan James
Emilio menatap bosan jendela ruangannya yang besar. Sejak kecil, dia memiliki kebiasaan untuk menatap keadaan di luar istananya melalui jendela ketika dia merasa risau. Rasanya, sudah lama sekali sejak Emilio terakhir melihat Ariana. Pria itu sangat merindukan tunangannya, satu-satunya cinta yang dia miliki di dunia ini. Sayang sekalipun dia kini telah menjadi seorang raja, dia tidak lebih dari boneka lain milik ibunya. Emilio tidak pernah memegang kekuatan apa pun dalam pemerintahan. Dia hanya bisa mengiyakan seluruh permintaan sang Ibu, sampai saat di mana wanita itu puas dan mengijinkannya untuk menemui Ariana lagi. "Kamu di mana Ana ... Aku merindukanmu ... Sangat merindukanmu ...."Emilio menempelkan tangannya ke jendela ketika dia tidak berhenti khawatir tentang Ariana. Semenjak tunangannya diracuni oleh seseorang yang tidak dia kenal, ibunya selalu mengatakan bahwa Ariana dibawa pergi keluar wilayah Kerajaan Sigmund demi proses penyembuhannya. Sekarang sudah tahun ketiga semen
Setelah hanya ada ibu dan anak di tempat itu, Melisa akhirnya kembali tersenyum walaupun senyumnya perlahan semakin aneh. "Sayang, kamu seharusnya tahu mengapa Ariana bisa sampai diracun pada awalnya. Setelah keluarga Alison kehilangan kekuatannya, orang-orang mulai tidak puas atas pertunanganmu dengan Ariana. Jika kamu terus memaksa untuk mempertahankan pertunanganmu dengan Ariana, bahkan jika Ariana sembuh pada akhirnya, kamu hanya akan menempatkannya dalam bahaya lagi jika terus begini."Melisa melihat wajah tidak puas Emilio, jadi dia segera melanjutkan ucapannya dengan hati-hati. "Namun ceritanya akan berbeda jika Putri Elle yang menjadi ratu sementara Ariana menjadi selirmu. Seorang selir tidak akan memiliki kekuatan politik, sehingga Ariana bisa hidup dengan nyaman bersamamu setelah proses penyembuhannya. Ibu juga tahu bahwa Putri Elle bukanlah gadis yang tidak masuk akal. Selama kamu menikahinya dan menjadikannya seorang ratu, tidak akan ada masalah bahkan jika kamu menghabi
Emilio telah mengenal Cornell selama bertahun-tahun. Pria tersebut tahu, bahwa Cornell tidak mungkin akan bicara omong kosong di akhir nyawanya. Kakinya tanpa sadar bergerak dengan cepat untuk pergi ke taman istana yang Cornell maksud, walaupun hatinya terus berteriak untuk tidak mempercayai ucapan Cornell begitu saja. Emilio tidak ingin percaya bahwa Ibu yang dia hormati berani membohonginya selama ini. Ariana seharusnya tengah berada dalam perjalanan untuk kembali ke Kerajaan Sigmund. Tunangannya itu baik-baik saja, tidak tersiksa seperti yang dibicarakan oleh Cornell sebelumnya. Namun untuk kali ini saja, Emilio terpaksa menelan kebenaran pahit yang selama ini ibunya sembunyikan. Setelah Emilio terus mencari seperti orang gila, dia benar-benar menemukan mayat seorang wanita di tempat yang Cornell sebutkan sebelumnya. Mayat yang ditemukan bukanlah mayat sembarangan. Walaupun wajahnya dipenuhi darah dan hancur, Emilio tetap bisa mengenali siapa mayat menyedihkan itu. Seluruh dunia
"Emilio ... Anakku ... Tolong bangunlah untuk Ibu ...."Di ruangan Emilio yang telah ditinggalkan, Ratu Melisa duduk sambil terus menggenggam tangan anaknya dengan erat. Sejak Raja Alexius mengatakan bahwa Emilio bukan lagi seorang putra mahkota, Ratu Melisa telah hidup dengan sangat putus asa. Dia tidak bisa membunuh Raja Alexius demi anaknya, tetapi dia juga tidak bisa membangunkan sang Anak dari tidur panjangnya. Ratu Melisa bahkan telah berpikir untuk bunuh diri, jika saja Emilio tidak juga bangun sampai Raoul berhasil tiba di ibu kota. Setidaknya jika dia mati, tidak ada orang yang bisa mengancamnya lagi untuk memberi Raja Alexius penawar dari racun yang dia buat. Ratu Melisa mengigit bibirnya dengan erat, ketika dia memikirkan akhir buruk yang mungkin akan terjadi padanya. Tepat ketika dia melamun, tangan yang dia pegang perlahan bergerak kembali. Ratu Melisa sangat terkejut sampai dia lupa memanggil dokter. Matanya hanya terus menatap wajah sang anak, yang perlahan mulai mend