Samudera berlari disepanjang koridor Rumah sakit. Raut panik tergambar jelas di wajah pria itu. Sementara dibelakangnya, puluhan Bodyguard ikut berlari bersama dengannya. ‘Atraksi’ dadakan yang mereka tampilkan mengundang perhatian dari para pengunjung Rumah sakit.
Jonatan yang sama paniknya dengan sang tuan sampai lupa dengan tugasnya untuk ‘mensterilkan’ keadaan. Akibatnya, kedatangan mereka membuat heboh seisi rumah sakit. Untungnya Reinhart sedikit lebih tenang, sehingga pria itu sedikit demi sedikit bisa mengendalikan situasi.
Sepertinya jiwa mereka berdua tengah tertukar.
Sebenarnya, Reinhart bisa memaklumi kenapa Jonatan sepanik itu. Jonatan merupakan orang yang paling tau sedalam apa perasaan Samudera pada Agni. Dan bisa dibayangkan, akan sehancur apa Bos Besar mereka itu jika sampai terjadi sesuatu pada Agni.
Diluar dari itu, Jonatan juga mengkhawatirkan keselamatan mereka semua. Jika terjadi sesuatu pada Agni, mereka semu
Sherly ikut tenggelam dalam pikirannya. Seperti baru menyadari sesuatu, wanita itu kemudian menoleh ke arah dokter Rini. “Jadi... Maksud dokter teman saya keracunan? Ah, maksudnya di racuni, begitu?”Dokter Rini mengangguk, “benar sekali. Ada kemungkinan makanan yang terakhir kali di makan oleh nyonya Agni, mengandung racun arsenik di dalamnya.”“Tapi...” Sherly menggantungkan ucapannya.....Samudera menoleh pada Jonatan. Paham dengan maksud tuannya, Jonatan mengeluarkan telepon genggamnya kemudian berjalan ke sudut koridor sembari melakukan panggilan telepon.“Bagaimana?” Dengan masih menggendong Aska, Samudera menghampiri Jonatan yang tengah berdiri di sudut lorong.“Sudah di pastikan, racun yang di telan nyonya Agni, berasal dari cokelat yang dimakannya, Tuan.” Samudera kembali tenggelam dalam pikirannya. Pria itu kembali berjalan kearah ruang rawat Agni.“Kapan Ask
Samudera mengetatkan rahangnya. Ucapan pria bernama Tony itu terus terngiang di telinganya. ‘Siang tadi... Kerjasama... Poseidon... Keluarga Aditama...’Samudera mencoba untuk menyatukan puzzle yang ada. Lalu dia tersentak. Kenapa dia begitu bodoh. Harusnya dia sudah bisa menebak ada yang tidak beres, saat Agni meneleponnya siang tadi. Dia terlalu bahagia karena wanitanya mengambil inisiatif untuk menghubunginya. Sehingga mengabaikan kecurigaan tentang tingkah aneh Agni.“Bodoh... Bodoh... Bodoh kamu, Sam.” Sam memukul kepalanya sendiri.Samudera kembali duduk di samping ranjang Agni. Menggenggam tangan wanita itu, kemudian mengecup punggung tangan Agni. “Maafkan saya, Agni. Maaf karena saya kurang peka dengan keadaan kamu. Maaf.”Pria itu terus mengucapkan maaf sembari menempelkan keningnya di punggung tangan Agni. Kemudian memejamkan matanya.....Kira-kira seperti itulah pemandangan yang di saksikan Jon
Setelah teriakan nyaring dari Aska. Beberapa orang masuk kedalam ruang rawat Agni.Terlihat Aska tengah di gendong oleh seorang pria paruh baya yang Agni perkirakan berusia awal 50-an.Dibelakang mereka, Rio, Celline, Sherly, Mbok Inem dan seorang wanita paruh baya yang terlihat elegan dan cantik, turut masuk.Agni ingin bertanya pada Samudera tentang siapa dua tetua ini, tetapi saat dia menoleh ke arah Samudera, pria itu tengah menunjukkan wajah dingin. Sangat dingin. Entah kerena apa.Untuk itulah Agni mengurungkan niatnya dan hanya diam melihat interaksi Aska dan pria paruh baya itu.“Tolong turunkan Aska, Kek. Aska mau meluk Bunda.” Pria paruh baya yang dipanggil Kakek oleh Aska, menuruti permintaan bocah lima tahun, dan mendudukkan anak itu di samping Agni.Sebelum melepaskan Aska, pria paruh baya itu lebih dulu mengusap kepala Aska dengan lembut.Agni mengangkat sebelah alisnya, saat mendengar panggilan Aska. ‘
Setelah pintu tertutup, Sherly sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Wanita itu langsung mengeluh dengan keras.“Ya ampun, Tha... Lo buat gue sport jantung kemaren. Gue bawa mobil sambil gemetaran,” Sherly meluapkan semua yang ditahannya selama beberapa hari.Agni melepaskan tawa kecil. “Lebay kamu, Sher....”“Lebay gimana, gue serius Tha... Gue takut terjadi apa-apa sama, Lo.”“Memangnya aku kenapa? Bukannya hanya kelelahan dan masuk angin, makanya muntah muntah?” Agni mengertutkan keningnya.Sherly menepuk keningnya. “Masuk angin apanya, Lo keracunan Tha... Keracunan!”Agni semakin mengerutkan keningnya. “Keracunan?”Sherly mengangguk dengan keras. “Iya... Lo keracunan—““Kamu makan cokelat yang sudah kadaluarsa. Karena itu kamu muntah muntah, dan di rawat di sini.” Samudera memotong ucapan Sherly.Dia tidak ing
Beberapa hari berlalu dengan cepat, Agni telah keluar dari Rumah sakit dua hari yang lalu. Dia menjalani perawatan intensif, sampai mengharuskan untuk bed rest. Dan sekarang dia mulai beraktivitas kembali.Jika mengingat percakapannya dengan Samudera beberapa hari tentang rencana pembunuhan yang di lakukan oleh orang-orang suruhan Tasya, Agni merasa sangat geram.Para manusia biadab itu benar-benar tidak punya hati, hingga menargetkan seorang anak kecil.Tangannya terkepal kuat, “Tasya....” Geram Agni.Jika Samudera tidak menahannya, dia mungkin akan mencari wanita itu dan membuat perhitungan dengannya.Tok tok tokSuara ketukan pintu ruangannya, membuat lamunan Agni pecah.“Masuk...”Terlihat Rara melangkah masuk, sambil memegang sebuah map berwarna biru.“Permisi, Mbak...”“Ada apa, Ra?”Rara meletakkan map yang dia pegang ke atas meja Agni. “Saya mau
Kediaman keluarga LorensSarah yang melihat wajah Tasya yang tertekuk, tidak dapat menahan dirinya untuk mengerutkan kening. Saat ini, sepasang ibu dan anak itu tengah duduk santai di ruang keluarga. Dua cangkir teh dan cemilan ikut menemani waktu istirahat mereka.“Gimanaa rencana kamu? Berhasil?”Tasya menggeleng lesu. “Gagal, Mom. Cokelatnya salah sasaran. Bukan anak itu yang makan, tapi Ibunya,” jawab Tasya yang tengah duduk di seberang sofa.Mendengar hal itu Sarah justru mengangkat sebelah alisnya. “Loh, bagus dong. Berarti kamu tidak perlu repot-repot mengotori tangan dengan membunuh wanita itu, kan?”“Tapi dia selamat, Mom. Wanita itu dan putranya baik-baik saja sekarang,” wajah Tasya masih terlihat mendung.“Lalu, Tony? Bukannya kamu minta dia buat jebak wanita itu?” Sarah kembali bertanya saat mengingat rencana cadangan Tasya.Tasya kembali menggeleng. “Zonk..
PLAK!!“Sayang!”“Daddy!”Sarah dan Tasya sama-sama terkejut saat James menampar Tasya. Orang yang paling terkejut sudah pasti Tasya. Seumur hidupnya, ini merupakan pertama kalinya sang ayah berani menamparnya.Selama ini, apapun yang Tasya lakukan, sefatal apapun kesalahannya, James tidak pernah marah apalagi sampai menamparnya. Namun, ini... Tasya tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Begitu juga dengan Sarah. Setelah bertahun-tahun bersama, ini adalah pertama kalinya Sarah melihat James semarah ini. Bahkan tubuh suaminya itu sampai bergetar menahan marah.“Apa yang kamu lakukan, James?!” Sarah bertanya dengan nada tinggi.Tasya memegang pipinya, sambil menatap takut kearah ayahnya.James menatap Sarah nyalang. “Apa yang aku lakukan? Kamu tanya apa yang aku lakukan, ha? HARUSNYA KAMU TANYA PADA ANAK KURANG AJAR INI, APA YANG SUDAH DIA LAKUKAN!” James berteriak dengan penuh am
James yang mendengar perkataan Melly, menggebrak meja dengan keras.“Brengsek!!”Pria paruh baya itu lalu, menyambar kunci mobilnya, kemudian bergegas keluar dari ruangan. Dia harus meluruskan semuanya.Apa maksud Samudera sebenarnya? Ini tidak bisa dibiarkan.....Saat sampai di lobby Aditama Corp, tanpa bertanya pada resepsionis, James langsung melangkah ke arah Lift. Namun, dia menghentikan langkahnya saat melihat tubuh tegap Jonatan dan Reinhart menghalangi lift seperti patung selamat datang. Tidak lupa raut dingin dan datar dari mereka berdua.“Minggir!” James sedikit membentak saat Jona tidak mengijinkan dia untuk lewat.“Ada keperluan apa, tuan Lorens?”“Bukan urusan kamu! Minggir. Saya ingin berbicara dengan Samudera.” James kembali berusaha untuk lewat. Namun, lagi-lagi terhalang oleh dua kaki tangan Samudera itu.“Jika kedatangan anda karena pemutusan