Kediaman utama Aditama.
Saat keluar dari mobil Reinhart, Mayang di sambut oleh tatapan bingung si kembar Rio dan Celline.
“Loh, mama kok udah pulang?” Celline yang tidak dapat menahan rasa penasarannya langsung bertanya pada ibunya.
Berbeda dengan Rio yang sedikit banyak bisa menebak apa yang terjadi, apalagi dia melihat sopir pribadi kakaknya lah yang mengantar sang ibu pulang.
“Karena apa lagi, sudah jelas mama sama si ular di usir sama kakak, terus si ular ngamuk, ngomong kasar dan buat mama marah. Bener 'kan, mah?” tanya Rio. Mendengar penuturan putranya, Mayang mengangkat sebelah alisnya.
“Dari mana kamu tau, Bang?” tanya Mayang.
“Jadi bener? Padahal aku cuman nebak doang tadi,” ucap Rio sembari menunjukkan gigi putihnya.
Mendengar percakapan Ibu dan Abangnya Celine tidak dapat menahan rasa penasaran sekaligus kagum pada Abang kembarnya itu.
“Semua yang Abang bila
Hari terbilang masih pagi. Namun, kediaman minimalis milik Agni sudah ramai dengan tingkah Aska, yang tengah sibuk memilih setelan apa yang akan dia kenakan.Mbok Inem yang tengah menemani bocah Lima tahun itu, hanya bisa mengelus dada melihat tumpukan baju yang sudah menumpuk di atas ranjang tuan kecilnya.Hari ini adalah akhir pekan, dimana sesuai dengan perjanjiannya dengan sang Om Batman, mereka akan jalan-jalan bersama.“Yang ini bagus nggak, Mbok?” Tanya Aska setelah sekian lama membongkar isi lemarinya. Mbok Inem mengamati pakaian yang ada di tangan tuan kecilnya itu. Terlihat sebuah kemeja lengan panjang berwarna biru muda dengan bordiran Batman pada dada bagian kanan, dan celana jeans berwarna hitam.“Aden yakin mau pakai itu?” tanya Mbok memastikan. Bukan apa-apa, tuan kecilnya akan terlihat bagus dengan apapun yang dia kenakan. Mengingat wajah anak itu yang sangat tampan dengan tatapan yang juga terlihat tajam.Na
“Cantik” gumam pria itu.Sama seperti Sherly, Mbok Inem dan Aska. Respon yang ditunjukkan oleh Samudera juga sama, terpesona.Agni memang terlihat sangat cantik dan anggun. Wanita itu tidak menggunakan aksesoris dan gaun mewah, tas dan sepatu branded, namun terlihat sangat mempesona. Hingga membuat Samudera yang sudah sangat sering bertemu dengan wanita cantik dari berbagai latar belakang benar-benar terpesona.Sebenarnya kata yang dilontarkan Samudera sedikit keras, hingga membuat mereka yang ada di sana turut mendengar. Hal itu juga berhasil menerbitkan semburat merah pada pipi Agni.Sedangkan Sherly, wanita itu sudah melongo tidak percaya. ‘Ini benar-benar Bos nya? Ini benar-benar pak Samudera Aditama yang super dingin itu? Impossible,' batin Sherly....“Mm, ekhm.. Kita pergi sekarang?” Ucap Agni setelah menetralkan degup jantungnya.Suara Agni berhasil menyadarkan Samudera. Pria itu terlihat malu, di
“Kamu..”“Tasya?” Melihat kehadiran wanita itu, Samudera semakin mengerutkan keningnya.“Hay, Sam..” Wanita itu —Tasya, merasa sedikit malu, saat melihat raut tidak suka pada wajah Samudera. Namun, dia berusaha menebalkan muka dengan menunjukkan senyum lebar.“Sedang apa kamu di sini, dan tau dari mana kalau saya ada di ruangan ini?”Samudera mengajukan pertanyaan beruntun dengan alis mengerut. Raut tidak suka dan merasa terganggu, tergambar jelas di wajah pria itu.Bukan tanpa alasan ia bertanya, Samudera tidak begitu menyukai keramaian, untuk itulah setiap perjalanannya selalu bersifat privat. Hanya orang-orang kepercayaan dan orang di tempat ia datangilah yang tau tentang kedatangannya. Lalu, dari mana Tasya tahu..Mendapatkan pertanyaan beruntun dari pria itu, Tasya merasa sedikit gugup. “Oh, emm.. Ke-kebetulan aku lagi makan di sini juga tadi. Lalu, aku ngeliat kamu, makanya ak
Setelah mendengar kalimat panjang yang di lontarkan Agni, Samudera terdiam. Kecewa? Sangat. Akan tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. Samudera tau bahwa selama ini Agni merasa kurang percaya diri, dan sepertinya dia harus menegaskan sesuatu. Sam tidak ingin calon ibu dari anak-anaknya itu merasa rendah diri. Merasa bahwa pembicaraan mereka akan memakan banyak waktu, dan memerlukan konsentrasi, Sam menepikan mobilnya di jalanan yang terlihat sepi. Kemudian membalikkan badannya ke arah Agni. “Kamu sudah mengatakan apa yang ingin kamu katakan. Sekarang biarkan saya mengatakan apa yang ingin saya katakan juga.” Karena Agni yang kembali menggunakan bahasa formal padanya, Samudera pun melakukan hal yang sama. “Saya mencintai kamu, itu kenyataannya! Dan saya ingin mengoreksi kata-kata kamu tadi, kamu bukannya tidak mencintai saya Agni, tapi Belum! Tolong di garis bawahi itu. Jika kamu bertanya apa saya merasa sakit hati dengan kalimat kamu tadi, maka jawab
Setelah dipermalukan oleh Samudera. Tasya langsung pergi dari Restoran itu.Wanita itu melanjukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berbagai umpatan keluar dari mulutnya, yang ditujukan untuk Samudera.“Kurang ajar kamu, Sam! Berani beraninya kamu memperlakukan aku seperti ini!” Umpat Tasya sembari memukul setir mobilnya.“Hanya karena seorang janda tidak tahu malu, kamu berani mengusir aku, Sam. Brengsek!” Umpatan kembali terlontar dari bibir Tasya.Selama hidupnya Tasya tidak pernah diperlakukan seperti ini. Tadi, saat keluar dari Minimarket, Tasya tidak sengaja melihat mobil Samudera melaju dihadapannya. Karena itulah, dia langsung membuntuti mobil itu.Ketika melihat Samudera memasuki Restoran bersama seorang wanita yang menurut Tasya cantik, serta seorang anak laki-laki yang wajahnya mirip dengan Samudera. Tasya pun dengan percaya diri ikut masuk. Namun, dia tidak langsung memasuki ruang privat yang dipesan Samudera.
Saat sampai pada kediamannya, Samudera melihat Jonatan telah menunggu kedatangannya. Melihat kehadiran sang Asisten pribadi, pria itu sedikit mengerutkan kening. Tidak biasanya Jonatan menemuinya di luar jam kerja. Apalagi dengan sikap formal seperti ini. Tidak ingin terus menerka, Samudera langsung bertanya. “Ada masalah apa, Jo?” “Begini, Tuan. Sepertinya nona Tasya telah membocorkan tentang pertemuannya dengan Anda, ketika tengah bersama wanita lain.” Mendengar ucapan Jonatan, Samudera mengangkat sebelah bibirnya, membentuk seringai. “Biarkan dia bermain, Jo. Kita cukup ikuti alurnya saja.” “Baik, Tuan! Saya hanya mengatakannya karena tadi, Nyonya sempat menelpon saya untuk menanyakan hal ini.” Jonatan mencoba menjelaskan. “Apa yang ditanyakan oleh ibuku?” Tanya Samudera. “Nyonya bertanya, apa benar anda memiliki kekasih, dan apa benar bahwa kekasih anda adalah seorang..” Jonatan menghentikan ucapannya, pria itu ragu untuk m
“Apa, apakah kakak ipar cantik?” Tanya Celline lagi terlihat antusias.“Cantik.”“Lalu, apa benar dia sudah punya anak, kak?” kali ini Rio yang bertanya.“Hmm.”Rio mengangkat sebelah alisnya, kemudian bertanya. “Jadi, apa dia merupakan wanita yang sama?”Samudera menganggukkan kepalanya. “Hmm.”Celine yang tidak mengerti ke mana arah pembicaraan kedua kakaknya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Wanita yang sama? Maksudnya? Sama apa nya, Bang?” Tanya gadis itu.“Anak kecil tidak perlu tahu,” ucap Rio sembari mengusap wajah adiknya. Membuat gadis itu merajuk. Lalu mereka berdua mulai saling mengejek satu sama lain.Samudera yang jengah melihat mereka, kemudian berucap “Berhentilah saat kamu harus berhenti!” mendengar suara sang kakak, sepasang anak kembar itu mengehentikan aksi saling ejek mereka.“Cuci t
“Itu nyonya Agni! Itu, itu.. Nyonya Agni keluar!”Mendengar suara Reinhart. Kedua pria itu menolehkan kepala mereka. Wajah Samudera yang terlihat dingin, menjadi lebih hangat. Bahkan Jonatan menghembuskan nafas lega.‘Huff.. Hampir saja,' batin Jo, sembari mengusap dadanya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Reinhart. Hampir saja mereka terkubur dalam neraka....Agni yang kala itu mengenakan setelan sederhana berwarna ungu muda, berdiri didepan rumahnya sembari menatap mobil yang tengah terparkir diseberang jalan.Setelah Agni, terlihat Aska juga turut bergabung bersama sang ibu. Bocah kecil itu mengenakan kaos putih dengan gambar Batman dan celana tiga per empat berwarna hitam.Sepasang ibu dan anak itu melihat ke seberang jalan. Dan Agni lebih dulu memutuskan pandangan. Kemudian berbalik dan masuk kedalam rumah. Meninggalkan Aska sendiri. Sebelum pergi, Agni sempat berpesan pada putranya agar masuk. Dan di jawab dengan an