Share

Bab 14

“Oh iya, aku lupa!” Dia membuka tas, mengambil sesuatu. Itu adalah toples, ukurun mini. Tas yang dia pakai adalah tas yang biasa di gunakan cewe - cewe pada umumnya.

“Ini, ada oleh – oleh dari Kakak ku, dia baru tiba dari belanda siang ini.” Aku membukanya, isinya adalah cokelat. Dia tahu aku sangat menyukai cokelat. Sudah umum bagi dua insan untuk lebih peka, apalagi untuk soal apa saja yang di suka dan yang tidak di sukai.

“Makasih ya, salam untuk Kakak mu! Aku juga punya sesuatu untukmu, sekarang tutup matamu”

dia menurut, aku segera berdiri dari tempat kami duduk, berlari - lari kecil menuju tempat parkiran, membuka jok motor dan mengambil hadiah yang akan kuberikan padanya.

“Sekarang buka matamu” SURPRISE!!! Raut wajahnya terlihat senang saat tahu hadiah yang kuberikan adalah buku yang selama ini dia tunggu.

Matanya sampai bekaca – kaca karena bahagia. Sebelum bertemu, aku menyempatkan diri untuk membelikan buku, sebagai hadiah sebelum aku berangkat. Gara – gara buku itu, malam ini aku tidak makan. Uangku habis. Bukan masalah serius, masih bisa diganjal dengan cokelat, oleh – oleh dari Kakaknya, Kebetulan yang menyenangkan.

“Makasih yank, kau benar – benar pengertian. Sebenarnya, besok aku sudah punya rencana untuk membeli buku ini dan aku ingin kamu yang menemaniku untuk membelinya!” Dia segera menyekah ujung matanya. Akan terasa ganjil jika harus menangis karena buku.

30 menit berlalu dengan cerita – cerita ringan, di isi canda dan tawa. Bagaimanapin juga aku harus membuatnya merasa nyaman sebelum aku masuk ke inti pembicaraan. Baiklah_

“Mmm, yank, ada hal penting yang ingin kukatakan padamu!” Kali ini aku menggunakan panggilan sayang, meskipun aku tau itu agak membuatku merasa aneh. Aku berusaha sesantai mungkin.

“Aku sudah tahu kok, bukankah kita akan selalu bertemu disini jika ada hal penting yang ingin di bicarakan. Aku ingat terakhir kali kita bertemu di tempat ini, malam itu benar – benar malam yang panjang bagiku, tak peduli hujan yang membasahi tubuh, tak peduli angin yang berhembus kencang, tak peduli dengan tatapan orang – orang yang berlari mencari tempat berteduh, satu mil pun tidak bergerak, bagai patung yang bernyawa, saling menatap satu sama lain. Suaramu mengalahkan derasnya hujan dimalam itu. Kata – kata yang akhirnya membuatku yakin akan cintamu, Kau benar – benar berbeda Ciang, aku tidak tahu apa masih ada orang sepertimu di dunia ini. Pertemuan yang tidak akan pernah terlupakan”

Dia benar, pertemuan itu tidak akan pernah terlupakan, pertemuan yang membuat waktu seakan berhenti berputar, tak ada logika, perasaan mengambil alih pikiran. Pertemuan yang akhirnya membuat kami menjalin hubungan yang serius. Tapi, 3 bulan setelah kepergianku, semuanya menjadi rumit_

“Hal penting apa yang ingin kau katakan padaku? Apa kau tahu! Bertemu ditempat ini selalu membuat emosiku terbagi antara penasaran dan takut!” Suaranya terdengar lembut dan ada kekhawatiran disana.

Ya Tuhan, aku tidak tega mengatakan ini padanya, aku harus bagaimana.

“Ak,, ak,, aku mau__” sial, kenapa aku jadi kaku begini.

“Kau mau apa yank??”

Aku menarik napas dalam – dalam.

“Aku mau bilang,,__ dua hari lagi aku akan pergi” seketika suasana memjadi lengang, Qilla sempurna menatapku.

“Maafkan aku karena semua ini serba mendadak, seharusnya aku memberitahumu dari awal”

Mendengar ucapanku, Qilla hanya menggigit bibirnya, tatapan matanya mulai redup. Aku segera menggenggam tangannya.

“Apa kau percaya padaku?" Dia mengangguk.

“Apa kau tahu? Andai saja aku punya segalanya, aku tidak akan pernah mengucapkan kata pergi untukmu! Akan kubuang kata itu jauh – jauh, 2 tahun lebih kita menjalin hubungan ini, melewati semuanya bersama. Kita tidak pernah menyerah, aku sangat beruntung bisa memilikimu dan bisa merasakan perasaan cintamu yang tulus. Aku akan merindukanmu, merindukan senyummu, merindukan bola matamu yang indah, merindukan pelukan hangatmu,, dan aku akan__”

Qilla tiba – tiba melepas genggaman tanganku, bola matanya berair. Dia segera memelukku.

“Aku mencintaimu Ciang, meski aku tidak mengerti apa arti kata cinta itu sendri, hati ini selalu menyebut namamu, hati ini tidak relah berpisah, hati ini punya mimipi! Mimpi untuk hidup bersama, hati ini terlalu egois untuk memilikimu, maafkan aku Ciang, aku mencintaimu, tidak, aku terlalu mencintaimu. Andai saja aku bisa, aku ingin ikut bersamamu, kemanapun itu tidak masalah asal bisa selalu bersamamu. Kau tidak perlu mengakatan apa – apa lagi, aku tidak ingin mendengarnya, biarlah aku menangis dalam pelukanmu.”

Menangislah Qilla, menangislah sepuasmu.kali ini aku akan membiarkanmu melakukannya. Biarlah malam ini membungkus semua kesedihanmu. Aku tahu, ini terlalu berat. Tanpa harus mendengar semua keluh kesahmu, aku tahu kau tidak merelakan diriku. Maafkan aku Qilla. Aku benar – benar minta maaf, aku harus pergi.

Bersambung #Sentani, Jayapura

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status