KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 35POV Naya"Nayaaaaaaaa! Kamu apakan bajuku. Kenapa ada di tanah begini? Mana dekat sama taik ayam lagi!" pekik Lela dari belakang.Aku hanya tertawa cekikikan di dapur, membayangkan wajah Lela yang kesal karena bajunya aku buang dekat dengan kandang ayam tetangga. Cari ribut sih."Ada apa sih ribut-ribut. Ganggu orang tidur aja!" gerutu Ibu keluar dari kamar dengan rambut acak-acakan. Dia menguap beberapa kali, dan dengan seenaknya mencomot telur yang aku rebus untuk Daffa. Padahal Ibu sama sekali belum mencuci wajah. Jorok sekali, ya Allah.Sepertinya aku harus berpikir dua kali untuk menyuruh Ibu melakukan ini itu. Apalagi memasak, aku tidak ingin sampai diare cuma karena cara masaknya yang kotor. Aku bergidik ngeri membayangkan jika Ibu yang memasak untuk kami semua."Hei, ditanyain juga malah bengong!" ketus Ibu sambil menggaruk kepalanya. Aku hanya mengendikkan bahuku, biar saja nanti Ibu tau sendiri cerita dari Lela."Dasar!" bentak Ibu kemudi
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 36POV Naya "Kalau udah ditolak, jangan dipaksa. Malu!" tegasku pada Intan yang masih menunggu Mas Arman."Tapi, Mas. Aku masih kangen satu mobil sama kamu. Apalagi kalau aku ingat momen itu," ucap Intan sok manja pada Mas Arman. Mataku memperhatikan sikap Mas Arman yang semakin salah tingkah."Momen apa?" tanyaku was-was, karena sebenarnya aku takut mendengar jawaban dari Intan dan Mas Arman. Takut jika nanti jawaban yang mereka berikan kembali melukai hatiku. Apalagi saat ini aku sedang berjuang menyelamatkan rumah tangga kami.Mungkin jika kesalahan yang dilakukan selama ini oleh Mas Arman bisa aku maafkan. Apalagi jika mengingat selama ini sikap Mas Arman berubah karena pengaruh Ibu dan Lela. Tapi jika seandainya ada kesalahan lain yang dilakukan oleh Mas Arman. Aku tidak tau bisa atau tidak memaafkan dia.Mengingat selama ini Mas Arman selalu setia. Mungkin dia jahat dan pilih kasih selama ini, tapi dia tidak pernah melirik wanita lain. Itulah s
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 37POV Naya"Kamu pucat. Apakah suami kamu memperlakukan kamu dengan baik?" tanya Pak Wira yang tiba-tiba membuatku terkejut. Aku menghentikan aktivitas mengambil sayur, termenung beberapa saat."Maaf, saya tidak bermaksud. Saya hanya khawatir," lirih Pak Wira lagi.Akhirnya aku berhasil menenangkan diri dari pertanyaan Pak Wira barusan. Aku kembali meraih sayur kemudian memasukkannya ke dalam keranjang.Aku menoleh sekilas ke arah Pak Wira, kemudian tersenyum simpul."Terimakasih, tapi saya baik-baik saja," jawabku tenang. Memang sebenarnya aku merasa sedikit pusing, tapi aku rasa wajar karena kecapekan."Biar saja yang gendong Daffa. Sepertinya dia bosan digendong kamu terus," pinta Pak Wira lagi."Tidak perlu, Pak. Saya bisa mengatasi ini sendiri. Lagipula saya akan ke lantai tiga, buat membeli perlengkapan acara ulang tahunnya Daffa," tolakku lembut. Aku tidak ingin terlalu dekat dengan laki-laki lain. Apalagi saat ini aku masih menjadi istri oran
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 38POV Naya"Kalian juga jangan terlalu keras dengan Naya, nanti dia bisa usir kalian dari sini. Lagian kita harus bisa rebut hatinya, biar dia bisa luluh." Mas Arman kembali berbicara.Ya Allah, jantungku rasanya berdetak lebih kencang dari biasanya. Nafasku memburu menahan amarah. Jadi selama ini kamu hanya akting, Mas? Kamu menganggap aku dan keluargaku sebagai pembohong. Aku meremas kuat kantong belanja yang dari tadi aku pegang. Awas saja kalian semua, aku tidak akan memaafkan kalian. Terutama kamu, Mas.Aku akan buat kalian kehilangan semuanya. Agar kalian tau bagaimana rasanya di sakiti. Mari kita berakting sama-sama.Setelah menenangkan hati yang terasa panas, aku kembali memutar badan. Sepatu yang tadinya sudah aku lepas, aku pakai kembali. Untungnya Daffa tertidur pulas, jika tidak bisa ketahuan mereka jika aku menguping.Setelah memakai sepatu, aku kembali menetralkan rasa amarah yang dari tadi membuncah. Kuhapus air mata yang mengalir di p
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 39POV Naya"Mas, aku mau ngomong," ucapku ketika kami sudah di dalam kamar. Mas Arman yang sedang memakai baju setelah mandi menoleh, kemudian melanjutkan ritualnya memakai baju."Ngomong apa, Sayang?" tanya Mas Arman lembut. Jika dulu dia memanggilku dengan sebutan sayang, aku akan sangat senang dan bahagia. Tetapi tidak dengan sekarang, aku sangat benci saat dia mengatakan itu. Apalagi setelah tau dia mengkhianati aku, sebenarnya bukan hanya aku yang Mas Arman bohongi, juga Abi dan Umi."Maksud Intan tadi pagi apa? Maksudnya momen apa yang tidak bisa dia lupakan?" tanyaku. Mas Arman mengehentikan aktivitasnya menyisir rambut, sedetik kemudian kembali melanjutkan.Setelah selesai, Mas Arman memelihara duduk di tepi ranjang. Sedangkan aku berbaring sambil mengecek pendapatan pada beberapa aplikasi menulis."Maafkan, Mas. Sebenarnya kemarin-kemarin itu Mas sering pergi ke kantor dengan Intan. Karena motornya rusak," ucapnya menjelaskan. Sebenarnya apa
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 40POV Naya"Diminum dulu, Pak tehnya," ucapku pada Pak Wira yang sudah duduk di sofa. Ibu dan Lela juga duduk di sofa dekat dengan Pak Wira. Entah mengapa Lela terlihat cengengesan dari tadi. Aku memilih untuk duduk di sofa yang berhadapan dengan Pak Wira. Sedangkan Mas Arman masih berdiri melihatku dengan penuh pertanyaan."Iya, terimakasih." Pak Wira mengambil gelas yang kuseduh tadi, kemudian meminumnya sedikit. Aku masih diam, menunggu penjelasan Pak Wira kenapa tiba-tiba datang. Apalagi aku tidak pernah memberitahukan alamat rumahku. Apa dia melihatnya dia biodata yang aku berikan saat pencetakan buku. Ah, mungkin iya dia tau melalu biodataku."Maaf saya bertamunya mendadak," ucap Pak Wira setelah beberapa menit aku suasana hening."Tidak apa-apa, Pak. Kami juga nggak sibuk," jawabku sambil tersenyum. Kemudian melihat ke arah Mas Arman yang masih setia berdiri. Aku takut jika Mas Arman marah dan memukul Pak Wira. Apalagi kejadian kemarin itu bel
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 41POV NayaSetelah kejadian tadi, Ibu dan Lela langsung pamit pulang ke rumah. Sepeda yang tadi dibawa juga dibawa pulang oleh mereka. Aku malas sekaligus malu jika harus ribut-ribut di sini. Apalagi ini warung, tempat Ibu-ibu.Karena hampir magrib, aku segera pamit pulang juga sama Mpok Atik dan beberapa Ibu-ibu di sana. Aku menggendong Daffa dan berjalan pelan pulang kerumah. Mas Arman juga tadi pamit pergi ke pasar, entah apa yang mau dia beli.Saat sampai dirumah, aku melihat mobil Mas Arman sudah terparkir di depan rumah. Itu tandanya dia sudah pulang, aku mempercepat langkah. Karena suara orang mengaji di mesjid mulai terdengar. Itu tandanya azan magrib sebentar lagi berkumandang."Nah itu dia orangnya pulang," ucap Lela saat aku baru saja masuk ke dalam rumah. Aku bingung karena baru saja masuk tapi wajah mereka menatapku marah."Sini kamu, Nay," panggil Mas Arman menyuruhku duduk di sampingnya. Sedangkan Ibu dan Lela duduk berhadapan dengan M
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 42POV ArmanJika ada sebutan bagai memakan buah simalakama. Itulah yang aku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, aku harus dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Menerima kenyataan jika orang yang selama ini aku panggil Ibu adalah orang yang telah membunuh orang tuaku sudah membuatku menderita.Selama ini tidak ada yang mengatakan kebenaran itu padaku. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa baru sekarang Umi dan Abi mengungkapkannya. Kenapa tidak dari dulu ketika dia mengenalku dan akan melamar Naya. Jika saja aku tau kenyataan ini dari awal, aku dan Naya pasti tidak akan merasakan penderitaan yang lebih seperti ini.Saat itu aku menangis hingga lelah, agar gundah di hati hilang. Sejak pulang dari rumah Abi dan Umi, aku selalu mencari berita-berita tentang semua kebenaran itu. Bukan aku tidak percaya dengan semua ucapan Umi dan Abi. Hanya saja sulit bagiku untuk menerima semuanya.Hari pertama saat aku pamit ke kantor pada Naya dan Ibu, kenyataannya aku tida