Share

57 Ekstra part 2

Tapi, tangannya tidak terus bergerak mengisi makanan ke piringku. Lucu, kan? Wanita memang seperti itu. Lain di mulut lain di hati.

"Ya, enggaklah. Iya, kan, Mbok?" Aku menatap ke arah Mbok Asih mencari pembelaan.

"Hehe. Bapak, Ibu, kalau gitu saya permisi ke belakang dulu, ya."

"Mbok Asih enggak ikut sarapan sama kita?" tanya Luna sembari menarik kursi di sebelahku.

"Enggak usah, Bu. Saya sarapan di belakang saja. Lagian Bapak dan Ibu pasti perlu waktu berdua sebelum Bapak pergi," jelas Mbok Asih kemudian berlalu.

Meninggalkan kami yang saling menatap satu sama lain.

"Sayang, kenapa kata-kata Mbok Asih mengandung unsur melankolis, ya? Apa Mbok sengaja?" tanyaku pada Luna.

"Iya, Mas. Tiba-tiba aku jadi sedih."

"Apa sebaiknya Mas tidak jadi pergi saja?"

Aku mencoba memberi saran. Seketika raut wajah istriku yang tadinya sendu tampak seperti singa yang siap menerkam mangsa.

"Hehe. Mas cuma bercanda kok, Sayang. Ayo, kita sarapan."

"Eh, tapi ingat ya, Sayang. Hukumannya jangan sampa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status