Share

Bab 22

Kepalaku berdenyut, memejamkan mata dan menghempaskan tubuhku disofa.

Kejadian barusan sempat menguras emosiku sesaat.

Ya, tadi pagi om Wijaya memang sempat mengabarkan kalau sudah dipastikan surat pengadilan agama sudah diterima Ryan. Dan lelaki kepercayaan orang tuaku itu tadi juga mengatakan kalau aku harus bersiap-siap menerima kedatangan lelaki yang akan mengusik ketenangan ku. Ternyata prakiraan dia benar.

Lelaki itu berhasil merusak moodku hari ini.

"Saya buatkan teh hangat, Bu," ucap Yana yang melihatku menenangkan diri.

"Ya, boleh. Terima kasih."

Yana beranjak dari tempatnya menuju dapur, tak lama secangkir teh disuguhkan bersama cemilan.

"Perlu saya pijat, Bu. Muka Anda terlihat pucat," tuturnya yang masih berdiri di hadapanku.

"Tidak. Terima kasih. Kamu boleh kebelakang," pintaku.

Ya, saat ini aku sedang ingin sendiri. Menormalkan hati dan pikiran sesaat. Suara tangis Anggia yang mendekat kearahku menyadarkan lamunanku. Pusing yang tadi melanda ku abaikan sesaat. Menyambu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status