Share

Bab 6. CEO Yang Gila Bersih?

Suasana menjadi aneh dirasakan Bella ketika dia berada di dalam satu ruangan dengan pria yang membuatnya tidak nyaman saat ini. Selain keberadaan Noah yang tidak dia sukai, ada juga tatapan dari wanita tadi yang sempat di tolak Noah tergantikan olehnya.

"Apa si tukang menggigit hanya bisa menggigit?" pertanyaan Noah membuat Bella kesal.

Ingat Bella sedang bekerja, kenyamanan pelanggan adalah tugas utama yang harus dijaga olehnya. Bella menarik nafas mencoba untuk mengabaikan Noah setelah menaruh minumam dia berencana untuk kembali keluar tanpa harus berurusan dengan Noah.

Ketika diabaikan, Noah mengerutkan dahi sambil merasa heran ada wanita yang bahkan menolak bertatapan dengannya. "Kau wanita apa bukan hah?" teriak Noah.

"Mungkin Anda rabun jika tidak tahu jenis apa saya, Tuan," cetus Bella.

"Hah, rabun? Kau ...."

"Saya permisi," sela Bella pamit.

"Hei, siapa yang menyuruhmu keluar hah!" teriak Noah mulai kesal.

bella berhenti berjalan menoleh ke aah Noah yang tertegun mendapat tatapan tajam Bella. "Apa ada lagi yang Anda perlukan, Tuan?" pertanyaannya tidak luput dari tatapan Bella meremehkan Noah.

"Kau tidak takut aku mengadukan keluhan atasmu?" ancam Noah.

"Kalau begitu anak kecil mungkin lebih dewasa dari Anda," balas Bella.

"Anak kecil?" Noah merasa kesal dibandingkan dengan seorang anak kecil yang terlihat lebih dewasa darinya.

Bella dan Noah saling menatap tajam. Noah memperhatikan cara berpakaian Bella dengan baju pelayan. Baru kali ini pakaian seperti itu sempurna di tubub seseorang dia rasa.

"Apa bosmu mengubah selera untuk aku? Bahkan di luar sana ada banyak yang berpenampilan baik sedang mengantri ke hadapanku," ucap Noah.

Bella tidak membalas ucapan Noah.

"Tapi cukup bagus," tambah Noah.

"Mata Anda bagian mana yang melihat wanita berpakaian pelayan bagus, Tuan? Tidak bisa membedakan mana wanita pelayan dan seorang penghibur," balas Bella.

Noah tertegun mendengar ucapan Bella yang mengatakan penglihatannya bermasalah.

"Haha, Kau memang anjing kecil yang bermulut tajam ya! Kamu tidak tahu siapa aku?" tatap Noah tidak mau kalah dari wanita itu.

Noah tertawa untuk sekian lama dia tidak pernah menunjukan wajah bersemangat seperti sekarang apalagi pada seorang wanita. Dia tidak menyangka seorang gadis pelayan bisa membuatnya tertarik banyak bicara.

"Anda hanya seorang yang gila hormat, sampai semua orang harus menyambut Anda dengan berbaris rapi," jawab Bella.

"Kamu tahu itu? Ternyata Kamu memperhatikannya ya." Noah merasa Bella membuatnya menarik perhatian.

"Yang aku tahu, Anda hanya orang merepotkan dan tidak mempunyai hati yang tulus sampai mempekerjakan karyawan hanya untuk menyambut Anda," ucap Bella lagi.

"Bukan aku yang memerintahkan mereka," bantah Noah.

"Anda tokoh utamanya, siapa yang perduli siapa yang memerintah."

"Apa itu mengganggumu?" tatap Noah mulai terpancing emosi.

"Saya rasa itu akan merusak mata Anda juga melihat barisan orang-orang yang mencoba mendapat perhatian Anda," balas Bella.

Noah tertegun mendengarnya, dia tersenyum tipis sedikit tidak percaya ada seseorang yang tahu apa yang dia rasakan dan pikirkan dari semua rutinitas hariam yang menurutnya itu membosankan.

"Lalu bagaimana seharusnya?" Noah penasaran pendapat Bella.

"Mungkin CEO yang gila bersih lebih baik, daripada harus mencicipi semuanya untuk menemukan yang sesuai selera."

Ucapan Bella membuat Noah berpikir keras mencernanya. Noah baru mau bicara lagi, tapi tiba-tiba beberapa orang masuk mengejutkan Noah dan Bellaikut berdiri pamit pergi.

"Hei!" belum sempat Noah bicara, Bella sudah pergi keluar ruangan.

Noah terdiam kesal pembicaraannya di ganggu oleh beberapa wanita yang sedari tadi sudah tidak tahan berdiri dan ingin bertemu dengan Noah.

Dia mendengus kesal berdiri pergi tanpa menghiraukan mereka. Ada dua orang pengawal yang melarang mereka mendekati Noah yang dalam suasana kesal.

Seorang wanita bernama Yuna tampak kesal melihat Noah sudah pergi padahal dia belum sempat menunjukan aksinya dan mendapatkan Noah dengan baik. Peluang dia menjadi seorang model akan berjalan lancar jika ada peran Noah di belakangnya sebagai pendukung.

Tapi itu gagal kali ini tanpa melakukan apapun.

"Padahal selangkah lagi sudah dekat!" rutuk Yuna.

Pria sukses seperti Noah sangat sulit di dekati seperti rumor yang di dengar banyak orang. Sangatsuit mendekatinya ketika Noah sama sekali tidak mau melirik mereka.

Bella yang menghela nafas bisa lepas dari pria seperti Noah membuat dia sesak nafas jika terus berada satu ruangan pengap dengan tatapan mengerikan dan juga takut jika pria sepertinya mampu melakukan banyak hal tanpa ragu termasuk pada dirinya.

"Kau kenapa?" pertanyaan manager mengejutkan Bella.

"Ah, tidak ada saya akan kembali bekerja," jawab Bella pamit pergi ke meja kasir untuk melihat pesanan pelanggan.

Bella kembali pergi berharap tidak ada Noah yang mencoba untuk banyak bicara padanya. Apalagi, dia juga takut dikejar para wanita yang kesal akibat ulahnya yang mengacaukan rencana mereka bersama Noah. Bos yang sedari tadu memperhatikannya juga tampak mencurigakan membuatnya tidak nyaman meski hanya sekedar bekerja sebagai pelayan.

"Ternyata tidak mudah bekerja seperti ini, apa aku bisa melakukannya dan bertahan lama?" gumam Bella.

Ditengah Bella yang sedang bekerja sebagai pelayan di sebuah bar, dua orang pria memperhatikan Bella yang ternyata ditugaskan oleh Mona untuk melihat aktivitas Bella.

Semakin malam, Bella merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk pulang lebih awal membuat managernya bertanya apa yang menjadikan Bella malah berhenti padahal kinerjanya bagus. Dengan alasan sebisanya, Bella berusaha untuk menjelaskan hingga dia benar-benar memilih berhenti ambil shif malam dan akan bekerja di siang hari.

"Untung bosku pengertian." Bella menghela nafas lega.

Langkah kakinya bergegas ketika dia dalam perjalanan pulang. Merasa ada yang mengikuti dan dia berusaha untuk segera sampai rumah. Semakin diperhatikan Bella memilih untuk berlari setelah memasuki area perumahan hingga dia berhenti di gerbang, disana sudah ada banyak orang yang memperhatikannya. Untuk pertama kalinya dia merasa bersyukur ada banyak orang di malam hari sepulang dia bekerja.

"Jantungku bisa tidak bertahan selama tinggal di sini," keluh Bella berjalan seolah tidak ada yang terjadi melewati orang-orang yang banyak memperhatikannya.

Pulang masuk ke rumah dia lakukan perlahan agar tidak membangunkan putrinya yang sudah tidur pulas. Bella berharap ada pekerjaan yang lebih baik selain bekerja sebagai pelayan bar yang akan di anggap sebelah mata dan juga bisa membuat anaknya tidak nyaman nantinya.

"Aku harap ada pekerjaan yanga akan menjamin masa depan kami," ucap Bella berjalan pergi ke kamar mandi setelah memastikan Aria tidak terbangun akibat dia baru pulang.

Di ruang tamu, Mona sedang berbicara dengan kedua pria sambil berpikir keras memikirkan tentang keponakannya.

"Kalian yakin dia keluar dari ruangan Noah? Apa yang terjadi di sana," tanya Mona.

"Tidak ada yang bisa di jelaskan, Nyonya."

Mona menyeringai membayangkan Bella jauh lebih meyakinkan dibanding harus mencari mereka yang masih gadis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status