Bab 29. Tangisan Pilu Sang Adik Tiri“Ini semua milikku! Kau hanya anak tukang kebun yang sudah dipecat oleh papaku! Awas kalau kau berani ngadu sama Alisya, mamamu yang munafik dan pencuri itu, awas kau!” ancamnya lalu berlalu.Rena menatap nanar bontot makananya yang tergeletak di atas tanah. Isinya sebagian telah berhamburan keluar. Debu menempel di wadah bontot yang tercampak itu.“Kak!” panggilnya kemudian. Tapi Tasya tak menghiraukan. “Kak Tasya! Tunggu!” panggil Rena makin kencang.“Stop memanggilku kakak! Aku bukan kakakmu! Mamaku tak pernah melahirkan kau!” sergah Tasya berbalik, lalu meneleng kepala Rena.“Tasya, ada apa? Kenapa bontot adikmu?” beberapa teman sekelas Tasya menghampiri mereka.“Gak apa-apa, tapi dia bukan adikku! Dia hanya numpang di rumahku. Udah, ah, yuk ke kelas!” sanggah Tasya hendak pergi. Namun, Rena kembali memanggilnya.“Pinjam hape Kakak! Aku mau nelpon Mama biar ngantarin bontot makan siang aku. Nanti kalau lapar, gimana?” Rena memohon. Wajah sedi
Bab 30. Semburan Ludah Alisya di Wajah FajarAlisya tengah menyuapi putra bungsunya dengan semangkuk bubur. Dante tengah berlarian di halaman samping rumah megah mereka. Bocah tiga setengah tahun itu memang tak pernah bisa diam. Saat makan seperti inipun dia tetap beraktivitas dengan mainannya.Sejak Alisya resign, dia yang menyuapi Dante makan. Sebisa mungkin dia mengasuh anak-anaknya. Babysitter dia tugasi mengurus Dante saat dia sangat sibuk saja.Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya. Alisya merogoh saku dan mengeluarkan benda itu dengan tangan kiri. Sebuah pesan masuk dari nomor baru, nomor tak dikenal. Sebenarnya Alisya ragu untuk menerimanya. Namun, khawatir kalau itu dari sekolah putri-putrinya, terpaksa dia buka juga.Sebuah kiriman video. Terlihat wajah kedua putrinya di layar, meski Alisya belum mengunduhnya.“Mbak Ayu, tolong gantikan saya suapin Dante!” titahnya kepada sang Babysitter. Lalu mengunduh video yang masuk.Kaget luar biasa, Alisya sungguh
Bab 31. Kecupan Fajar Menyulut Murka DevaAlisya bergeser pelan. Mobil melaju perlahan. Anak buah Deva mengiring di belakang. Tinggalkan Fajar yang teronggok tak berdaya di pinggir gerbang sekolahan.“Bu Alisya baik-baik saja? Atau kita langsung ke dokter?” Sang Bodyguard melirik sekilas.“Saya baik-baik saja! Kita langsung pulang saja!” titah Alisya memejamkan mata.“Baik.” Mobil melaju makin kencang.Security langsung membuka gerbang begitu mobil Alisya mendekat. Beberapa pria berpakaian safari terlihat berdiri di halaman. Mobil Deva sudah terparkir di sana. Pintu mobil Alisya langsung dibukakan oleh salah satu pria itu.“Langsung ke kamar utama, Bu! Pak Deva sudah menunggu!” perintahnya dengan wajah tegang. Alisya merasakan ketegangan itu. Tak terdengar celoteh Dante yang biasanya bermain di halaman samping. Ke mana Ayu membawanya?Ada apa sebenarnya ini? Kenapa suasana di rumah ini sangat tegang? Bukankah Fajar sudah babak belur karena perbuatannya? Lalu, apa lagi masalahnya? Kena
Bab 32. Mawar Memecat Fajar“Panggil ke sini anak buahmu yang telah mengirim foto itu kepadamu! Kenapa dia tidak mengirim foto keseluruhan! Kenapa dia tidak mengirim foto saat aku meludahi wajah Fajar karena meronta dan minta dilepaskan oleh pria bajingan itu …!” Alisya balas berteriak.“Apa? Kau meludahi wajah selingkuhanmu itu? Kau pikir aku bodoh, Alisya, hem? Jangankan ludahmu, lendir paling menjijikkan di tubuhmu sekalipun akan akan dijilat oleh mantan narapidana itu, aku tau itu!” Deva kembali mencengkram bahu Alisya.“Kau salah, Mas! Aku meludahi wajahnya karena aku minta dilepaskan! Dia membuat aku terperangkap di dalam mobilku sendiri. Aku tidak bisa menghindar, itu sebab aku meludahinya. Tolong pahami posisiku, Mas!”“Alasan! Kau sangat pintar mencari alasan, Alisya! Dengar! Mulai detik ini, sedikitpun aku tak percaya lagi padamu. Laki-laki itu sudah menyentuhmu! Aku jijik padamu! Kau menjijikkan! Kau membuatku …. Aaaarrrgh …!”Kembali Deva mencampakkan tubuh Alisya ke a
Bab 33. Berita Bagus Dari AlinaPukul lima sore, jam tutup kantor. Sonya sedang membereskan meja kerja saat ponselnya berdering. Alex memanggil. Dengan lesu wanita itu mengusap layar.“Ya, Lex,” sapanya dengan nada malas.“Sudah kelar kerjanya, bukan, Sayang? Segera ke markas, ya! Aku kangen!”“Maaf, Lex! Hari ini aku capek banget. Aku langsung pulang aja, ya!” Sonya merendahkan suaranya.“Hemm, begitu? Ya, sudah. Jangan macam-macam, ya! kalau pulang-pulang saja! Aku tidak suka perempuan pendusta! Kau tahu itu, kan?”“Iya, Lex. Aku langsung pulang, kok!”“Hemm!”Sedikit lega, Sonya langsung bergerak turun. Buru-buru menuju mobil miliknya di areal parkir khusus karyawan, lalu segera pulang. Mawar menyambutnya di teras depan. Wajah wanita yang hanya terpaut beberapa tahun darinya itu terlihat sangat kusut. Wanita itu telah menunggunya sejak setengah jam lalu.“Mama mau bicara, sebentar, boleh?” tanya Mawar langsung tanpa basa basi.“Ya, Ma. Apakah ada masalah? Papa baik-baik saja
Bab 34. Alisya Tidak Pasrah“Ada berita bagus, Alisya disiksa dan dikurung Deva di dalam kamar!” kata Alina dari seberang sana.“What!” pekik Sonya keget. “Ini … ini benerankah, Tan?” serunya dengan mata membola seraya menatap Fajar. Yang ditatap mendadak gelisah. Pria itu membayangkan Alisya yang tengah menderita.“Benar. Bik Iyah menelpon Tante. Dia mengadu kalau sempat mendengar suara jeritan dan tangisan Alisya dari dalam kamar. Lalu Deva pergi setelah mengunci kamar itu dari luar. Bik Iyah meminta Tante agar segera datang.”“Terus, Tante mau ke sana?”“Enggaklah. Buat apa? Buat belain Alisya? Malas banget! Biar saja! Biarkan Deva melampiaskan kemarahannya. Besok pagi paling lama pasti dia sudah menjatuhkan talak pada Alisya. Kita tunggu saja perkembangannya.”“Besok pagi! Tante yakin?”“Yakin. Kamu ingat tidak saat dia cemburu sama kamu dulu. Dia langsung talak kamu, kan?”“Iya, sih, Tan. Semoga Mas Deva juga berbuat yang sama kali ini, ya?”“Ya, tapi Tante salut sama kamu, S
Bab 35. Pagar Kokoh Terkunci Alisya merasa ditampar. Seketika semangatnya berkobar. Alisya bukan perempuan lemah, sekarang saatnya melawan, bukan pasrah.Hatinya sudah terlalu patah, luka, kecewa, gelisah. Sepertinya Deva sudah sangat membencinya. Sang mertua bukan mendinginkan hati putranya, tetapi malah tambah memanas manasi. Sepertinya perpisahan tak akan dapat lagi dihindari.Ok, aku siap apapun keputusnmu, Mas! Kau memang tak pernah berubah! Kau masih saja Deva yang dulu. Deva yang arrogan, egois, angkuh, dictator, tak pernah mau mendengar orang lain. Lima tahun aku berusaha mempertahankan pernikahan ini! Aku berjuang sendirian. Mencoba bersabar, memahami dan menerima semua kekuranganmu! Tapi kau tak pernah berubah. Setiap ada masalah, pasti kau posisikan aku di pihak yang salah. Kau tak pernah salah! Meskipun kau akhirnya sadar kalau kau yang salah, tak pernah sekalipun kau mengakuinya. Aku sudah lelah, Mas!Kali ini aku menyerah! Kali ini aku siap kehilanganmu! Tapi tida
Bab 36. Terjerat Di Dalam Kubangan DosaMeletakkan bokong besarnya di atas kasur, Sonya menyiapkan hati dan diri, bersiap menanti apapun yang akan diperbuat Alex terhadapnya sebentar lagi. Namun sudah setengah jam menunggu, Alex tak muncul juga. Suara musik masih membahana, sesekali suara cekikian tawa perempuan terdengar dari lantai bawah. Alex sepertinya masih bercengkrama di sana.Sonya memejamkan mata, tak sadar terlelap beberapa saat setelahnya.*“Lex? Kamu? Jangan, Lex, aku capek banget!” Sonya terjaga saat merasakan ada beban berat menindih tubuhnya.“Jangan menolak, Sayang! Aku benci ditolak! Kamu tahu itu, kan, hem?” Mulut Alex menyambar bibir Sonya. Aroma alkohol menguar, Sonya merasa mual.“Kenapa kamu tidak tidur dengan perempuan-perempuan tadi saja, lepaskan aku, Lex! Aku gak bisa!” Sonya menghindar, memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri.“Aku bosan dengan mereka. Tak perlu kau atur aku, Sonya! Aku memilihmu malam ini. Jangan meronta! Semakin kau meronta, aku akan se