Bab 34. Alisya Tidak Pasrah“Ada berita bagus, Alisya disiksa dan dikurung Deva di dalam kamar!” kata Alina dari seberang sana.“What!” pekik Sonya keget. “Ini … ini benerankah, Tan?” serunya dengan mata membola seraya menatap Fajar. Yang ditatap mendadak gelisah. Pria itu membayangkan Alisya yang tengah menderita.“Benar. Bik Iyah menelpon Tante. Dia mengadu kalau sempat mendengar suara jeritan dan tangisan Alisya dari dalam kamar. Lalu Deva pergi setelah mengunci kamar itu dari luar. Bik Iyah meminta Tante agar segera datang.”“Terus, Tante mau ke sana?”“Enggaklah. Buat apa? Buat belain Alisya? Malas banget! Biar saja! Biarkan Deva melampiaskan kemarahannya. Besok pagi paling lama pasti dia sudah menjatuhkan talak pada Alisya. Kita tunggu saja perkembangannya.”“Besok pagi! Tante yakin?”“Yakin. Kamu ingat tidak saat dia cemburu sama kamu dulu. Dia langsung talak kamu, kan?”“Iya, sih, Tan. Semoga Mas Deva juga berbuat yang sama kali ini, ya?”“Ya, tapi Tante salut sama kamu, S
Bab 35. Pagar Kokoh Terkunci Alisya merasa ditampar. Seketika semangatnya berkobar. Alisya bukan perempuan lemah, sekarang saatnya melawan, bukan pasrah.Hatinya sudah terlalu patah, luka, kecewa, gelisah. Sepertinya Deva sudah sangat membencinya. Sang mertua bukan mendinginkan hati putranya, tetapi malah tambah memanas manasi. Sepertinya perpisahan tak akan dapat lagi dihindari.Ok, aku siap apapun keputusnmu, Mas! Kau memang tak pernah berubah! Kau masih saja Deva yang dulu. Deva yang arrogan, egois, angkuh, dictator, tak pernah mau mendengar orang lain. Lima tahun aku berusaha mempertahankan pernikahan ini! Aku berjuang sendirian. Mencoba bersabar, memahami dan menerima semua kekuranganmu! Tapi kau tak pernah berubah. Setiap ada masalah, pasti kau posisikan aku di pihak yang salah. Kau tak pernah salah! Meskipun kau akhirnya sadar kalau kau yang salah, tak pernah sekalipun kau mengakuinya. Aku sudah lelah, Mas!Kali ini aku menyerah! Kali ini aku siap kehilanganmu! Tapi tida
Bab 36. Terjerat Di Dalam Kubangan DosaMeletakkan bokong besarnya di atas kasur, Sonya menyiapkan hati dan diri, bersiap menanti apapun yang akan diperbuat Alex terhadapnya sebentar lagi. Namun sudah setengah jam menunggu, Alex tak muncul juga. Suara musik masih membahana, sesekali suara cekikian tawa perempuan terdengar dari lantai bawah. Alex sepertinya masih bercengkrama di sana.Sonya memejamkan mata, tak sadar terlelap beberapa saat setelahnya.*“Lex? Kamu? Jangan, Lex, aku capek banget!” Sonya terjaga saat merasakan ada beban berat menindih tubuhnya.“Jangan menolak, Sayang! Aku benci ditolak! Kamu tahu itu, kan, hem?” Mulut Alex menyambar bibir Sonya. Aroma alkohol menguar, Sonya merasa mual.“Kenapa kamu tidak tidur dengan perempuan-perempuan tadi saja, lepaskan aku, Lex! Aku gak bisa!” Sonya menghindar, memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri.“Aku bosan dengan mereka. Tak perlu kau atur aku, Sonya! Aku memilihmu malam ini. Jangan meronta! Semakin kau meronta, aku akan se
Bab 37. Deva Menolak Memberi Talak“Jangan pancing kemarahanku! Tolong jangan buat aku tambah stres Alisya!” Deva berteriak sembari menghentak kasar lengan Alisya.“Aku hanya mau menjemput anak aku, Mas! Aku tidak akan bisa tidur tanpa ada dia di sini!” Alisya balas berteriak.“Dante bukan anakmu! Dante anakku! Jangan pernah kau bermimpi bisa bersama dia lagi! Haram kau sentuh tubuh suci anakku degan tangan kotormu itu! Paham!”“Sebenarnya apa maumu, Mas?! Kau tak henti-henti menuduh aku kotor! Padahal aku sudah jelasin kalau aku dan Fajar tak pernah berbuat hal yang kau tuduhkan! Dan mengenai foto-foto itu, itu adalah peristiwa yang dipotong-potong! Aku tak inginkan hal itu! Aku terjebak di dalam mobilku! Satu-satunya caraku melawan adalah dengan meludahi wajahnya. Dan aku melakukannya.”“Dan aku tidak percaya! Bagiku kau tetap perempuan murahan, yang telah dipegang dan diobok-obok oleh Fajar! Aku jijik padamu!”“Terserah! Aku hanya ingin anakku! Sekalipun kau akan talak aku
Bab 38. Mimpi Buruk DevaAlisya masih duduk bersender di pintu kamar tamu, saat terdengar deru mobil memasuki halaman depan. Entah siapa pula yang datang malam-malam begini, begitu pikirnya seraya bangkit. Langkah lesunya mengarah ke pintu utama. Menguakkan gorden jendela untuk mencari tau siapa gerangan yang datang.“Dante!” pekiknya saat melihat Ayu turun dari mobil sambil menggendong Adante.Buru-buru Alisya memutar anak kunci yang tergantung di daun pintu, membukanya dengan cepat, lalu berlari menyongsong sang buah hati.“Mama …!” rengek Dante langsung berpindah ke gendongannya.“Iya, Sayang! Maafin, Mama! Mama enggak tahu kalau Dante pergi tadi.” Alisya menoleh ke arah Tasya. Gadis itu melengos langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya. Alisya menghela napas, harus sabar, meski sikap Tasya makin kurang ajar.“Saya langsung balik, Bu Alisya, selamat malam!” supir pribadi Alina mengangguk sopan.“Iya, Pak. Terima kasih sudah mengantar anak-anak saya pulang. Maaf ngerepotin!
Bab 39. Ketegasan Alisya Melawan DevaDeva panik. Setengah berlari dia menuju kamar utama. Lega luar biasa, saat netranya menemukan Alisya masih terbaring di atas ranjang miliknya.Alisyanya ternyata tidak hilang. Namun, perih segera menelusup ke relung sukma. Teringat saat pipi dan jemari sang istri disentuh dan dikecup mesra oleh Fajar, mantan suaminya. Sakit. Sungguh dia tak bisa menerima kenyataan ini. Jangankan menyentuh pipi dan jemari, seujung kukupun dia tak sudi.Kemarahan kembali berkobar! Emosi membakar. Bayangan bahwa Fajar pernah tidur dengan Alisya mengaduk isi kepala. Itu jelas pernah terjadi, dulu, saat Alisya masih menjadi istrinya. Fajar mencumbu Alisya, menyentuh seluruh tubuh Alisya. Dan Rena adalah hasilnya. Selama ini Deva tak pernah memikirkan itu. Tak ada cemburu. Namun, setelah melihat foto-foto itu, Deva berubah total. “Kenapa mereka bertemu? Pasti Alisya merindukan masa lalunya. Kenapa Alisya merindukannya. Bangsat kau, Alisya …!” teriaknya tiba-tib
Bab 40. Alisya Menghajar SonyaTasya dan Rena sudah berangkat ke sekolah. Dadang, sang supir pribadi yang mengantarnya. Sonya akan segera pulang, namun dia harus mencuri perhatian Deva terlebih dahulu. Peluang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.“Mas, aku pamit, ya!” ucapnya mengetuk pintu kamar tamu.Terdengar langkah mendekat, pintu kamarpun terkuak. “Terima kasih karena kau sudah mengurus Tasya! Tapi, maaf, jangan pernah berharap untuk mengambil dia dariku!” ucap Deva menatap Sonya serius.“Baik, Mas. Aku paham. Dan aku juga turut prihatin tentang masalah Alisya,” jawab Sonya penuh perhatian.“Tolong jangan ikut campur urusan pribadiku! Silahkan pergilah! Aku juga mau mandi!” Deva menutup pintu.“Tunggu, Mas!” Sonya menahan pintu dengan tangannya. “Maaf, aku tak bermaksud ikut campur, aku hanya merasa ada ketidak adilan tentang cara Mas Deva menyikapi kami.”“Apa maksudmu?” Kedua alis Deva bertaut, dengan mata sedikit menyipit.“Dulu, saat Mas mencurigai aku selingkuh d
Bab 41. Rencana DevaDeva menatap nanar pakaian yang menumpuk di kakinya. Pakaian miliknya, yang telah dicampakkan dengan begitu hina oleh Alisya. Betapa dia ingin meneriaki wanita itu. Bagaimana bisa Alisya memperlakukan pakaiannya seperti seonggok sampah. Namun lidahnya seketika kelu, demi menyadari apa penyebab kemarahan Alisya.“Aku meminta Bik Iyah, kenapa kau yang mengambilnya?” selidiknya dengan nada begitu dingin kepada Sonya.“Aku sudah mencari Bik Iyah, Mas. Tapi, aku tidak melihatnya. Jadi, aku inisiatif mengambilnya sendiri karena khawatir Mas telat ke kantornya. Tapi ternyata, Alisya sudah gila. Dia menamparku, menjambak rambutku, sakit, Mas!”Bukan merasa bersalah, Sonya malah mencari kesempatan untuk mencuri simpati Deva.“Sekarang tolong pergi!” tegas Deva tetap dingin.“Mas! Kenapa kau tidak marah pada Alisya, dia menghinamu dengan melemparkan pakaianmu seperti sampah! Ini rumahmu. Siapa dia berani berbuat begitu kasar padamu? Dia tidak menghargaimu, Mas!” sergah