Keesokan harinya, para warga setempat dengan berbondong-bondong datang ke rumah Kelvin. Saat ini juga, kebetulan di rumah itu ada banyak orang yakni ada Kelvin, Miranda, Berry dan Yunita. Setelah itu, salah satu warga menggedor-gedor pintu gerbang rumah Kelvin sambil sesekali berteriak memanggil Miranda maupun Kelvin.Orang yang ada di dalam mendengar teriakan itu dan mereka pun menuju ke arah pintu gerbang dan membukakannya.“Ada yang ini kalian ribut-ribut?” tanya Kelvin yang merasa para warga tidak sopan memanggil mereka.Ujang, salah satu warga mewakili yang lain dan dirinya pun mengatakan bahwa Miranda sudah benar-benar meresahkan. Mendengar hal itu, seakan Kelvin lupa akan rencananya dan malah berbalik memelototi Miranda seperti ingin menyergapnya hidup-hidup.“Apa yang kamu lakukan!” teriak Kelvin pada Miranda yang membuat Miranda gelisah.Sementara itu, Yunita mencoba untuk memanfaatkan kesempatan ini. Dia memilih untuk diam dan membiarkan Miranda terlebih dahulu memberikan kla
Sepanjang perjalanan, Berry merasa sangat bersalah. Bahkan dirinya tidak berani menatap wajah Miranda untuk saat ini. Miranda hanya menangis tanpa suara hal itu Berry ketahui lantaran Miranda seringkali menghapus air matanya yang keluar sedari tadi. Karena tidak tahu harus membawa Miranda kemana? Berry yang kebingungan dengan terpaksa menanyakan isi pikirannya itu langsung kepada Miranda.“Miranda, Maaf... Kamu mau tinggal dimana?” Berry berkata sangat hati-hati agar Miranda tidak sensitif terhadap dirinya. Miranda menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.“Kalau gitu apa perlu aku sewaan kontrakan untuk kamu?” tanya Berry yang baru teringat bahwa dirinya akan dibayar oleh Kelvin sesuai perjanjian.“Tidak. Aku baru teringat dengan ibuku, tolong antar aku ke rumah ibu yang ada di desa A” ujar Miranda pelan.Berry mengangguk namun sebelum mengantarnya ke desa, Berry harus meminta izin terlebih dahulu dengan ibunya yang masih sakit. “Kita ke rumah ibuku dulu, aku mau meminta izin” u
Setelah berunding dengan pihak keluarga lain Joshua pun memutuskan untuk menikahi Desi. Hingga mereka melaksanakan pernikahan di hari Senin depan. Desi sudah terlihat berbunga-bunga karena dia hampir berhasil mendapatkan ketus RT yang begitu di idolakan banyak emak-emak. Lisa merasa kecewa namun tidak tahu harus berbuat apa? Hanya kekecewaan tanpa balasanlah yang saat ini ia rasakan. Malam ini, Miranda sudah sampai di rumah Desi. Berry sempat mengobrol dengan Miranda namun dia harus segera pulang karena khawatir dengan keadaan ibunya.“Terimakasih sudah mengantar aku ke rumah ibu” ujar Miranda.“Sama-sama Miranda, aku pulang dulu soalnya ibu aku sendirian di rumah” ujar Berry.“Iya, Berry... Hati-hati dijalan” ujar Miranda.Berry pun pergi dari sana menuju ke kota. Ada perasaan kasihan yang kini dirasakan olehnya. Setelah memastikan Berry sudah tidak ada, Miranda pun mengetuk pintu rumah dengan beberapa kali. Dari dalam rumah, Desi terlihat sedang merias wajah di kamar tidur. Sesekali
Acara pernikahan Desi dengan Joshua terbilang cukup menarik perhatian para warga setempat. Selain karena status Joshua sebagai RT, pengaruh Desi yang begitu terkenal membuat orang lain tertarik untuk hadir di pernikahan tersebut. Desi merasa senang karena banyak tamu tak di undang datang ke rumah Joshua. Melihat itu, semakin sombong Desi terhadap dirinya. “Dasar kalian tidak ada apa-apanya buatku” gumam Desi dalam hati. Miranda yang baru keluar dari kamar tidur berjalan menuju ke arah Desi. Dirinya merasa heran sekaligus takjub dengan ramainya orang-orang di rumah tersebut. Karena keheranan, Miranda pun mengatakan bahwa dirinya merasa senang atas pernikahan ibunya dengan Joshua. “Ibu, banyak tamu yang turut mendoakan pernikahan ibu sama paman Joshua” ujar Miranda.“Kamu tahu tidak? Joshua itu paling di idamkan kaum emak-emak yang murahan. Eh malah Ibu yang dapatkan Joshua” ujar Desi.“Iya, Ibu. Aku turut bahagia melihat Ibu juga bahagia” ujar Miranda.Tidak lama kemudian, Joshua me
Somat kembali menagih uangnya ke Desi yang sedang berbelanja di dagangnya. Kebetulan juga dagangan Somat lagi sepi pembeli hanya ada Desi seorang. Karena itu Somat pun berani menagih uangnya tersebut. Desi kembali melupakan janjinya dan selalu saja bertele-tele dalam berbicara. Somat ingin marah namun tidak bisa, Desi pun mengurungkan niatnya itu untuk berbelanja di dagangnya. Melihat sepi pembeli, Somat pun memintanya agar tidak membatalkan berbelanja di dagangannya. Bahkan, Somat dengan rela bersimpuh di kaki Desi hanya untuk memohon. Desi tetaplah keras kepala dan dengan tega menghempaskan tubuh Somat hingga terjatuh ke tanah. Setelah puas menghempaskan tubuh Somat, Desi pun meninggalkannya yang masih meringis kesakitan. meskipun jatuh ke tanah bukan berarti tidak terluka. Somat mendapati tangan dan kakinya memar akibat terkena batu kecil-kecil yang bercampur dengan tanah. Hingga datanglah Miranda yang melihatnya masih terduduk di tanah tersebut. Miranda pun terkejut dan membantu
Keputusan Kelvin untuk menceraikan Miranda memang sudah matang ia pikirkan. Meskipun ada perasaan aneh yang setiap saat ia rasakan tidak akan mampu mempengaruhi prinsipnya untuk lepas dari Miranda. Yunita juga selalu ikut mendampingi Kelvin dalam mengurusi surat-surat perceraian tersebut. Hingga akhirnya surat itu pun harus ditandatangani oleh Miranda.“Bagaimana ini Yunita? Miranda harus menandatanganinya tapi aku tidak tahu keberadaannya sekarang” ujar Kelvin yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya.“Coba kita cari di rumah kediaman orang tuanya?” ujar Yunita. “Kamu benar” Kelvin dan Yunita bergegas menuju ke arah parkiran dan masuk ke dalam mobil.Selama diperjalanan, Kelvin hanya bisa diam sambil mengemudi. Sementara Yunita sudah tidak sabar untuk dinikahi oleh Kelvin. Baginya, tidak ada laki-laki lain yang mampu menarik perhatiannya. Selain kaya raya juga Kelvin memiliki paras yang tampan hingga membuat Yunita gatal move on.“Kelvin, apa masih jauh?” tanya Yunita.“Lumayan jauh
Pernikahan Kelvin bersama Yunita bahwa diadakan sebelum Kelvin benar-benar menceraikan Miranda. Bahkan Miranda sendiri tidak mengetahui kabar itu. Ketika Miranda tengah mengambil air dengan menggunakan gelas minum tiba-tiba saja gelas tersebut jatuh dan pecah. Perasaan tidak menentu seakan perasaan itu sedang memberikan informasi kepada Miranda.”Aku harus membersihkannya sebelum ibu mengetahui ini” gumam Miranda pelan.Di lain sisi, Kelvin hanya bisa diam seperti sedang menanggung beban pikiran. Hatinya merasa tidak bahagia dengan pernikahan itu namun wajahnya terus saja memalsukannya dengan bermuka dua. Sedangkan Yunita terlihat sumringah dan selalu memegangi tangan Kelvin. Satu persatu para undangan menghampiri mereka dan memberikan doa yang berlimpah. Selama itu juga Kelvin hanya bisa mengangguk pelan dan terus tersenyum ala kadarnya.“Akhirnya kita resmi menjadi suami istri ya Sayang!” perkataan Yunita begitu kencang hingga didengar oleh beberapa orang yang berada dekat.“Iya, ak
Seperti janji kemarin yang telah Berry katakan pada Miranda, hari ini pun Berry datang kembali ke rumah Miranda. Seperti biasa, Miranda sudah selesai menyiapkan hidangan di atas meja dan dirinya mendengar suara orang dari luar pintu. Miranda meyakini bahwa yang datang adalah Berry dan benar saja Berry pun sudah berada di hadapannya. Tersirat senyuman manis yang menghiasi bibir Miranda. Berry pun salah tingkah melihat kecantikan Miranda yang alami.“Apa kamu sudah siap?” tanya Berry.“Sudah, hanya perlu untuk mengenyangkan perut saja” ujar Miranda.Miranda mengajaknya untuk makan bersama. Setelah itu, Berry dan Miranda menuju ke restoran ternama yang katanya pemilik restoran tersebut adalah ayah dari teman dekatnya. Selama diperjalanan itu Miranda hanya bisa terdiam dan gelisah. Rasa ketidakpercayaan diri sedang ia rasakan. Bagaimana tidak? Miranda yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman kerja ke restoran kini dengan nekat ingin mengajukan lamaran di restoran ternama. Baginy