"Ayah, apa aku ini masih anakmu?" Melinda Ye mengeluhkan sikap Ayahnya. "Mengapa Ayah begitu tega mengurungku selama sebulan? Aku memiliki pekerjaan penting setiap hari. Karierku akan hancur bila Ayah mengurungku di rumah.""Jangan membantahku. Aku tahu semua pekerjaanmu di luaran sana."Tuan Ye mengetahui seluruh kegiatan putrinya di luaran sana. Daripada bekerja, Melinda Ye lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain dan menghabiskan uang berbelanja hal yang tidak diperlukan. Saat ini keluarga Ye tidak kekurangan uang, namun bila tidak digunakan dengan bijak, bukan tidak mungkin mereka akan segera bangkrut dengan gaya hidup berfoya-foya Melinda Ye.Tuan Ye sedang mencegah hal tersebut agar tidak menimpa keluarganya, yang sudah susah payah bekerja siang dan malam demi bisa menyetarakan kelas sosial dengan kelas atas di negara Bei, terutama ibu kota Tian."Tapi, Ayah ...." Melinda Ye tidak bisa melanjutkan perkataannya saat melihat tatapan mematikan dari bola mata Tuan Ye. Dia m
Pak!Tamparan tangan Rayyan Wang di atas meja membuat semua orang terkesiap.Detik berikutnya, Rayyan Wang kembali melayangkan tatapan mengintimidasi kepada semua orang di ruangan tersebut.Apa mereka tidak mengerti dengan maksud perkataannya?Mereka semua sudah tuli, ya? Sampai-sampai tidak ada yang menjawab pertanyaannya.Kembali, semua orang menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tubuh mereka bergemetar hebat seolah ruangan itu diguncang oleh gempa bumi berkekuatan 8 SR.Daripada diberi pertanyaan seperti itu mereka lebih baik dicecar dengan pertanyaan seputar target yang tidak tercapai. Mereka bisa menjawabnya menggunakan analisis data berdasarkan fakta di lapangan. Pertanyaan ambigu seperti itu siapa yang bisa menjawabnya? Terlebih apakah pertanyaan itu nyata, atau sebuah ujian dari Rayyan Wang untuk mengetes kinerja mereka.Suasana di ruangan saat ini lebih mengerikan saat rapat akhir tahun. Karena tidak ada yang mau menjawab, seseorangeorang memberanikan diri untuk memberikan mas
Sejenak, Leony Fu memeroses perkataan Rayyan Wang. Sejak kapan dia memiliki pangeran?Siapa yang meneleponnya dengan nada menggelikan seperti itu?Leony Fu menutup dokumen ditangannya, lalu melihat layar ponselnya mendapati bahwa Rayyan Wang sedang meneleponnya.Mau apalagi Rayyan Wang menelepon dirinya?Pria ini pasti mau mencari masalah dengan Elena Zhang. Apalagi yang bisa dilakukan Rayyan Wang selain mencari masalah dengan sahabatnya.Seseorang sedang jatuh hati memang sangat sulit ditangani. Harus melakukan apa agar Rayyan Wang ini berhenti membuat onar. Haruskah dia mematahkan kaki ketiganya baru dia diam tanpa mengurus orang lain?Kepala Leony Fu dibuat sakit menghadapi Rayyan Wang."Silakan ada pesan apa, Tuan. Nona Zhang sedang sangat sibuk sekarang," beritahu Leony Fu dengan perasaan enggan. Sambil bicara, dia meremas jemarinya seolah Rayyan Wang ada dalam genggamannya."Berikan ponselnya kepadanya. Kalau tidak aku akan datang ke perusahaan untuk membuat keributan." Rayyan W
"Leony Fu, percaya tidak aku akan melemparu dengan ponselmu ini!" Elena Zhang kesal terus menerus diejek oleh Leony Fu. Dia butuh penghiburan bukan diejek seperti itu."Oke, oke, maafkan aku. Teleponku sangat berharga. Di dalamnya banyak tersimpan foto suami masa depanku. Menghancurkannya sama saja mematahkan hatiku. Nona Zhang, tolong kembalikan ponselku kepadaku." Leony Fu ngeri-ngeri sedap menghadapi kemarahan Elena Zhang.Yang membuatnya berjaga-jaga ialah sikap tegas Elena Zhang. Elena Zhang bila sudah berkata pasti akan menepatinya. Ponsel memang bisa dibeli, namun isi file penting di dalamnya tidak akan dapat dibeli sebanyak apapun dia memiliki uang."Ck! Suami masa depan! Mengakui perasaan secara nyata saja kau tidak berani!" Elena Zhang kembali melayangkan sindiran pedas untuk Leony Fu."Ya, ya, dibandingkan dengan Nona Zhang, aku memang pengecut. Tolong kembalikan ponselku, Nona Zhang." Leony Fu takut ponselnya dilempar segera mengambil ponselnya dari tangan Elena Zhang.
Mendengar penuturan Leony Fu, wajah Thomas Xu bersemu kemerahan seperti kepiting rebus. Sebagai seorang aktor dia merasa sikapnya saat ini terlalu berlebihan. Sudah tidak terhitung berapa orang yang menggodanya di lokasi syuting maupun di acara sosialisasi, tapi dia tidak pernah merasa tersipu malu seperti saat ini.Sebelum benar-benar pergi, Leony Fu kembali berkata, "Tuan Xu, datang lebih awal. Apakah menandakan perkataanku sebelumnya benar?" Leony Fu kembali menggoda Thomas Xu.Wajah memerah Thomas Xu sebelumnya menampakkan seluruh ketertarikannya kepada Elena Zhang, sehingga Leony Fu makin berani menggodanya.Bisa menggoda idola sendiri sebuah kehormatan untuknya.Kemerahan di wajah Thomas Xu belum menghilang sudah bertambah merah akibat perkataan Leony Fu barusan.Kali ini dia sudah banyak kehilangan muka di depan wanita yang dia sukai. Untung saja wajahnya tampan, sehingga tidak begitu memalukan.Agar tidak terlihat kentara bahwa dirinya mengakui semua itu, buru-buru berkata, "A
Beberapa detik berlalu, Elena Zhang langsung menyadarkan dirinya. Dia enggan dianggap wanita murahan hanya karena terpesona dengan kata-kata manis dari Thomas Xu.Bersamaan itu, dia mengubah mimik wajahnya menjadi tenang seolah perkataan Thomas Xu sebelumnya tidak memiliki arti apapun."Tuan Xu, Anda ...." Elena Zhang sengaja menggantung perkataannya, membiarkan Thomas Xu sendiri menjelaskan apa maksud dari perkataannya barusan."Maaf, Nona Zhang, aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya mengucapkan kata dari skrip iklan di dalam dokumen ini. Apakah ekspresiku sudah sesuai dengan yang Nona Zhang inginkan?"Awalnya, Thomas Xu ingin melihat reaksi Elena Zhang, apa ada ketertarikan dengannya, atau tidak. Melihat Elena Zhang tidak menampakkan apapun dari raut wajahnya, dia mengakhiri sikap konyolnya kali ini.Tidak ada pria yang sanggup menahan malu ketika ditolak seorang wanita idamannya, bukan? Thomas Xu pun demikian.Sejujurnya, Elena Zhang hampir dibuat mimisan oleh pandangan mata Thom
Rayyan Wang terlambat beberapa detik, mobil sudah melaju pergi. Seluruh kekesalan akan hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya.'Karina Zhang!' Rayyan Wang memaki. Napasnya terengah-engah karena terus berlari. Dia mengeluarkan ponselnya menelepon nomor Leony Fu. Leony Fu mengangkatnya menjawab dengan nada sangat sopan. "Maaf, ponsel Nona Zhang tertinggal di kantor. Dia sedang pergi keluar. Ada urusan penting apa silakan sampaikan kepadaku.""Pergi ke mana?" tanya Rayyan Wang dengan nada ketus."Maaf, Tuan. Hal pribadi seperti itu bukan tugasku. Aku tidak diberitahu olehnya." Leony Fu asal menjawab saja.Wajah Rayyan Wang menghitam berkata lantang. "Berikan aku nomor aslinya. Aku tahu ini bukan nomor miliknya."Pemikiran ini datang karena setiap kali menelepon nomor tersebut selalu saja bukan Elena Zhang yang mengangkatnya untuk pertama kali. Dia bukan anak kecil yang bisa selalu disiasati seperti itu. Apalagi otaknya masih bekerja dengan baik, sehingga masih bisa berpikir dengan l
Jika saja, seseorang yang bersikap pria sejati seperti Thomas Xu adalah Rayyan Wang, Elena Zhang tentu sangat senang. Sayangnya, pria tersebut meskipun sudah diberikan kesempatan tidak pernah melakukannya. Dia lebih memilih menjadi pria bajingan, yang memikirkannya saja membuatnya mau muntah.Justru, Rayyan Wang berubah setelah penampilan dirinya berubah. Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa Rayyan Wang hanya memandang fisik seseorang saja. Bukan mencintai seseorang dengan ketulusan. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa pria paling utama akan melihat penampilan dari lawan jenisnya. Akan tetapi, sikap Rayyan Wang lebih keterlaluan. Dia bukan saja menhinanya, namun menyelingkuhinya secara terang-terangan.Dalam urusan asmara dia memang tidak beruntung. Karenanya, dia akan memilih pekerjaan ketimbang hubungan asmara.Elena Zhang tersadar dari lamunannya memandang Thomas Xu.Hal apapun yang bisa menghalangi kecemerlangan kariernya harus disingkirkan. Dia tidak mau jatuh dan terluka untuk