Sebagai karyawan magang di Houston Public Library, Raja Edward Forester termasuk yang paling rajin. Manager perpustakaan pun merasa puas melihat pria bertubuh jangkung dan atletis itu bekerja membantu Stefany Rowland menata kembali buku yang telah dibaca pengunjung ke rak asalnya.Tak disangka di awal tahun yang baru, antusiasme pengunjung perpustakaan meningkat pesat. Mungkin karena aktivitas akademika telah dimulai seperti biasa di kampus mereka. "Ouch, punggungku rasanya seperti nyaris patah karena terlalu banyak buku yang harus dibereskan, Edu!" ujar Stefany sambil memijat sendiri bagian belakang tubuh rampingnya.Edu hanya tertawa ringan mengusap-usap puncak kepala pacarnya lalu dia menawarkan bantuannya, "Bagaimana kalau kuoleskan krim pereda nyeri encok di punggungmu setelah ini, Stefy?""Ide bagus. Akan tetapi, sebaiknya kita susun terlebih dahulu buku di dua troli ini ke rak sesuai kode. Jam pulang kerja sebentar lagi, Edu," jawab Stefany lalu mendorong troli yang tidak dipi
"BLAAAZZTT!" Kilatan cahaya putih kebiruan menyerang Siren yang membawa harpa sakti di tangannya. Suara denting alat petik yang menyesakkan jiwa manusia normal terdengar mengerikan itu masih terdengar. Mencabik-cabik hati hingga kedua ksatria muda yang tadi baru saja terlempar ke tepi Danau Gosyen bercucuran air mata."Estefan, Sebastian, tutup telinga kalian. Jangan dengarkan suara harpa itu!" perintah The Highpriest dengan tegas. Kedua pria muda itu segera menutup daun telinga dengan telapak tangan mereka. Siren jahat yang masih tetap memainkan harpa sakti tertawa keji. Dia menyerang The Highpriest dengan energi halus nan gaib yang melenakan semua makhluk yang mendengar musiknya agar mengakhiri nyawa sendirian."Hentikan permainan harpamu atau aku tidak akan memberi ampun lagi!" teriak Master Oleander Newton sembari mengumpulkan energi panas bumi warna merah menyala di atas telapak tangannya."Hihihi, kau mencoba mengancamku, The Highpriest?" Siren cantik itu tak ingin menuruti pe
Derap kaki kuda yang berjumlah ratusan terdengar laksana guruh di siang hari yang mendung jelang musim dingin itu di Centurion Land. Penduduk Desa Tiger Feet yang mayoritas bekerja sebagai petani sedang memanen gandum di ladang menghentikan pekerjaan mereka dan saling bertukar pandang gelisah."Lord Joachim, apa itu prajurit kerajaan yang datang lagi ke desa kita? Mungkin ada baiknya kita pulang ke rumah dulu sekarang," ujar Patrick Arrow sambil memegang sabitnya di samping kepala desa.Pria yang paling disegani di Desa Tiger Feet itu menghela napas lelah. Dia mengangguk seraya berseru, "Semuanya kita kembali ke rumah. Kuharap tak ada hal buruk yang akan menimpa desa kita lagi pasca serangan kemarin!"Tanpa ada bantahan sepatah kata pun rombongan petani yang berjumlah puluhan itu beranjak dari ladang gandum yang telah separuh terpanen. Mereka membawa alat-alat berladang masing-masing sembari melangkah bersama-sama untuk kembali ke pemukiman. Namun, pemandangan kerusuhan menyentakkan
"Dengar semuanya, Raja Edward Forester belum tewas!" seru Viscount Donovan Kurtis di hadapan para prajurit yang terluka akibat pertarungan dengan para ksatria sakti tadi.Letnan Brandon Marks yang pangkat militernya paling tinggi di pasukan prajurit yang ditinggal kabur oleh Raja Derrick Karpac pun segera menanggapi, "Di mana Baginda Raja Edward berada, Sir?""Raja terlempar ke masa depan dan sedang dijemput oleh rekan-rekan kami bersama The Highpriest. Kalian semua jangan lagi kembali ke istana, bantu kami di pengungsian yang ada di Hutan Timberwood," jawab Viscount Donovan Kurtis mencoba berunding dengan para prajurit.Akhirnya para prajurit menyetujui saran dari ksatria berambut hitam bergelombang sebahu itu. Mereka berbagi tugas; bagi yang lukanya ringan bisa berkuda menuju Hutan Timberwood, sedangkan yang cedera berat tetap dirawat di Desa Tiger Feet bersama para warga desa. Sementara rekan-rekannya kembali ke tempat persembunyian mereka, Viscount Donovan tetap tinggal membantu
"Apa kalian sudah siap untuk pergi ke masa depan?" tanya The Highpriest kepada dua ksatria muda yang akan ikut dengannya masuk ke lubang hitam pusaran lorong waktu. Maka Lord Estefan Riddler bertukar pandang dengan Lord Sebastian Mercy sebelum menjawab, "Tentu, Master Oleander. Kami siap!""Baiklah, kita akan menyebutkan tanggal, bulan, dan tahun serta tempat di mana kita berteleportasi bersama-sama ya!" ujar Master Oleander Newton mengingatkan kedua pria yang akan menyusuri lorong waktu bersamanya.Sebuah lubang hitam dibuat dengan kekuatan sihir tingkat tinggi. Mereka menyebutkan alamat rumah Stefany Rowland lengkap dengan tanggal hari ini sesuai informasi yang mereka dapat dari Kuali Cermin Semesta.Barang keramat milik bangsa Ogre di Kepplin Island itu masih disembunyikan seperti sebelumnya di dalam tanah, mereka berjaga-jaga seandainya tujuan mereka bertiga meleset dan gagal menemukan Raja Edward Forester. Perjalanan melintasi ratusan tahun itu terasa begitu lama hingga ketiga
"Jangan pulang dulu, Edu. Kita mengobrol di ruang keluarga sebentar ya dan tolong nyalakan perapiannya sementara aku membereskan dapur!" pinta Nyonya Victoria Rowland seusai makan malam bertiga."Ohh, baiklah, Ma'am. Saya akan nyalakan kayunya di perapian sekarang!" jawab Raja Edward Forester dengan patuh. Dia sedang berusaha mengambil hati calon ibu mertuanya. Stefany menunjukkan gudang tempat penyimpanan kayu bakar di bagian belakang rumah kepada Edu lalu mereka membawa beberapa balok kayu yang telah terpotong rapi itu ke dalam rumah. "Kuharap kayunya tidak terlalu lembab, Edu. Akan sulit menyalakan api dalam kondisi begitu!" ucap Stefany seraya menyusun balok-balok kayu bakar dari pohon pinus itu ke dalam perapian bersama Raja Edward."Jangan kuatir, pacarmu ini serba bisa. Dengan sentuhan magic segalanya akan sempurna, Baby!" jawab pria bermata cokelat teduh itu dengan senyuman manisnya. Ketika Raja Edward Forester mengucap mantranya, "Ignite Fireoo!" Api pun mulai melahap balo
"Bagaimana situasi di Centurion Land, Para Lord?" tanya Raja Edward Forester penasaran karena sudah beberapa bulan waktu Texas, dia meninggalkan negeri asalnya."Agak kurang baik, Paduka. Jenderal Derrick Karpac merebut Istana Palazzo Vrindavan. Dia pengkhianat tiran, rakyat menjadi sengsara di bawah pemerintahannya yang lalim. Pengikut Amaraca yang berada di Centurion Land menjadi pendukung Derrick. Perisai kristal pelindung masih utuh di atas langit kerajaan dan itu mencegah Amaraca masuk ke Centurion Land!" jawab Lord Sebastian Mercy yang memang mengetahui langsung perkembangan situasi di dalam kerajaan.Setelah mendengar penuturan dari ksatria pelindung Centurion Land, Raja Edward pun bertanya kepada The Highpriest, "Guru, apa aku bisa kembali ke Centurion Land?""Tentu saja bisa, kami memang sengaja menjemputmu ke mari, bukan? jawab Master Oleander Newton seraya terkekeh lalu melanjutkan dengan pertanyaan yang membuat sang raja gagah perkasa itu bimbang, "Nah, yang ingin kutanyak
"Edu, para ksatria telah datang menjemputmu ke masa depan, berarti tak lama lagi kamu akan meninggalkanku, bukan?" ujar Stefany dengan raut wajah sedih sambil mengambil buku yang berserakan di meja baca perpustakaan lalu memasukkannya ke troli untuk disusun lagi ke rak buku asalnya nanti.Raja Edward Forester terdiam sulit menjawab pertanyaan pacarnya itu, sebenarnya dia tak ingin berpisah dari Stefany. Dia membantu pekerjaan gadis pustakawati itu dengan cekatan jelang jam tutup perpustakaan. "Apa kau akan tahan tanpa adanya listrik dan internet di zamanku, Stefany?" balas pria bermata cokelat teduh itu."Entahlah, tetapi bila bersamamu aku akan merasa aman dan senang. Hanya saja bagaimana dengan ibuku, masa aku meninggalkannya sendirian di masa kini?" jawab Stefany yang membuat Raja Edward mendadak lesu memikirkan kisah cinta mereka yang terpisah oleh ruang dan waktu itu.Dia lalu menghampiri Stefany dan memeluknya erat-erat. "Aku akan menunda kepulanganku ke Centurion Land sejenak