Varsha menyesap batang rokoknya perlahan di ruangan milik Ayahnya. Ruangan itu sudah menemani sang Ayah untuk melakukan banyak sekali aktifitas dan juga pekerjaan. Varsha baru mengenal sang Ayah sebentar. Akan tetapi ia sudah harus dihadapkan pada perpisahan yang menyedihkan.
Varsha menatap foto yang selalu Ayahnya pajang di meja. Foto itu bukanlah foto Ayah dan Nyonya Geiska, melainkan foto Ayah dan Ibu kandung dari Varsha. Ibu dan Ayahnya adalah pasangan serasi, sang Ibu yang kelihatan cantik dan ceria sementara Ayahnya yang gagah dan tampan. Varsha merasa semakin sedih, mengapa ia tidak seberuntung orang-orang? Ternyata benar yang dikatakan sebuah lagu, bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga. Ia memiliki uang sebanyak apa pun tidak bisa membeli kedua orangtuanya kembali.
Varsha membuka laci meja kerja sang Ayah, nampak sebuah buku harian milik sang Ayah di sana. Varsha membo
Enam tahun kemudian."Triasono Group dikategorikan sebagai perusahaan nomor satu di Indonesia mengalahkan Suryakancana Group yang semula menempati posisi pertama dalam kurun waktu 20 tahun. Kini Suryakancana Group harus rela menggeser posisi itu untuk Triasono Group yang meraih berbagai macam penghargaan serta pencapaian yang luar biasa. Di balik semua kesuksesan itu, berdiri sosok Pemimpin yang tegas serta adil dan memakmurkan para karyawannya. Seperti apa sosok Tuan Varsha Wiriadinata di mata para karyawan?"Nyonya Keiyona menghela napas panjang sambil menatap Tuan Han. Enam tahun berlalu sejak lelaki itu hanya memakai nama kepemimpinannya. Lelaki itu mendesah panjang, menerima kenyataan di pemberitaan televisi."Suryakancana Group tidak pernah mengalami penurunan seperti ini, Han. Bagaimana bisa Suryakancana Group harus menempati pos
"Memang manusia harus menikah?" tanya Varsha siang itu dengan nada datar. Frans yang tengah meneguk gelas kopi Americano itu tersedak kala Varsha menanyakan perihal pernikahan. Varsha terkekeh sambil menyesap batang rokok beraroma cengkeh favoritnya. Siapa sangka bahwa penguasa seperti Varsha malah merokok kretek? "Mengapa Tuan bertanya demikian?" Frans mengerjapkan matanya. "Kakek menyuruhku menikah, aku tidak pernah berpikiran untuk menikah sejak Alindra pergi. Bahkan keinginanku untuk menemui Syahna juga berkurang. Apakah aku normal?" Varsha bertanya pada Frans. "Jika Tuan masih ereksi saat melihat wanita seksi, itu tandanya Tuan normal. Namun, jika Tuan ereksi saat melihat laki-laki dewasa tak memakai pakaian. Tuan tidak normal." Mendengar itu Var
"Aku tidak mengerti. Kenapa bisa ada orang yang melupakan semudah itu seseorang? Manusia memang diciptakan untuk melupakan hal-hal penting dalam hidupnya, tapi kenapa Syahna semudah itu melupakanku?"Pertanyaan Varsha sore itu membuat Frans terdiam. Ia pribadi tidak tahu kenapa Syahna bisa begitu berubah. Entah karena pemerkosaan yang dilakukan Fabian masih membekas. Atau memang sejak awal Varsha akan menikah Syahna memutuskan melupakan Varsha, tidak ada yang tahu pasti."Kurada ada sesuatu yang mengubahnya." Frans berusaha menjawab pertanyaan Varsha dengan bijak. "Jika memang ia bukan yang terbaik, maka Tuan bisa memilih yang jauh lebih baik."Varsha mendesis. Ia sudah tidak pernah memikirkan wanita jika saja Kakek tak memintanya untuk segera menikah. Sejujurnya Varsha enggan, baginya menjadi penguasa sudah cukup menyedihkan. Ia tidak ingin men
Varsha menaruh sebuket bunga di atas pusara sang Ayah dan mendiang calon pengantinnya. Pemakaman sang Raja dari Triasono Group sudah selesai, makam kedua orang penting dalam hidup Varsha itu pun menjadi saksi bagaimana lelaki 28 tahun itu sendirian bertemakan kesedihan."Tuan, kami akan menunggu di dekat mobil." Frans membungkukkan badannya hingga kemudian punggung tinggi tegap itu berlalu dari hadapan Varsha.Varsha menunduk, memejamkan mata dan mengucapkan do'a-do'a untuk membuat arwah dari jasad orang-orang penting itu lebih tenang. Hati Varsha campur aduk, ia tidak tahu apa yang dirasakan dirinya saat itu. Sedihkah? Atau bagaimana? Sejak ia kehilangan banyak hal Varsha tidak tahu lagi apa yang ada dalam dirinya."Waktu berlalu sudah sangat lama sejak aku menginjakkan kaki di kehidupan asliku menggantikan Fabian. Waktu telah menggerus perasaan serta pola pandangku terhadap dunia secara cepat, akan tetapi aku merasa masih sebagai anak lelaki yang mudah bersedih karena sesuatu yang k
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
Jam 9 malam.Udara yang lembab dan panas di luar, berubah menjadi sangat dingin serta menakutkan di ruangan berukuran sempit tersebut. Dua orang pria duduk berhadapan dengan kaku, suara mesin di dalam aquarium menjadi latar sepanjang keduanya larut dalam pemikiran masing-masing."CUIH!"Lelaki berdarah Jawa yang duduk di kursi kulit itu meludah, tepat di samping tubuhnya yang terbalut kemeja berwarna hijau telur asin. Wajahnya sama sekali tak ramah, seolah-olah menyidang seseorang yang melakukan kesalahan besar tak termaafkan.Ia menatap Varsha, sales yang menjadi bawahannya dan tengah tertunduk lesu. Lelaki berusia 21 tahun itu hanya mengangkat sebelah alisnya, tangannya memegang sebatang rokok kretek yang sudah hampir habis separuhnya.Varsha tak berani mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menunduk, ingin mengetahui apa yang hendak pria itu sampaikan kepadanya kesekian kalinya."Menganggap diri lu becus kerja, hah?" tanya lelaki bernama Agung itu sambil menyesap rokoknya. "Gila, bi