Hai, readers, maaf sekian lama baru update lagi. Aku baru terkena musibah, rumah kemasukan maling dan hp aku diambil. Jadi, aku baru beli hp lagi dan baru bisa aktif. Semoga kalian masih terus setia dan gak meninggalkan Abimanyu dan Kania yaaa. Huhuhu .... Insya Allah, nanti malam aku update lagi, yaa.
Part 25 Season 2 “Kamu mau ke mana?” tanya Santi, melihat Kania yang sudah berpakaian rapi. “Mau ke pabrik, Bu. Aku dan Mas Abimanyu izin cuti hanya dua minggu sebenarnya. Tapi, karena keasyikan liburan bulan madu, malah ditambah jadi sebulan,” sahut Kania seraya membetulkan jarum pentul di bawah dagunya. Santi mendengus sinis. “Aku yakin, itu kamunya saja yang mau menambah masa liburan. Kamu lihat, akhirnya Abimanyu yang kebingungan mengatasi cek stok sendiri. Mana si Dani lagi sakit. Seharusnya, kamu sebagai istri mengerti dengan pekerjaan suami kamu.” Kania tertegun mendengar omelan Santi. Beberapa hari sudah tinggal seatap bersama, ia semakin bisa mencium rasa ketidaksukaan sang ibu mertua padanya. Apakah ini alasan ibu mertuanya itu tidak hadir di akad dan resepsi pernikahannya? Apakah alasan sakit itu hanya sebuah kebohongan belaka, untuk menutupi keadaan yang sebenarnya? “Heh, kenapa ngelamun?” bentak Santi, membuat Kania tersentak. “Sudah sana pergi!” “Iya, Bu.” Kania seg
Part 26 Season 2Gudang penyimpanan untuk petugas kebersihan, menjadi pilihan Kania. Cepat-cepat wanita berpashmina itu masuk, sebelum Abimanyu menemukan dirinya.Akhirnya, air mata itu sudah tak terbendung dan jatuh ke sudut bibir. Ia memang belum tahu siapa wanita yang memeluk suaminya tadi. Setidaknya, biarkan ia untuk menenangkan hatinya sejenak, sebelum berbicara serius dengan Abimanyu.“Kania … Ya, Allah, kamu di mana?” gumam Abimanyu gusar. Matanya memindai sekeliling. Tidak terlihat jejak ke mana istrinya pergi. Hanya aroma parfumnya yang tersisa di lorong itu.“Sudahlah, Mas. Ngapain lagi dia dikejar? Bukankah lebih baik dia pergi, sehingga ada ruang untuk kita bersama?” Kembali Liana mencoba untuk memeluk pinggang Abimanyu dari belakang.“Lepas!” Abimanyu menepis tangan Liana, kasar. “Jangan pernah bermimpi, kamu bisa menghancurkan rumah tanggaku dan Kania.”“Semudah itu kamu melupakan kisah kita, Mas?”“Kamu pikir, aku sebegitunya mencintai kamu, sehingga aku gak bisa melup
Part 27 Season 2 Plak! Kania membalas tamparan Liana, dua kali lipat lebih kuat. “Memangnya, kamu siapa? Kamu pikir aku takut sama kamu? Gak sama sekali!” “Berani banget kamu!” Liana menatap tajam ke arah Kania, sambil memegangi pipinya yang terasa memanas. Rahangnya pun terasa nyeri akibat pukulan yang tepat mengenai rahang di bawah telinganya. Perempuan ini tidak selemah yang dipikirkannya. “Kenapa, kamu pikir, aku akan diam saja, sementara ada yang berusaha menghancurkan kebahagiaan rumah tanggaku? Jangan mimpi, Liana!” Begitu jelas nama itu disebutnya. Nama yang sempat ia dengar di gudang tadi. Tangan Liana terayun sekali lagi, namun dengan sigap Kania menangkap tangan putih mulus itu, sampai tertahan di udara. “Tanganmu ringan banget, ya. Gampang banget menampar orang lain.” Wajah Liana semakin memerah, mendapat perlawanan yang terasa membuatnya kehilangan harga diri. Belum lagi ada beberapa karyawan yang mengintip keributan mereka. “Kali ini kamu boleh merasa menang, Kan
Part 28 Season 2 Pandangan terasa sangat berputar-putar secara tiba-tiba. Karena sempoyongan, Kania cepat bersandar pada tembok, sebelum tubuhnya limbung ke lantai. “Kenapa, Bu?” Ayu—sekretaris Abimanyu yang baru dengan sigap menangkap tubuh Kania. Ia baru saja mengantar laporan ke ruangan Abimanyu, lantas melihat istri sang atasan terlihat sempoyongan. “Gak tahu, nih. Tiba-tiba, terasa mual dan pusing. Uweeekkk … Tolong, antarkan saya ke toilet dulu. Saya mau muntah,” pinta Kania sambil menutup mulutnya. “Baik, Bu. Hati-hati.” Ayu menuntun Kania menuju kamar mandi yang tak jauh dari gudang kebersihan. Sebisa mungkin, Kania menahan keinginan untuk muntah. Padahal, perutnya sudah terasa seperti menolak-nolak ke atas. Setiba, di kamar mandi, Kania berjalan cepat menuju washtafel. Rasa mual tadi sudah tidak bisa ditahan. Kania segera memuntahkan seluruh isi perutnya di sana. Entah apa yang membuat perutnya seperti ini. sementara ia tidak memiliki riwayat asam lambung atau sejenisnya.
PART 29 SEASON 2 Irama jantung Kania terdengar berpacu lebih cepat dari batas normal biasanya. Hatinya begitu menyimpan harap pada benda kecil di tangannya. Namun, harapan itu segera ditepisnya. Khawatir, jika bukan dua garis yang muncul di sana, maka, hatinya harus patah sepagi ini. Rasanya lama sekali waktu berjalan, hanya untuk membuktikan hasil tes urine pertamanya pagi itu. Kania sudah tidak sabar ingin berteriak, jika memang dua garis yang muncul di sana. “Allah, Allah, ya, Allah.” Kania berujar seraya menutup mulutnya, melihat hasil yang ke luar di alat tes kehamilan di genggamannya. “Ya, Allah, alhamdulillah ‘alaa kulli haal.” Tak kuasa menahan rasa haru, Kania sampai menitikkan air mata bahkan sampai menangis sesegukan. Abimanyu yang menyadari sang istri tidak ada di sampingnya, bergegas mencari ke kamar mandi. Alangkah terkejutnya lelaki itu, mendapati sang istri tengah menangis sesegukan di dekat washtafel. “Sayang, kamu kenapa?” Abimanyu menghampiri istrinya yang masih
Part 30 Season 2Dahiku berkerut, berpikir. “Anak musuh? Apa yang Ibu maksud dengan anak musuh?”“Sudahlah, abaikan saja ucapan ibu, kita kan mau ke dokter obgyn. Nanti kesorean,” ucap Abimanyu.“Sebentar dulu, Mas. Aku masih penasaran dengan ucapan ibu barusan tadi. Siapa yang Ibu maksud dengan musuh Ibu?” lanjut Kania lagi.Santi memalingkan pandangannya ke arah lain. Ia duduk sambil melipat tangan di depan dada. Kakinya juga disilangkan ke atas kakinya yang lain. Pokoknya, gestur tubuhnya begitu pongah.“Memangnya, kamu mau tahu banget?”Kania diam tak menjawab. Namun, ekpresi wajahnya sudah menyiratkan rasa penasaran yang mendalam.“Sudahlah, Bu. Kania ini sedang hamil muda. Ibu gak perlu mengatakan sesuatu, yang bisa mengganggu pikiran Kania. Itu bisa mempengaruhi kandungannya nanti.” Abimanyu berusaha menghalau, agar ibunya tidak berkata yang sebenarnya dulu sekarang.“Biar, Mas. Biar ibu mengatakannya sekarang. Apa bedanya sekarang dan nanti?” halau Kania. Rasa penasaran telanj
Part 31 Season 2 “Bukan urusanmu, dia anakku!” Mata Liana beralih ke Abimanyu. “Lihat, Mas, ini anak kamu sedang sakit. Kamu sama sekali gak peduli. Kamu lebih peduli dengan pelakor ini.” Sontak sekeliling mereka berbisik-bisik, tatkala Liana menyebut Kania pelakor. “Apa maksud ucapanmu barusan, Li?” tanya Kania. “Kamu tanya, apa maksud aku? Jangan pura-pura bingung, Kania. Kamu itu ‘kan memang yang merebut suamiku? Dan kamu juga yang sudah menjauhkan anakku ini dari ayahnya. Iya, ‘kan?” Kania sebenarnya masih terasa sangat lemas. Tapi, ucapan yang terlontar dari mulut Liana, rasanya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Apalagi Liana melakukan playing victim di muka umum. “Aku merebut suami kamu?” Kania berdiri, berjalan ke hadapan wanita berkaus ketat berwarna biru itu. “Kamu lagi sakit kayaknya? Coba, sini aku periksa.” Diletakkannya punggung tangannya tepat di dahi Liana. “Jauhkan tanganmu itu!” Liana menepis kasar tangan Kania. “Kamu yang berselingkuh dari suamimu, malah melem
Season 2 Part 32 Liana masih saja terus menghujani tubuh kurus Echa dengan pukulan-pukulan dari telapak tangannya. Cubitan juga tak luput membuat biru di beberapa bagian tubuh gadis kecil itu. Echa menjerit kuat, berharap sang ibu merasa iba dengan tangisannya yang terdengar begitu pilu. Atau mungkin siapa saja yang melintas lalu mendengar tangisannya, lantas datang menghampiri untuk menolong. Namun, semua itu tak ada. Liana sama sekali tidak menaruh iba padanya. Dan harapan seseorang datang mengulurkan tangan untuk menolongnya, itu juga sudah pupus. Karena bukan kali ini saja Liana memukulinya, tapi hampir setiap hari. Terlebih jika ia menyimpan rasa kesal entah pada siapa, maka Echa yang menjadi sasaran untuk ibunya melampiaskan kekesalan itu. Tanpa ia sadari, ada seseorang yang merekam perlakuan kejamnya pada Echa menggunakan ponsel. Liana lupa, jendela dapur mereka mereka menghadap ke jalan kecil di belakang. Selama ini tetangga di sekitar mereka diam, karena tidak mau ikut camp