"Jadi kamu hanya seorang manager keuangan di perusahaan besar itu?"selidik Alina pada seorang pemuda yang tengah duduk di seberang sana.Raut muka gadis itu sama sekali tidak menunjukkan kebahagiaan,padahal kemarin ia sudah menyetujui pernikahan ini sebelum mengetahui jabatan calon suaminya itu.
"Lin."Herdarto mencubit tangan putrinya lirih,berusaha menghentikan sikap Alina yang terlihat akan mulai berulah.
"Apa sih,Yah?Aku 'kan hanya ingin memastikan,apa dia sanggup bahagia'in aku.Seharusnya Ayah mecari'kan laki_laki yang lebih kaya dari dia,kalau bisa bos,Yah.Itu baru namanya keren."Gadis itu terus berceloteh di hadapan sang Pria yang terlihat bingung.Yang ia tau saat Tuan Hendarto menawarinya untuk di jodohkan dengan putri satu_satunya,laki_laki paruh baya itu mengatakan kalau putrinya seorang gadis yang sopan dan berpendidikan,tapi yang di lihatnya sekarang bisa di bilang kebalikannya.
"Tapi saya akan berusaha membagiakanmu."Akhirnya Aditya beru
"Aku hamil...?"Alina menjatuhkan tespack yang baru saja ia gunakan,ia tidak menyangka akan secepat ini hamil,seusai tidak lagi mengkomsumsi obat itu.Tok,tok..."Lin...?"Aditya menggedor pintu kamar mandi dengan kencang,membuat Alina terperanjat kaget dan cepat-cepat mengambil alat itu di lantai."Buka,Lin."Baru saja Aditya akan mendobrak pintu itu,Alina terlihat keluar dengan raut wajah yang masam."Lihat,aku hamil 'kan."Alina menyerahkan alat itu ke tangan suaminya dengan kasar,lantas ia berjalan melewati Aditya begitu saja."Hamil....?"Aditya melongo tak percaya,di amatinya alat itu lagi dan seketika matanya berbinar."Kamu beneran hamil,Lin?"Ia menghampiri sang istri ke arah tempat tidur,lalu memeluk wanita itu dengan perasaan yang tidak bisa di ungkapkan."Mas,lepas.""Aku bahagia,Lin.Akhirnya kamu hamil,makasih sayang,"Laki-aki itu mengecup kening Alina benerapa kali,membuat wanita itu mencebik tidak suka."Kalau a
"Yah...?"Rey berjalan cepat menyambut kepulangan Roy di depan pintu dengan senyum yang mengembang,apalagi saat melihat dua paper bag menggantung di salah satu tangan laki-laki muda itu,membuatnya semakin tidak sabar ingin melihat apa yang ada di dalamnya."Maaf,Ayah sedikit terlambat,"balasnya sambil meraih bocah kecil itu dan membawanya ke dalam pelukan."Ayah bawain pesanan aku 'kan?"mata polosnya menatap wajah sang Ayah yang sedari tadi asik menatap sosok wanita yang tengah berdiri di samping tangga.Entah ada angin apa hari ini Elisa tiba-tiba menyambut kepulangannya,padahal biasanya wanita itu akan selalu berdiam diri sambil terus sibuk dengan sosial medianya.Roy menatap kembali wajah anaknya yang sedari tadi menunggu jawaban darinya."Lihat,bahkan Ayah bawakan dua kado sekaligus untukmu.""Makasih,Yah.Tadi juga Mama udah kasih kado ke Rey,nanti malam Ayah sama Mama jadi kan,temani Rey tidur?"ada-ada saja kelakuan bocah satu ini,jika kebanyakan anak a
Ayah...?Roy menatap sekeliling,namun ia tidak melihat siapa 'pun laki-laki selain dirinya yang kini masih ada di dalam mobil. Lalu, siapa yang di panggil Ayah oleh gadis kecil itu?"Ayah...?" ulang Alya sekali lagi,kali ini sambil menggedor kaca mobil yang sedikit bisa ia capai. Wajah cantiknya mencoba menerobos kaca hitam untuk bisa melihat seperti apa laki-laki yang ada di dalam sana."Ma, itu Ayah 'kan? teriaknya kemudian. Alina hanya terpaku tanpa tau harus menjelaskan dari mana, haruskah ia berbohong dan mengatakan bahwa laki-laki itu adalah ayahnya?Ah, rasanya ia begitu malu pada Roy. Ia teringat dulu saat mencampakkan laki-laki itu begitu saja, dan sekarang justru keadaan berbanding terbalik untuknya dirinya sendiri."Sayang, Alya," Alina menghampiri putri semata wayangnya yang masih setia berdiri di samping mobil, ia rengkuh tubuh mungil itu dan membawanya ke dalam pelukan."Nak,""Mama udah janji 'kan, mau bawa Ayah pulang?
Benar saja,meski jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam, Alina tetap pergi untuk menemui laki-laki yang baru saja menghubunginya. Dengan menggunakan taksi, Alina berangkat menuju apartemen milik Anton yang harus ia tempuh sekitar lima belas menitan. Namun kali ini ia kurang begitu bersemangat, jika saja Anton tidak terus memaksa, mungkin Alina akan lebih memilih tidur, untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.Alina sampai di parkiran apartemen, lantas berjalan menuju tempat dimana laki-laki itu yang pasti tengah menunggu kedatangannya.Sebenarnya entah apa yang Alina lihat dari Anton, laki-laki itu hanyalah pegawai kantor biasa dengan gaji yang pas-pasan, jika Alina berniat memanfaatkan uangnya pastilah mustahil, bahkan setiap pertemuan mereka Alina lah yang selalu mengeluarkan uang. Alina kadang rela membelanjakan kebutuhan laki-laki itu, hingga gajinya sebulan bekerja terkuras habis dan pasti nantinya ia sendiri yang kelimpungan saat ada
Untung saja Rey hanya demam biasa, hingga di sarankan untuk menginap satu malam saja oleh Dokter. Membuat Roy yang tadi merasa sangat bersalah akhirnya bisa bernapas lega.Kini kesehatan Rey sudah pulih kembali, seminggu telah berlalu sejak kejadian itu, Roy berubah semakin perhatian kepada anak semata wayangnya. Bahkan sekarang ia langsung pulang setelah jam kantor usai, tidak seperti beberapa hari yang lalu yang sering kali pulang terlambat. Pertemuannya dengan Alya pun tidak sesering kemarin, sekarang Roy berusaha pulang mendahului Alina, dan berusaha menghindar saat berpapasan dengan wanita itu."Ma, kenapa ayah Roy sudah lama tidak kesini?" Alya merengek pada Alina, karena sudah seminggu ini mamanya itu pulang sendiri, padahal ia selalu bersemangat untuk menyambut, kepulangannya, demi bisa bertemu dengan laki-laki yang ia sebut sebagai. Ayah."Ayah sibuk sayang, jadi belum bisa kesini," balas Alina memberi alasan, jujur saja ia juga kesal. Roy yang selalu menghin
*****"Apa jadwalku hari ini, Lin?" Roy duduk sambil memeriksa beberapa berkas yang baru saja Alina bawa, tanpa melihat gelagat wanita itu yang sedari tadi asik memperhatikannya."Nanti siang ada pertemuan dengan pimpinan Pratama Grup di restoran XX, Roy. Apa kamu akan datang?" Alina memeriksa jadwal harian Roy untuk hari ini, dan sejenak ia membatin dengan nama perusahaan yang baru saja ia dengar.Apa, Pratama Grup? Bukankan itu perusahaan tempat Mas Aditya bekerja dulu, gumam Alina dalam hati.Aku jadi penasaran setampan apa yang namanya Tuan Arya itu, eh aku nggak salah 'kan? Namanya memang Arya kalau tidak salah..."Aku akan datang menemuinya," jawab Roy singkat, lalu memeriksa berkas terakhir di hadapannya."Emmm Roy, kamu kenapa?" tanya Alina dengan tatapan penuh selidik, pasalnya sejak tadi pagi ia datang, laki-laki ini terlihat tidak bersemangat, dan wajahnya terlihat kusut, hingga mengurangi ketampanannya."Tidak.""Ka
Tempat indah yang di maksud Arya adalah tempat dimana mereka bisa saling melepas rindu, sekaligus meredamkan amarah sang istri yang tak kunjung usai. Beruntung Haidar dan Kay sudah di titipkan pada Mama Anggi tadi sebelum pergi, dan urusan kantor masih ada Alex yang bisa handle semuanya, jadi mereka tidak perlu khawatir untuk menghabiskan waktu berdua selagi ada kesempatan."Makasih sayang," Arya mendaratkan satu kecupan di bibir wanita itu, sebelum ia beranjak meninggalkan istrinya dan masuk ke kamar mandi.Rengganis hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang selalu saja seperti itu, romantis dan selalu tau apa yang membuatnya bahagia.*****"Mbok, apa Kak Roy belum datang juga?" Elisa menyusul Mbok Nah yang tengah beberes di dapur, wanita paruh baya itu begitu terkejut saat tiba-tiba majikannya itu ada di belakangnya."Belum Non, emmm....?" jawab Mbok Nah ragu, antara bilang atau tidak.Tapi tadi, Tuan Roy melarangny
"Kamu....?" Alina sempat terdiam beberapa saat, memastikan kembali dengan apa yang sekarang ia lihat."Lin, dimana Alya? Dimana putriku?" laki-laki itu terus saja berceloteh, tanpa menyadari ekspresi wajah Alina yang sudah seperti apa."Jawab Lin, kenapa kamu diam?""Mas Aditya____....?" nama itu lolos begitu saja dari bibir Alina, di sertai tatapan tidak percaya dari wanita itu. "Kamu udah...?""Aku udah bebas, Lin? Sekarang kita bisa sama-sama lagi kaya dulu," ucapnya di sertai senyum yang terpancar dari kedua matanya.Laki-laki itu sangat bahagia karena masa hukumannya tiba-tiba di perpendek, dan hari ini akhirnya ia bebas dan bisa kembali menghirup udara segar."Kamu udah bebas Mas, atau jangan-jangan kamu kab__...?" Alina membekap mulutnya sendiri, ia tidak bisa membayangkan jika benar Aditya kabur dari sel tahanan, dan sekarang ia adalah seorang buron polisi."Nggak Lin, aku beneran udah bebas.""Kenapa bisa, harusnya kam