Share

(2) Pertemuan dengan Andra

Setelah jam pelajaran berakhir Raina pulang seorang diri, Clara sudah dijemput oleh kakaknya dan Raina menolak tawaran Clara untuk ikut dengannya dengan alasan ingin mampir dahulu ke toko buku.

Itu bukan hanya alasan, tapi memang ia ingin pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku baru yang bisa ia gunakan untuk belajar dan ia berencana juga ingin membeli beberapa buku fiksi untuk dibaca di waktu luang. Raina memang sangat menyukai buku, entah itu buku pelajaran maupun buku fiksi seperti novel dan komik. Namun diantara banyaknya jenis buku fiksi, ia paling suka dengan novel.

Menurutnya itu sangat bagus, melihat banyaknya ide yang penulis tuangkan di dalam sebuah cerita hingga menjadi sebuah buku yang lumayan tebal bahkan sampai yang sangat tebal sekalipun. 

Raina tiba di depan sebuah toko buku lumayan besar yang terletak tidak terlalu jauh dari sekolahnya, sehingga ia hanya perlu berjalan kaki beberapa menit dari sekolahnya. Ia melihat ke dalam toko buku itu setelah memasukinya, tidak terlalu ramai karena memang inui sudah di luar jam pulang sekolah. Biasanya akan ramai saat hari libur atau ketika sekolah dan perkantoran pulang lebih awal. Untunglah saat ini tidak begitu, sehingga ia bisa dengan nyaman memilih buku tanpa harus berdesak desakan. 

“Sepertinya aku mulai dari rak buku fiksi saja dulu” kata Raina berbicara seorang diri sambil melangkah menuju rak buku yang penuh dengan kumpulan novel. 

Raina mencoba mengambil sebuah novel yang selama ini ia cari dan inginkan, kebetulan di toko buku dekat SMP nya dulu buku itu belum tersedia stoknya. Raina mengetahui toko buku ini dari Clara yang kebetulan pernah melewati toko ini. Raina berjinjit untuk mengambil buku itu, karena terletak di rak paling atas dan itu lumayan tinggi menurutnya.

Raina mendelik kaget ketika ada seseorang yang dengan enaknya mengambil buku itu mendahuluinya. 

 “Hey, kenapa diambil” Raina memutar tubuhnya hingga menghadap tepat di depan seseorang yang baru saja mengambil bukunya. 

 “Aku hanya membantu, bukan mau mengambilnya” kata seseorang itu lalu memberikan buku itu kepada Raina. 

 “Loh kak? Eh maaf kak kirain mau diambil bukunya” kata Raina kaget lalu meminta maaf karena sudah berprasangka buruk, apalagi itu kakak kelasnya sendiri. 

 “Nggak masalah kok, kamu suka buku itu ya?” tanya Andra menunjuk ke buku yang sudah ada ditangan Raina. 

 “Iya, sejak SMP aku cari buku ini dan baru dapat sekarang. Makanya tadi aku kaget waktu ada yang mau ambil bukunya karena di rak Cuma satu” jawab Raina sambil melihat sampul buku tersebut. 

 “Sepertinya tadi aku lihat di depan masih banyak, mau lihat ke depan? Siapa tahu mau memilih” tawar Andra. 

 “Benarkah? Kalau gitu aku akan cek ke depan” kata Raina. 

 “Boleh aku ikut?” tanya Andra. 

 “Ah, iya kak ayo” jawab Raina setelah sempat ragu lalu membolehkan Andra ikut dengannya. Lagi pula rasanya tidak sopan kalau menolak tanpa alasan. 

Raina dan Andra tiba di bagian depan toko untuk mengecek stok buku yang sama seperti yang Raina ambil tadi. Dan benar saja, stoknya lumayan banyak dan di pajang di toko bagian depan. Bagaimana bisa tadi Raina tidak melihatnya sama sekali. Kalau ia lihat dari tadi, ia akan langsung mengambil buku itu dan membayarnya ke kasir tanpa harus ke dalam dan bertemu dengan Andra.

Bukan tidak mau bertemu dengan Andra, namun apa yang harus ia bahas dan katakan padanya. Seperti saat ini mereka sedang berjalan menuju halte bus untuk menunggu bus berikutnya, saling diam tanpa ada yang memulai untuk berbicara. Dan, mereka juga membeli buku yang sama juga menunggu bus yang sama pula.

Raina ingin memainkan hp nya namun takut merasa tidak sopan, dan kembali lagi Raina harus ingat kalau Andra adalah kakak kelas sekaligus ketua OSIS di sekolahnya. 

Bus akhirnya tiba juga di hadapan mereka berdua, mereka berdua sempat saling memandang lalu melangkah masuk ke dalam bus. Mereka memeriksa bangku yang masih kosong, dan mendapatkan 2 bangku bersebelahan yang tinggal tersisa. 

 “Kalau kamu merasa kurang nyaman, aku bisa berdiri disini” kata Andra setelah melihat Raina yang terlihat kebingungan. 

 “Ah, tidak apa. Kakak bisa duduk. Aku tidak akan mengganggu, sungguh” jawab Raina merasa tidak enak. 

Setelah berpikir, Andra pun akhirnya duduk di sebelah Raina. Ia membuka Novel yang baru saja ia beli bersama Raina tadi. 

 “Aku tidak tahu kalau kakak suka novel itu juga” kata Raina sambil melihat buku yang sedang di baca oleh Andra, sama seperti miliknya. 

 “Aku juga tidak tahu kalau kamu menyukainya juga” balas Andra lalu tersenyum dan mulai melanjutkan membaca bukunya. 

Angin kecil masuk melalui jendela bus yang ada di samping Raina, setidaknya angin itu bisa membuatnya terasa segar sekaligus tenang. Entah kenapa dari tadi ia merasakan agak panas dan gerah di tubuhnya padahal matahari hari ini sedang tidak terlalu terik.

Raina melihat pemandangan luar melalui jendela bus, masih tidak terlalu panas dan sama seperti tadi. Untung saja tidak turun hujan, karena kebetulan hari ini Raina lupa membawa payung ke sekolah. Tiupan angin kecil yang segar membuat Raina merasa sedikit mengantuk, sedangkan perjalanan masih lumayan jauh.

Lagipula ia juga tidak mungkin tidur kan, bagaimana jika kebablasan nanti. Tapi ada Andra, ya tapi tidak mungkin tidur juga sih. 

Raina sedikit tersentak ketika sesuatu menyentuh telinganya dan terdengar suara alunan lagu kesukaannya. Raina menoleh ke arah Andra yang sedang memakaikan satu earphone ketelinganya sedangkan satu earphone lagi di pakai oleh Andra. 

 “Maaf membuatmu terkejut, aku lihat sepertinya kamu mengantuk. Jadi degarkanlah ini, ini lagu kesukaanku sejak awal tahun masuk SMA sama sepertimu sekarang” kata Andra mulai mengeraskan volume lagunya di handphone miliknya. 

 “Nggak apa kak, terimakasih sudah menyelamatkanku dari rasa kantuk” kata Raina sambil membenarkan posisi earphone yang sudah terpasang di telinganya. 

 “Ngomong ngomong, ini lagu kesukaan kakak?” tanya Raina. 

 “Hm, kurasa begitu. Karena sejak masuk SMA hampir setiap aku bosan, aku selalu memutar lagu ini” jawab Andra. 

Raina hanya mengangguk angguk. 

 “Kenapa memang?” tanya Andra penasaran. 

 “Ah, tidak apa apa kak” Raina menggeleng. 

 Andra memejamkan matanya lalu menikmati lagu kesukaannya itu. 

Buku kesukaan dan lagu kesukaan Andra sama seperti Favorit Raina juga, bagaimana bisa seperti ini. Raina merasakan bingung pada diri sendiri sekaligus bingung pada kakak kelasnya itu. Sudah 2 hal yang di sukai Andra sama seperti kesukaannya, nanti apalagi yang akan sama juga. Jangan bilang hobi mereka pun nanti sama. Raina sama sekali tidak bisa membayangkannya. 

Bus hampir sampai di pemberhentian yang Raina tuju, Raina dan Andra sudah bersiap siap untuk turun. Dan, ya tujuan mereka turun juga sama. 

 “Ya ampun, dari tadi kita bersama aku belum tahu namamu” kata Andra setelah turun dari bus tadi. 

Raina berpikir sejenak, benar saja tadi ketika ia mau menyebutkan namanya ada seseorang yang memanggil Andra dan Andra pun segera pergi untuk rapat. 

 “Oh iya, aku Raina kak” kata Raina. 

 “Raina, ok aku” ucapan Andra terpotong. 

 “Andra” jawab Raina memotong ucapan Andra. 

 “Andra?” tanya Andra dengan ekspresi bingung.

 “Maksudku kak Andra” kata Raina cepat mengingat tadi ia tidak menyebutkan nama Andra dengan sebutan kakak. 

 “Bukan itu maksudku, kamu tau namaku? Oh iya tadi aku sudah sempat menyebutkan nama waktu di sekolah ya” kata Andra setelah ingat tadi ia sudah sempat menyebutkan namanya dan mendengar ketika Raina hendak menyebutkan namanya tapi terpotong karena Luna memanggilnya untuk rapat lalu ia segera menuju ke bawah tanpa mengingat sedang berkenalan. 

 “Iya kak” Raina merasa lega karena yang di maksud Andra bukanlah masalah tentang ia menyebut namanya tanpa sebutan kakak.

Salah dia sendiri kenapa bereaksi seakan akan ia kaget mendengar Raina ketika menyebutnya hanya dengan nama saja. 

 “Oh iya aku harus lewat jalan ini, apa rumahmu terus melewati jalanan lurus ini?” tanya Andra setelah sampai di persimpangan jalan. 

 Raina mengangguk. 

 “Ok kalau gitu hati hati di jalan dan sampai bertemu besok” kata Andra melambaikan tangannya lalu berbelok ke arah kanan jalan. 

 “Hati hati juga kak” Raina balas melambaikan tangannya. 

Raina melanjutkan berjalan menuju rumahnya, hanya tinggal melewati beberapa rumah saja akan tiba di rumahnya. Ia ingin cepat cepat sampai kerumahnya, karena hari ini ia sangat lelah sekali setelah padatnya kegiatan Masa Orientasi Siswa kemarin. Saat hampir sampai di rumahnya, hp Raina berbunyi. Ia melihat nama yang tertera disana, ternyata Clara yang menghubunginya. 

 “Halo” kata Raina memulai telponnya. 

 “Kau sudah sampai dirumah?” tanya Clara setelah mendengar suara Raina. 

 “Hampir sampai” jawab Raina sambil melanjutkan berjalan. 

 “Apa? kemana saja baru sampai? Jangan bilang kamu kecantol cowok di toko buku itu ya” tanya Clara kaget mengingat ini sudah sangat sore. 

 “Kecantol gimana, aku hanya membeli buku lalu pulang bersama kak Andra” jawab Raina keceplosan karena saking kesalnya mendengar celotehan Clara. 

 “Kak Andra? kok bisa Na?” tanya Clara kaget campur bingung. 

 “Itu...tadi...” Raina bingung harus bercerita dari mana. 

 “Oke oke, kalau gitu ceritakan besok disekolah saja” kata Clara lalu menutup telponnya. 

Raina yang hendak menjawab perkataan Clara terpaksa harus menundanya karena dengan seenaknya temannya itu sudah memutus sambungan telponnya.

Raina menghela napasnya lalu masuk ke dalam rumahnya ketika sudah sampai di depan rumahnya. Ia harus segera beristirahat karena hari ini ada tugas rumah yang harus ia kumpulkan besok. Bagaimana bisa wali kelasnya begitu tega langsung memberikan tugas rumah di hari pertama masuk kelas. 

Ketika Raina masuk ke dalam rumahnya hanya ada seorang asisten rumah tangganya dirumah. Ia yakin orang tuanya belum pulang dari urusannya, ia sudah terbiasa hanya dirumah bertiga dengan asisten rumah tangga dan kakaknya ketika sepulang sekolah. Karena orang tuanya bisa pulang sore ketika pekerjaan mereka sudah selesai atau pulang malam ketika masih banyak pekerjaan.

Tapi Raina tetap merasa bersyukur karena ketika hari libur, orang tuanya pasti di rumah dan akan seharian bersama Raina dan kakaknya. 

Ketika Raina naik menuju kamarnya, ia mendengar sesuatu yang lumayan keras seperti suara piano di mainkan oleh seseorang beserta suara orang sedang bernyanyi. Sebelum ia melihat siapa yang bernyanyi, ia sudah tau bahwa itu adalah suara kakaknya. Dan benar saja, ketika Raina tiba di ruangan khusus musik yang disediakan khusus oleh ayah Raina untuk menyimpan berbagai alat musik seperti piano, violin, gitar, drum dan lainnya. Karena semasa muda ayahnya Raina, ayahnya sangat menyukai bermain musik namun ia tidak bisa melanjutkan belajar ke sekolah musik karena ia harus mengejar mimpi utamanya sebagai pebisnis besar. Sehingga bermain musik kini hanya menjadi hobi saja ketika waktu luang. 

 “Kak” panggil Raina kepada seseorang yang sedang duduk di depan piano sambil membolak balik halaman buku lirik yang sedang ia pelajari. 

Raina memiliki seorang kakak laki laki yang saat ini berusia 21 tahun, selisih 4 tahun dari Raina. Saat ini sang kakak menuruni bakat ayahnya dalam bermain musik dan menyanyi, sehingga ia melanjutkan pendidikannya di sekolah khusus musik dan pastinya sangat didukung oleh kedua orang tua mereka terutama sang ayah. 

 “Loh Na, baru pulang?” tanya kakaknya itu sambil melihat ke arah adiknya yang masih menggunakan seragam lengkap dengan tasnya. 

 “Iya, tadi ke toko buku dulu” jawab Raina. 

Kakak Raina hanya menggangguk sebentar lalu menutup buku lagunya. 

 “Sudah makan?” tanya kakaknya lagi. 

Raina pun menggelengkan kepalanya, jujur dari tadi ia merasa sangat lapar karena sewaktu istirahat ia hanya makan sedikit. 

 “Ayo makan” kakak Raina berdiri dari duduknya lalu menutup pianonya. 

 “Eh bukannya kakak lagi latihan ya?” tanya Raina. 

 “Lanjut nanti, yang penting kamu makan” jawab sang kakak sambil berjalan melewati Raina untuk menuju ruang makan. 

 “Aku ganti baju dulu kak” teriak Raina sambil berjalan menuju kamarnya. 

Raina meletakkan tasnya di kasur, dan segera mengganti bajunya lalu bergegas makan. Baru saja ia meletakkan hp nya di meja belajar, benda pipih itu berbunyi sebentar menandakan ada pesan masuk di hpnya. Raina memutuskan untuk membuka hp nya sebentar dan melihat siapa yang mengiriminya chat di jam segini. 

 Na, ini aku. Andra

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status