Belasan Tahun Silam !!!
“Waw betapa cantiknya Sinden ini.” guman beberapa lelaki yang menyambut kedatangan rombongan penculik itu sambil memandangi tubuh lunglai seorang wanita.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berujar memerintah, “Sahdi.., ambilin air..!”
Seseorang bernama Sahdi segera keluar ruangan dan tidak lama kemudian masuk dengan seember air.
“Ini Lawu.,” ujar Sahdi.
Lawu yang berbadan tegap dan berambut gondrong itu berdiri dan menyiramkan air pelan-pelan ke wajah sinden wanita tersebut.
Beberapa saat kemudian, ketika sadar Sinden cantik itu terlihat sangat terkejut melihat suasana di depannya,
“Kalian…” katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tangannya terikat erat.
Kali ini Lawu tersenyum, senyum kemenangan.
“Mau apa kamu!” tanya sinden cantik itu bertanya setengah menghardik kepada Lawu.
“Jangan macam-macam ya, suamiku nanti bisa membunuh kalian semua!” lanjutnya lagi.
Warning...!!! Konten untuk 21+++ Bijaklah dalam membaca !
“Tidak ada gunanya lagi kita hidup didunia anakku, dunia begitu kejam! lebih baik kita tinggalkan dunia ini bersama-sama” ucap Wika dengan suara parau.Wika tampak mengangkat wajahnya, menatap langit yang membentang luas dihadapannya.“Kenapa dunia begitu kejam! kejam !!!” teriak Wika dengan keras seakan ingin mengalahkan kuatnya guntur dan petir yang menggelegar malam itu.Dhuerr !! Halilintar menggelegar dengan dahsyatnya memecah langit.Tiba-tiba saja sosok Wika melompat dari ujung tebing itu, gelapnya malam tak dapat melihat apa yang terjadi dibawah, yang jelas lautan menyambut jatuhnya tubuh Wika yang lemah.-o0o-Sinar matahari pagi tampak memancarkan sinarnya yang hangat dan lembut ke permukaan alam. Burung-burung tampak berkicau dari dahan ke dahan, beberapa tampak terbang tinggi keudara. Bintang-binatang yang lainpun mulai beraktifitas di pagi yang indah itu. Sinar keemasan dari me
Waktu terus berjalan, tanpa terasa 15 tahun telah berlalu.Hyattt !! Hyattt !! Hyattt !! Hyattt !!Sebuah suara keras membahana terdengar dari sebuah tempat di pulau ular, suara yang berasal dari seorang gadis muda belia yang mungkin baru berusia 14-15 tahun. Dengan wajah cantik dan imut, sungguh perpaduan yang sangat indah sekali, rambutnya yang pendek, semakin membuat kecantikan dan keimutan wajahnya terlihat dengan jelas. Gadis muda belia ini tampak tengah memainkan jurus-jurus seperti sifat ular, baik gerakan kedua tangannya, maupun kepalanya yang bertingkah seperti seekor ular. Keringat tampak sudah membanjiri wajahnya yang jelita, juga sekujur tubuhnya sehingga menampilkan lekuk seluk tubuhnya yang baru tumbuh indah. Mengenakan celana dan baju tanpa lengan yang terbuat dari kulit ular.Tak jauh dari gadis muda belia ini, tampak berdiri dua sosok mahluk, yang pertama adalah sosok sinenek dengan wajah sangat jelek sekali. Berbagai bekas luka, panu, kadas, ku
“Wika... nenek lihat kau sudah berhasil menguasai jurus-jurus ular emas dengan sempurna, hanya tinggal kekuatan tenaga dalammu saja lagi yang harus diperkuat untuk lebih menyempurnakan jurus-jurus ular emasmu itu” ucap nenek ular lagi. Wika tetap diam mendengarkan dengan seksama.“Karena itulah, mulai besok, nenek akan mengajarkan ilmu kesaktian tingkat tinggi kepadamu, mudah-mudahan kau bisa menguasainya dengan sempurna, ilmu kesaktian ini juga akan semakin menyempurnakan jurus-jurus ular emasmu” ucap nenek ular lagi.“Ilmu kesaktian nek, ilmu kesaktian apa ?” ucap Wika cepat karena tak tahan dengan rasa penasarannya.Nenek ular tak menjawab, tapi kemudian meraih sesuatu dari balik jubah pakaian kusamnya. Kini ditangan nenek ular terlihat sebuah kitab tua yang sudah sangat kusam bentuknya. Lalu menyerahkannya kepada Wika.“Ajian ‘Serat Jiwa’....” ulang Wika dengan wajah berubah saat mem
“Hamba ingin mempelajari ilmu laduni yang dimiliki oleh nyonya Sabina paman, hamba sangat mengagumi nyonya Sabina” ucap Thya Sethya lagi. Hingga membuat Putri Ahtisa, Bayuasta dan yang lain terlihat terdiam terdengar hal itu.“Apa kau sudah memikirkan matang-matang mengenai hal ini Thya ?” tanya Putri Ahtisa lagi.“Sudah putri, hamba sudah memikirkannya selama beberapa hari ini dan tekad hamba sudah mantap” ucap Thya Sethya lagi.“Kenapa kau ingin berguru padanya Thya ?” tanya Bayuasta lagi.“Seperti yang hamba katakan tadi paman, selain mengagumi ilmu laduni yang dimiliki nyonya Sabina, hamba juga sangat tertarik dengan perilaku dan adab nyonya Sabina paman, baru sekarang hamba menemui wanita seperti itu” ucap Thya Sethya lagi.“Jika memang bulat sudah keputusanmu, aku akan mengizinkannya Thya, tapi sebaiknya mintalah izin dulu pada tuan Bintang” ucap Putri Ahtisa lagi.
“Aku dan kamu Diantara dua hati yang bertaut pada satu cinta tentang aku yang sangat memujamu tentang aku yang sangat mengagumimu dalam simfoni imajinasi Tentang kamu tentang kamu yang melengkapi ketidak sempurnaankutentang kamu yang telah menerimaku sepenuh hatitentang kamu yang telah menjadi ratu yang bertahta dihatiku Tentang kita tentang jalan cerita yang telah kita lalui diantara suka dan duka yang telah kita lewati bersamaKeyakinantentang hati yang sepenuhnya aku yakini dengan seuntai doa aku bersimpuh dihadapanmu mengutarakan niat tulus dari hati sudikah engkau menerima pinanganku Ijinkanijinkan aku menyematkan cincin di jari manismu, sebagai sebuah tanda keseriusan ijinkan aku menjadi imam dalam hidupmu ijinkan aku membimbingmu menuju surganya ijinkan aku menemanimu sampai hanya maut yang sanggup memisahkan kita sampai nyawa ini tinggalkan raganya“ Putri Ahtisa semakin terlena mendengar kata-kata indah yang keluar dari bibir Bintang. Ditatapnya kesungg
Bintang tidak ingin buru-buru, Bintang ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambut Bintang, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsu Bintang semakin bergelora. Dengan berbaring menyamping berhadapan, Bintang melepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama Bintang terima darinya, membuat pilar pusaka Bintang yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Bintang belai kakinya sejauh tangan Bintang bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang harum. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidah Bintang yang masih berada dalam mulutnya. T
Malam itu, Bintang dan Putri Ahtisa sudah berada lagi diatas peraduan. Putri Ahtisapun berusaha supaya tidak mengecewakan Bintang, dilayaninya Bintang dengan sepenuh hati. Karena hampir tidak tertahankan lagi, Bintang segera mengubah posisi. Kini wajah keduanya, kembali Bintang menatap mata Putri Ahtisa yang sangat indah itu. Dibisikkan bahwa Bintang sangat menyayanginya, dan Bintang juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibir Bintang dengan lembut, Putri Ahtisa meminta Bintang untuk melakukannya pelan-pelan. Bintang menuntunnya dengan lembut. Di ciumnya lembut bibir indah Putri Ahtisa, sambil Bintang menurunkan pinggulnya pelan-pelan. Putri Ahtisa merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahu Bintang. Bintang angkat lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, Bintang tahu bahwa Putri Ahtisa juga sangat menginginkannya. Dengan perlahan tapi pasti Bintang tekan pingguln
Bintang memeluk dan menciumi wajah jelita Putri Ahtisa yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Mata Putri Ahtisa yang bening indah menatap Bintang bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “Sama-sama sayank....” Seprai putih sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara Putri Ahtisa cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan mereka berdua selamanya. Malam itu keduanya berdua hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, keduanya melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang kedua setelah tertembusnya selaput dara itu, Bintang berhasil membawa Putri Ahtisa orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Bintang yang sudah kehilangan banyak birahi, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya Putri Ahtisa menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat. -o0o- PULAU ULAR, demikian Orang menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya