Kita tinggalkan sejenak pertempuran yang terjadi, kini kita lihat kemana sosok Bintang membawa Putri Ahtisa menjauhi area peperangan.
Cleebbb...!!!
Sosok Bintang muncul diatas sebuah bukit yang dari atas bukit tersebut masih terlihat peperangan yang terjadi dibawahnya. Bintang meletakkan sosok Putri Ahtisa yang berada dipondongannya. Sosok Putri Ahtisa terlihat benar-benar memprihatinkan dengan luka yang dideritanya saat ini. Dan tiba-tiba saja Bintang menghentikan tindakannya, Bintang terpaku saat melihat wajah Putri Ahtisa yang kini sudah tidak tertutup topeng lagi dimana topeng itu selalu menutupi setengah wajah Putri Ahtisa. Rupanya topeng itu telah hancur tadi saat terkena ledakan serangan Ratu Alena.
Bintang terpaku melihat kecantikan dan kejelitaan wajah Putri Ahtisa yang begitu lembut.
“Bidadarikah ?” batin Bintang mengagumi kecantikan dan kelembutan wajah Putri Ahtisa.
“Ugghhh !!!” keterpakuan Bintang tersadar saat
Ratu Ayu Pitaloka tidak tinggal diam begitu saja, tongkatnya dipukulkannya ketanah.Duk !!Wweerrrrrrr !!!Dari sosok Ratu Ayu Pitaloka keluar semburat cahaya api berwarna merah yang semakin lama semakin membesar membumbung tinggi keudara. Cahaya api merah itu membentuk sesosok bayangan yang semakin lama semakin jelas terbentuk.Pertempuran dibawah benar-benar terhenti karena kini semua terlihat memperhatikan kearah atas, dimana sosok naga perak raksasa milik Ratu Alena telah berhadapan dengan seekor burung api milik Ratu Ayu Pitaloka yang juga sangat besar.“Phoenix !!!” ucap Ratu Alena terkejut melihat sosok phoenix api besar yang menyamai besar naga perak miliknya.Di atas kepala phoenix terlihat sosok Ratu Ayu Pitaloka berdiri dengan anggunnya, sosok Ratu Ayu Pitalokapun ikut membara dengan api yang menyelimuti sekujur tubuhnya.Kwuuiiiikkhhhh !!!“Hentikan tindakan kejammu alena !!!” terdengar suara
Dengan Lompatan Anginnya, Bintang terus berpindah secara cepat dari satu tempat ketempat lainnya, sementara pandangan Bintang terus tertuju kearah langit. Entah kenapa Bintang seperti kehilangan jejak pertarungan Ratu Alena Pitaloka dan Ratu Ayu Pitaloka. “Dimana sebenarnya mereka bertarung ?!” batin Bintang seraya terus menatap jauh kearah langit, tapi tidak ada tanda-tanda pertarungan naga perak raksasa milik Ratu Alena Pitaloka melawan phoenix api milik Ratu Ayu Pitaloka. Dengan Lompatan Anginnya, Bintang sudah mengelilingi hampir seluruh Negeri Atas Angin, tapi tetap tidak mendapatkan petunjuk apapun dari pertarungan Ratu Alena Pitaloka dengan Ratu Ayu Pitaloka. Menyadari sia-sia apa yang dilakukannya, Bintang kemudian duduk dengan mengambil sikap tapa brata. Bintang mengerahkan aji Terawang Jagat miliknya untuk mencari sosok keberadaan Ratu Ayu Pitaloka. Wajah Bintang berubah saat melihat sosok merah terbakar yang tampak terjatuh kedalam laut.
Dhuerrr !! Sebuah gelegar halilintar menggelegar dengan dahsyatnya di kaki langit, membuat Bintang tersadar dari keadaan tidurnya. Angin laut terasa dingin menusuk tulang. Dinginnya terasa sekali menusuk tulang dan sumsum. Suara angin seperti raungan raksasa yang sedang marah. Tak terdengar suara apa-apa selain badai angin yang mengamuk! Beruntung Bintang dan Ratu Ayu Pitaloka berada didalam goa yang cukup dalam hingga tidak begitu terkena dampak selain kuatnya angin yang berhembus masuk kedalam goa tersebut. Bintang terkejut mendengar gigi Ratu Ayu Pitaloka bergemeletuk menahan dingin. Bintang meletakkan tangannya didahi sang ratu, terasa hangat, Bintang bingung, kenapa tubuh Ratu Ayu Pitaloka yang terasa hangat, tapi Ratu Ayu Pitaloka terlihat begitu kedinginan. “Ratu....” terdengar suara Bintang pelan. Ratu Ayu Pitaloka terlihat membuka matanya sayu. “Apa yang ratu rasakan ?” bisik Bintang pelan. “Dd...dingin...” ucap Ratu Ayu Pitaloka dengan terbata-bata. Bintang dapat meli
Gerakan Ratu Ayu Pitaloka semakin cepat dan liar menggoyang-goyangkan pantatnya hingga gesekan pilar pusaka Bintang dengan selangkangannya semakin terasa kian kentara, dan ; “Uggghhhhh !!!” Ratu Ayu Pitaloka tiba-tiba saja mengerang dengan wajah yang semakin terbenam didada Bintang. Bintang terkejut saat menyadari rintihan Ratu Ayu Pitaloka yang terdengar keras ditelinganya, walaupun agak tertahan. Berdasarkan pengalamannya, Bintang tau, Ratu Ayu Pitaloka tengah mencapai puncak kenikmatannya . Sesaat Ratu Ayu Pitaloka terdiam, entah bagaimana perasaannya saat ini, malu, jengah atau apa, Bintangpun tak bisa menduganya. “Cumbu aku, paduka ... ” Ratu Ayu Pitaloka berbisik, hampir tak terdengar. Bintang tersenyum dalam keremangan. “Ada-ada saja permintaan Ratu Ayu Pitaloka. Tetapi ... mengapa tidak?” pikir Bintangnya. “Mungkin perlu juga berciuman di tengah badai di tengah laut.” “Caranya memperlakukan diriku begitu lembut dan penuh perasaan. Ada rasa getar-getar aneh-nikmat yang me
Srett! Jubah Bintang yang melekat ditubuh Ratu Ayu Pitaloka terlepas. Bintang menatap sepasang bukit kembar yang kini terbuka lepas, lalu dengan pelan Bintang menggeserkan hidungnya bergantian pada sepasang buah dada yang tertata dengan sempurna. Menghembuskan nafasnya yang hangat. “Ahhhhhh....... ” Ratu Ayu Pitaloka semakin tak tahan. Di dekapnya erat kepala Bintang, lalu menekannya kuat-kuat dalam pelukannya. Sesaat kemudian, ia menggelinjang berkepanjangan disertai desahan tertahan. “Aaa ... uughhh ... hmmph ... ” Bintang paham artinya. Tangan Ratu Ayu Pitaloka yang bebas, bergerak melucuti pakaian yang Bintang kenakan, setelah pakaian Bintang terlepas, tangan Ratu Ayu Pitaloka kembali menarik celana yang dikenakan Bintang ke bawah. Namun, baru saja celana turun sedikit, tiba-tiba saja ... “Aaaaa ... ” kali ini bukan jeritan nikmat, tapi lebih ke arah kaget mendekati aroma ketakutan. “Apa ada?” tanya Bintang tak kalah kagetnya. Wajah Ratu Ayu Pitaloka pucat-pasi seperti t
Ratu Ayu Pitaloka mengerang manja, mendesah-desah gelisah. Sekujur tubuhnya terasa penuh dengan keinginan yang mendesak-desak. Tidak hanya dadanya ... Ratu Ayu Pitaloka ingin lebih dari sekedar itu. Ia memang ingin bercinta, sekarang juga, di tempat ini juga! Meski cuma di dalam sebuah goa di tengah laut! Apa pun risikonya, ia ingin sekali. Maka ... memohonlah ia lewat erangan dan desahan! “Ahhh ... shhh ... !” Dalam desah kenikmatan dari bibir Ratu Ayu Pitaloka yang berkepanjangan. Sejenak yang terdengar dari dalam goa dilereng curam tepi laut itu hanya erangan dan rintihan yang tersumbat. Akan halnya Ratu Ayu Pitaloka, ia merasakan sebuah sensasi luar biasa antara sakit dan nikmat. “Aahh ... ahh ... ahhkkhh ... ” Bintang semakin menambah daya dobrak di bawah sana Benar-benar perjuangan yang luar biasa! Perjuangan dari Bintang dan juga pertahanan dari Ratu Ayu Pitaloka. Begitu masuk ke dalam secara menyeluruh, “Aaagghhhh !!” Erangan Ratu Ayu Pitaloka pun berubah jadi je
Sejenak kedua-duanya tetap terdiam, hingga ; “Apakah ini pertama kalinya Ratu bercumbu ?!!,” sahut Bintang untuk memenuhi rasa penasarannya. Ratu Ayu Pitaloka hanya tampak mengangguk malu. “Kenapa ?” “Karena sejak muda, hamba telah terkurung di Goa Watu Telo” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi hingga membuat Bintang teringat dan menyadarinya. “Maafkan aku ratu, aku sungguh tak menyangka akan jadi begini.... awalnya aku hanya ingin menolong ratu, tapi hawa dingin didalam tubuh ratu sangat kuat sekali....aku jadi khawatir dan tidak ada cara lain yang terpikirkan untuk menolong ratu” ucap Bintang lagi “Iya tidak apa-apa paduka, hamba tidak menyalahkan paduka, Inti sakti angin salju Ratu Alena memang sangat kuat, kekuatan hamba belum pulih untuk menghilangkan pengaruh Inti sakti angin salju itu” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi. “Kalau begitu sama....” “Sama apa paduka ?” tanya Ratu Ayu Pitaloka bingung. “Kekuatanku juga hilang untuk beberapa hari ini ratu” ucap Bintang hingga membuat wajah Ra
Dari goa tempat Bintang dan Ratu Ayu Pitaloka berada, kita melompat kembali ke istana Negeri Atas Angin. Dimana sosok Ratu Alena terlihat kembali bersama Hakim Emas dengan sangat terburu-buru, Hakim Emas terlihat sedang memapah sosok lemah Ratu Alena. Tanpa menghiraukan para prajurit yang berjaga di istana Negeri Atas Angin yang menjura hormat kepada mereka, Ratu Alena meminta Hakim Emas untuk membawanya ke kamar.Didepan pintu kamar, kembali prajurit penjaga pintu kamar menjura hormat, tapi lagi-lagi tak diperdulikan oleh Ratu Alena yang langsung meminta Hakim Emas membawanya ke kamar.“Tutup pintunya!” perintah lemah Ratu Alena kepada Hakim Emas yang memapahnya. Hakim Emas segera menutup pintu tersebut.“Putar kepala naga itu kekiri !!” perintah Ratu Alena kepada Hakim Emas yang ada didekatnya. Hakim Emas tampak mengajak Ratu Alena mendekati salah satu patung kepala naga yang ada disudut ruangan, dan ;Cleekk !!!Hakim Ema