Keesokan harinya Hanna mengumpulkan niat untuk menemui Mita di tempat kerjanya. Dia ingin memastikan sendiri, apa hubungan Mita dengan Ferdi. Hanna ditemani oleh Kania, dia sengaja mengajak Kania agar nanti tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi saat ini dia tengah hamil muda. Meski begitu rasa penasarannya membuat Hanna menguatkan niat untuk tetap pergi menemui Mita.Diperjalanan menuju tempat kerja Mita, Kania sempat mengingatkan Hanna agar tidak terbawa emosi."Mbak, Nanti jangan terlalu emosi ya. Aku takut kalau Mas kepancing emosi. Apalagi sekarang Mbak lagi hamil. Kasihan dedek bayi kalau Mbak marah-marah," pinta Kania sambil mengendarai motornya."Tenang aja, Nia. Mbak gak akan marah-marah. Apalagi kalau nanti banyak orang. Pasti Mbak juga malu," jawab Hanna."Ya udah, bagus kalau begitu. Aku juga malu kalau sampai ribut-ribut, Mbak," ucap Kania sambil tertawa.Beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat kerja Mita. Di sana terlihat beberapa orang sedang makan da
Sebuah ikatan yang sudah lama ditunggu akhirnya terwujud. Pernikahan Hanna Davina dan Ferdi Saputra akhirnya terwujud setelah enam tahun berpacaran. Hanna yang pada saat itu masih kuliah tidak bisa menerima ajakan menikah dari Ferdi karena ingin mewujudkan keinginan orangtuanya. Selain itu, Orangtua Hanna sebenarnya tidak begitu setuju dengan hubungan Hanna dan Ferdi. Tapi karena Hanna berusaha meyakinkan, mereka pun merestuinya. “Mas bersyukur sekali, Dek. Akhirnya penantian Mas selama ini tidak sia-sia,” ucap Ferdi sambil menatap lekat pada Hanna. “Iya Mas, semoga pernikahan kita ini bisa jadi awal yang baru buat kita.” Hanna dan Ferdi selama ini berhubungan jarak jauh. Mereka hanya bisa bertemu setahun sekali, kadang dua kali. Ayah Ferdi membuka usaha di luar kota, sehingga Ferdi ikut bekerja di sana. Sementara Hanna setelah lulus kuliah dia juga bekerja di luar kota. Baru lah setelah dua tahun bekerja, Hanna memutuskan untuk menerima ajakan Ferdi untuk me
Beberapa bulan kemudian“Dek, kamu gak pengen apa-apa gitu?” tanya Ferdi yang tengah bersiap untuk berangkat ke toko.“Pengen apa Mas? Aku gak pengen apa-apa. Tumben Mas tanya,” jawab Hanna yang penasaran.“Ya gak apa sih, barangkali mau dibawakan sesuatu nanti dari toko. Apa pengen camilan gitu daripada beli di toko lain.”“Gak usah lah mas.”“Ya udah kalau gitu Mas berangkat dulu. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.”Setelah Ferdi berangkat kerja,Hanna kemudian pergi ke rumah bibinya. Rumahnya berjarak sekitar 300 meter dari rumah Hanna. Setiap kali dia merasa bosan, dia selalu berkunjung ke sana.“loohh, ada tamu berkunjung pagi-pagi,” sapa seorang wanita yang tengah duduk di kursi depan sebuah rumah dengan teras yang cukup luas.Dia lah Bibi Hanna yang sangat dekat dengannya. Namanya Rahmi, sejak kecil Hanna lebih banyak mengh
Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Hanna yang saat itu tengah sibuk dengan HP tidak mendengar ketukan tersebut. Dia sibuk mengirimkan lamaran-lamaran kerja yang dia dapat diinternet dan media sosial. Seperti rencananya dari awal, dia akan mencari kerja setelah menikah di tempat kelahirannya.Karena tidak ada yang membuka pintu akhirnya pintu langsung dibuka dari luar. Ternyata itu Bi Rahmi yang kemudian langsung mencari keberadaan Hanna.“Han, kamu lagi apa, Han?”“Loh, Bi Rahmi. Kapan datangnya, Bi. Aku kok gak dengar?”“Tadi Bibi ketuk pintu berkali-kali tapi gak ada yang bukain jadi langsung masuk aja. Ternyata pintunya juga gak dikunci.”“Iya Bi, emang Hanna gak pernah kunci pintu kalau gak lagi tidur.”“Emangnya kamu lagi ngapain, Han. Sampai gak dengar Bibi datang?”“Aku lagi sibuk sama HP ini, Bi. Lagi kirim lamaran kerja. Tapi dari kapan hari belum juga ad
Hanna bangun pagi-pagi sekali untuk mulai menyiapkan ayam geprek pesanan para pelanggan barunya. Dia tidak ingin mengecewakan orang-orang yang membeli ayam geprek bikinannya itu. Sebelumnya dia sudah membeli keperluan untuk berjualan. Dia bertekad akan bekerja keras demi mendapat penghasilan karena kemarin Ferdi sudah tidak bisa membawa uang untuk belanja harian. Ferdi hanya bisa memberi tiga hari sekali itupun dengan nilai yang sama seperti biasa.“Dek, kamu ngapain pagi-pagi udah di dapur. Ini masih subuh loh.” Ferdi yang hendak menunaikan ibadah melihat Hanna yang sudah sibuk di dapur. Biasanya istrinya itu masih harus dia bangunkan dulu. Setelah sholat pun Hanna biasanya kembali tidur dan bangun lagi saat ibunya mampir.“Aku lagi ada pesanan buat besok, Mas.”“Pesanan apa, Dek?” Ferdi tidak mengetahui Hanna berjualan ayam geprek bingung, sebab saat Ferdi pulang malamnya, Hanna sudah ketiduran.“Aku belum sempa
Seharian Hanna sibuk di dapur dan bolak balik mengantar kiriman. Hari ini cukup banyak pesanan yang masuk. Setelah mengantar pesanan teman Kania, lalu Hanna lanjut mengantar pesanan ke rumah pelanggan. Belum lagi pesanan yang masuk dadakan hari ini. Sekitar lima puluh pesanan diterimanya hari ini. Untungnya ada Bi Rahmi yang selalu setia membantu Hanna.Cukup lelah Hanna bekerja, dia tak sengaja tertidur pada jam tiga sore di depan TV. Dia tidak lagi menerima pesanan karena kehabisan ayam. Sementara penjual ayam dekat rumahnya juga belum ada stok ayam yang datang pada jam itu.Hanna terbangun jam empat sore. Dia kaget karena cukup lama ketiduran. Segera dia mandi dan membereskan rumah. Setelah semua selesai, dia teringat dengat perkataan Ferdi. Kemudian dia memutuskan untuk menyusul Ferdi ke toko sekalian berbelanja untuk jualan besok. Dia tahu kalau Ibu mertuanya pasti sudah di toko.*****Setelah belanja semua keperluan untuk jualan besok, dia lan
Dari pagi sampai siang, Hanna belum juga istirahat karena hari itu Bi Rahmi tidak bisa membantu karena sakitnya kambuh. Setelah mengantarkan beberapa pesanan terakhir, Hanna merebahkan tubuhnya pada sofa di ruang tamu sambil melihat HP nya barang kali ada yang pesan lagi. Ternyata ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Ibunya. Sejak Hanna berjualan, Ibunya belum pernah berkunjung. Tidak biasa Ibunya menelpon sampai beberapa kali. Dia tahu kalau Ibunya menelpon bila ada keperluan saja. Segera dia menelpon kembali Ibunya. Ternyata langsung dijawab. “Halo, Bu. Ada apa menelpon? Tadi Hanna lagi dijalan.” “Han, kamu bisa bantu Ibu tidak sekarang? Ke sini sekarang? Bantu Ibu bawa barang-barang.” “Barang-barang apa, Bu?” “Ibu habis tengkar dengan bapak, Ibu mau pindah ke sana aja, Han. Biar sementara bapak sadar dulu sama kesalahannya.” Seketika Hanna kaget mendengar kalimat yang baru diucapkan Ibunya. Itu berarti orang tuanya sedang tida
"Kok kamu ngomongnya gitu, Mas? Jadi sebenarnya, Mas, keberatan kalau Ibuku tinggal disini? Tapi yang bangun rumah ini Ibuku. Harusnya, Mas paham dong.""Bukan keberatan, tapi kita sepakat kalau gak ada yang ikut mertua kan, Dek? Lagian kamu juga mojokin Ibuku terus.""Kita aja belum punya rumah sendiri, Mas. Aku juga gak tau kalau jadi begini. Ya sudah lah, Mas, kita jalani aja apa adanya sekarang.""Ya mau gimana lagi, ya udah tidur aja lah."Baik Hanna maupun Ferdi, keduanya sama-sama membela ibu mereka. Bagi Hanna, ibunya tidak salah jika tinggal disana, namun Ferdi merasa tidak nyaman. Sedangkan Ferdi juga tak terima, jika Hanna selalu memojokan ibunya karena ikut andil memegang keuangan toko.*****Keesokan harinya, Ratna tidak berjualan di pasar karena hatinya sedang gelisah setelah pertengkarannya dengan suami. sementara Hanna sejak pagi sudah bangun menyiapkan ayam geprek untuk dikirim ke sekolah Kania hari itu. Mendengar Hanna yang sudah sibuk