Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal
Part 01: Ijab Qobul
"Aku terima nikah dan kawinnya Meli Susanti Binti Reno Agussalim dengan mas kawin satu unit mobil seharga lima ratus juta dan lima belas gram emas dibayar tunai."
"Sah."
Ucapan sahabat, terdengar dari para saksi dan tamu undangan yang hadir.
"Alhamdulillah," ucap Pak penghulu.
Doa telah berlangsung untuk mengambil berkah sekaligus mengakhiri akad nikah. Usai sudah doa yang dipandu oleh Pak penghulu.
"Akhirnya aku dan Mas Aryo sah menjadi suami istri. Sebentar lagi aku bakalan kaya. Nggak perlu lagi repot-repot bekerja mencari kemewahan," ucap Meli dalam hati sembari mengulas senyum.
"Sayang, aku berjanji akan membahagiakanmu sampai akhir hayatmu," ucap Aryo sambil mengecup kening Meli.
Tamu undangan, saksi dan Pak penghulu menikmati hidangan yang di sajikan. Masih dalam suasana bahagia, Meli mendengar percakapan tamu undangannya.
"Ternyata suami Meli sudah punya istri dan anak satu. Kok tega ya, dia merebut laki orang," ucap ibu yang berbaju biru sedang antri mengambil nasi.
"Tahu dari mana, Bu?" balas ibu berbaju orange.
"Tahu dari sosial media," balasnya dengan cepat.
Meli langsung tersulut emosi mendengar percakapan tamunya. Dia melangkah cepat menghampiri mereka.
"Jangan menyebar fitnah, Bu! Kalau tidak ada bukti," ucap Meli dengan wajah tidak sedap.
"Aku berkata sesuai dengan fakta. Lagi pula kok bangga poto mesra di upload di sosial media. Padahal sudah tahu laki yang diembat itu sudah menikah dan punya anak satu," jawab ibu berbaju biru.
"Jaga ucapanmu, Bu! Aku itu nikah sama Mas Aryo suka sama suka. Bukan merebut dia dari istri pertamanya."
Suasana semakin panas akibat perdebatan yang alot.
"Coba kamu sebagai istri pertama, sanggupkah menerima kalau dirimu dimadu!"
"Kau semakin lancang, Bu! Pergi kau dari sini!" Amuk Meli sambil mendorong ibu berbaju biru dengan paksa.
Semua mata tertuju pada Meli dan ibu berbaju biru.
"Aw," ucapnya lirih.
"Meli! Apa yang kamu lakukan!" ucap Aryo sedikit geram.
"Mulut perempuan tua ini sangat lancang. Dia bilang aku itu perempuan perebut laki orang," jawab Meli dengan nada tinggi naik dua oktaf. Dadanya semakin bergemuruh akibat sudah tersulut emosi.
"Kenapa mesti marah! Apa yang dikatakan beliau memang benar, sesuai dengan kenyataan!" jawab Aryo santai.
Mulut Meli menganga atas pengakuan suaminya di depan umum.
"Iya aku adalah istri pertama Mas Aryo."
Pandangan para tamu tertuju pada wanita cantik, yang memakai dress berwarna biru muda. Wanita itu terlihat sangat mempesona, dia adalah -Santi- istri pertama Aryo. Sebenarnya, Santi ingin menghadiri pernikahan kedua suaminya dengan Meli. Namun, terjadi sesuatu di luar dugaan. Sehingga dia terlambat datang ke acara ijab qobul suaminya.
"Tu kan istri pertamanya sudah ngaku. Masih bisa bersilat lidah kalau aku memfitnah?" sungut ibu berbaju biru sambil berdiri. Ia tersenyum bahagia atas kehadiran istri pertama Aryo.
"Dasar pelakor!" ejek ibu berbaju orange sambil melempar sendok ke tubuh Meli.
Wajah Meli merah padam, menahan emosinya atas ucapan ibu berbaju orange. Tubuh Meli mundur ketika Santi mendekatinya. Namun, tidak bisa jauh karena gaunnya yang terlalu panjang.
"Itu belum seberapa, Meli," bisik Santi tepat di daun telinganya.
"Maksudmu apa?!" Mata Meli membulat sempurna.
Lalu, Meli mengangkat tangannya, dan diayunkan ke arah wajah Santi. Dengan cepat, ibu berbaju orange menepis tangan Meli. Sedangkan Aryo, diam mematung. Tidak ada yang dia bela.
"Punya otak dan punya hati 'kan? Coba kamu berpikir dengan jernih! Posisikan dirimu sebagai istri pertama, sanggup tidak kamu di madu," ucap Santi sambil menahan bulir bening yang sudah menggenang, agar tidak jatuh. Dia mencoba tegar meskipun hatinya rapuh.
Meli mendengus kesal. Di hari bahagianya tidak seperti yang dia bayangkan. Lalu, dia memilih mendekati Aryo.
"Sayang, kamu kok diam saja! Seharusnya, kamu membelaku!" ucap Meli kesal namun, dia bergelayut manja pada lengan Aryo.
"Pelakor tidak tahu malu, dasar perempuan murahan!" hina ibu berbaju orange kembali.
"Mereka berdua murahan, Bu. Terlebih perempuan ini," balas Santi sambil menunjuk ke arah Meli.
"Kamu menuduhku dan Mas Aryo murahan? Sungguh biadap tuduhanmu itu," jawab Meli sambil senyum mengejek.
"Iya, kamu tidak senang atas tuduhanku itu?" balas Santi dengan lantang.
Tamu undangan sebagian sudah pulang. Ada juga yang menyaksikan perdebatan ini.
Santi sangat menunggu Mas Aryo untuk bersuara. Dia penasaran kepada Aryo apakah memilih dirinya atau Meli yang baru saja sah menjadi istri barunya.
"Seharusnya kamu sadar diri kenapa aku berpaling darimu," ucap Aryo. Tiba-tiba, buka mulut.
"Sadar diri kamu bilang?" balas Santi tidak mau kalah sengit dari suaminya.
"Iya."
Santi terdiam, hatinya tersayat mendengar perkataan suaminya.
"Kamu itu istri yang tidak menarik lagi di mataku. Coba berkaca jika tidak percaya!" Ejek Aryo dengan senyum smirk di wajahnya.
"Tidak menarik kamu bilang? Hanya alasan sepele kamu berpaling," jawab Santi.
"Iya! Setiap aku pulang kerja. Kamu kelihatan tidak menarik. Selalu pakai daster, bahkan ketika aku masuk dan kamu menyambutku, bau keringat yang sangat menusuk hidungku!"
"Lebih baik kamu ceraikan saja istri seperti dia, Mas! Aku saja sebagai perempuan melihat dandanannya merasa jijik," ucap Meli sengaja memancing emosi, Aryo.
Dia melangkahkan kakinya menghampiri Aryo dan bergelayut manja di tubuhnya.
Tiba-tiba, Aryo mencium kening Meli. Ia sengaja membuat Santi agar terbakar api cemburu. Mereka berdua sudah berhasil menyingkirkan Santi dan sudah tersisih dari pelukan suaminya.
"Kamu sabar Santi! Jangan terpancing dengan perbuatan Mas Aryo yang telah mengkhianatimu," ucapnya dalam hati. Dia mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Santi! Kamu harus berani menerima kenyataan. Aku dan Mas Aryo sudah menikah. Oh iya, aku dan Mas Aryo akan satu atap bersamamu," ledek Meli. Dia mengukir senyum tipis.
"Kamu kira suatu saat nggak bakalan menerima karma dari perbuatanmu," balas Santi dengan santai. Dia mencoba tenang dan tidak terbawa suasana.
"Tidak ada karma dalam hidup ini. Hari gini masih percaya karma, maaf aku tidak yakin mitos serperti itu," jawab Meli.
"Sayang ayo kita pergi dari tempat ini. Aku sudah muak melihat wajah istriku yang sudah tidak menarik lagi. Lebih baik kita pergi ke hotel untuk bulan madu," ajak Aryo.
Mereka berdua pergi meninggalkan Santi sendirian. Dia belum percaya menerima kenyataan pahit yang baru saja terjadi.
Bersambung ....Next?Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 02: Karma Mulai MenyapaSesampainya di hotel, Meli merengek kepada Aryo."Sayang, aku mau bulan madu ke danau toba," rayu Meli.Aryo menghembuskan napas kasar. Baru sampai di hotel perasaannya sudah tidak enak. Dia membuka jas dan meletakkannya di sembarang tempat."Kenapa sih harus ke sana?" bentak Aryo. Dia melandingkan bobotnya di atas kursi.Meli terkejut mendengar ucapan suaminya."Biar lebih romantis dan seperti orang orang yang baru nikah."Meli duduk di atas ranjang dan membuka high heelsnya, kemudian merebahkan tubuhnya. Dia menghembuskan napas dan memejamkan mata sebentar. Satu harian sudah lelah menjadi ratu."Aku menikah bukan pertama kali? Jadi, aku harap nggak usah minta bulan madu ke sana. Lagi pula kita sudah sering melakukannya."
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 03: Kiriman Poto Mesra Aryo"Argh ....!" teriak Meli mengacak-acak rambutnya dan melempar semua barang yang ada di atas nakas."Baru satu hari jadi istri, Aryo. Dia sudah menderita dan ditinggal pergi olehnya.'Awas kalau kamu datang, kubuat kau menyesal!' ucap Meli dalam hati.Meli melihat ponselnya sudah penuh dengan pesan chatt dan notif pemberitahuan dari akun sosial media berwarna ungu. Meli membuka pesan chatt aplikasi gagang telepon berwarna hijau pelan-pelan.[Aryo, kawan kantorku, baru saja menikah dengan Meli. Namun, Dia memilih menghabiskan malam pertamanya bersamaku.]Sebuah caption tertulis dari status aplikasi hijau hasil tangkapan layaryang di kirim Nilma rekan kerja Meli, sebelum risaign. Meli dan Aryo satu kantor, dari situlah Meli jatuh hati pada Aryo.[Kenapa
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 04: Pelakor Jumpa PelakorAyu terkejut mendengar ucapan Meli. "Ja-jadi ka-kamu ini sedang hamil?" tanya Ayu terbata. Mulutnya membulat seperti huruf o.Meli mengangguk dan tidak berani berkata."Se-serius?" tanya Ayu seolah tidak percaya."Iya."Meli dengan terpaksa mengakui atas kejadian yang sesungguhnya.Ayu tidak tahu mau berkata apa, seolah lidahnya kelu. Kedua tangannya memijit keningnya, mencoba mencari solusi. Namun, tidak ketemu selain menggugat cerai."Mbak! Aku mohon informasi ini jangan sampai kepada ayah dan ibu di kampung. Aku tidak mau mereka risau dan ...."Meli menjeda ucapannya lalu memijit keningnya dan terus menangis."Apa sebenarnya yang kamu kejar dari Aryo?" tanya Ayu. Dia membetulkan duduknya, suasana tegang menyelimuti teras rumah.Meli bergeming, hanya tangisan yang bisa dia perbuat saat ini. "A-aku terpaksa
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 05: Alia Berhasil Mencelakai Meli"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli."Kamu sungguh kejam, Mas.""Aku tidak kejam, Meli. Aku hanya memberikan pelajaran bagi kamu yang terlalu ambisi merebut harta kekayaanku."Kata demi kata yang keluar dari tepi bibir Aryo sangat menyakitkan. Meli menelan saliva, rasanya sangat pahit laksana sepahit empedu."Meli, ayo kita pergi dari rumah ini. Aku nggak sudih kau meneruskan pernikahan ini kalau membuatmu tersiksa," ajak Ayu sambil menarik lengannya."Bagus! Akhirnya kamu mengangkut sampah dari rumahku. Asal Mbak Tahu, aku menikahi Meli untuk membuktikan tanggung jawabku kepada dia, karena aku sudah terlanjur menyemai benihku ke dalam rahimnya. Untung saja aku masih baik, mau bertanggungjawab."Mulut Ayu menganga dan berpikir sejenak. 'B
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Bukan urusanmu! Lepaskan ... dan biarkan aku pergi!" Akhirnya Alia membiarkan Meli pergi begitu saja. Meli dan Ayu beranjak pergi menuju mobil. Ketika mau masuk, kaki Meli, tiba-tiba terpeleset. "Aw!" ucapnya lirih. Meli menahan sakit sambil memijit kakinya terkilir. Dia sadar kotak emasnya jatuh menggelinding menuju pagar rumah. Netranya mengikuti kotak emas itu dengan sorot mata membulat. "Meli," teriak Ayu. Ayu berlari menghampiri Meli. Dia takut janin yang dikandung Meli terjadi sesuatu di luar dugaan. "Perutku sakit sekali, Mbak," ucap Meli. Dia menahan sakit sekitar perutnya. "Kita harus ke dokter," balas Ayu sambil menuntun Meli menuju mobil. "Ko-kotak emasku menggelinding dekat pagar," ucap Meli terbata. "Kesehatanmu jauh lebih penting daripada emas itu," balas Ayu. Mereka berhenti sejenak.
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 06: Tak Perlu Balas Dendam "Siapa lagi kalau bukan pria yang ada di depan mata kepalaku sendiri." Aryo menghela napas, ucapan Santi sangat membuat dirinya terpukul. Namun, dia tidak mau memperlihatkan kondisi yang sesungguhnya. "Kalau kamu pandai merawat tubuhmu seperti waktu gadis, aku tidak akan berpaling darimu." Aryo selalu berkata seperti itu sebagai senjata yang bisa dia katakan. "Kamu mau tahu, kenapa aku tidak merawat tubuhku?" tanya Santi. Dia memancing Aryo, apakah mantan suaminya itu penasaran. "Nggak penting! Lagi pula kamu bukan istriku lagi. Ngapain aku kepo dengan mantan ...." Ucapannya sengaja dijeda. Santi merasa lega mendengar jawaban Aryo. "Mungkin pada saat ini kamu merasa di atas dan mempunyai segalanya. Sehingga lupa diri kepada seorang istri yang membawa kamu sukses dan memiliki segalanya. Kesuksesanmu itu suatu
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal Part 07: Tabungan Santi dikuras Aryo "Apakah kamu mau membantu aku," tanya Meli kembali. Sorot matanya sayu mengharap uluran tangan Santi agar membantu dirinya. Santi masih berpikir menentukan pilihan yang amat berat. "Jikalau kamu tidak mau, nggak apa-apa. Mungkin wanita seperti aku tidak pantas dan tidak layak di tolong oleh wanita yang aku sakiti," ucap Meli. Matanya berkaca-kaca, lalu dia pergi melangkah. Rasa sakit yang terlahir di perutnya sudah mulai hilang. Ayu mengikuti langkah Meli menuju mobil. Sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari tepi bibirnya. Apalagi mau meminta tolong kembali kepada Santi, dia sudah sungkan. Santi masih berusaha melawan antara perasaan dan kata hatinya. Ia memejamkan mata sejenak mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Tiba-tiba, Aryo membuyarkan lamunannya. "Ngapain lagi kamu berdiri si situ?" Santi terkejut mendengar perka
Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 07: Tabungan Santi dikuras Aryo"Aku bisa kok, Mbak," balas Meli keras kepala.Santi bingung mau naik apa pulang ke rumahnya. Dari tadi dia mengotak-atik ponselnya untuk pesan transportasi online, sudah dua menit tidak ada sama sekali ditemukan. Akhirnya dia luluh juga untuk membantu Meli, walaupun dalam keadaan pasrah, tapi tidak rela."Mbak, aku mau membantu menyetir mobil milik Meli," ucap Santi.Ayu berhenti dan mengarahkan tubuhnya ke asal suara itu."Se-serius?" tanya Ayu terbata. Dia laksana mendapat mukjizat yang tak disangka-sangka.Santi mengangguk dan mengulas senyum."Bu-bukan bohong 'kan?" tanya Ayu meyakinkan."Aku serius, Mbak."Sementara Meli sudah menekan pedal gas untuk melaju pergi."Meli," teriak Ayu dan Santi serentak.Ayu dan Santi berlari menghentikan Meli, agar tidak menyetir mobil itu."Meli jangan