"Hai, Nina. Apa kabarnya?'"Baik, alhamdulillah. Bang Ashraf sendiri bagaimana? Kok bisa ada di kampus ini? Sekarang mengajar lagi kah atau menggantikan tugas Fadil yang menjadi dosen di kampus ini?" Tanyaku penasaran.Aku mencoba untuk bersikap biasa agar tidak kentara bahwa selama ini aku pernah memendam cinta untuk lelaki yang terlihat sempurna itu. Aku mencoba untuk menjaga jarak tapi tidak mengurangi rasa hormat dan sungkanku kepadanya."Saya menjadi dosen undangan dari kampus yang sekarang kamu tinggali dan kemungkinan akan berlangsung selama 5 hari untuk pemilihan materi dosen yang hendak Abang presentasikan""Dosen undangan? Hanya 1 banding 1000 orang beruntung yang bisa mendapatkan undangan untuk menjadi dosen di kampus. Pasti orang-orang yang terpilih dan orang-orang hebat dan bisa menjadi contoh sebelum mahasiswa di kampus itu sendiri. Tapi kok nggak ajak Fadil untuk ikut menjadi dosen? Dia juga dosen cerdas Bang, dia selalu mengerjakan tugas atau mengerjakan pekerjaan d
Pov AshrafAku hendak pulang selepas mengajar materi penting di kampus Nina hari ini. Rasanya deg degan sekali saat aku baru sampai di kampus dan bertemu dengan dia yang sedang dalam keadaan hamil besar. Aku yakin dia pasti sekarang sudah bahagia karena pernikahannya sudah dikaruniai anak dan jadi tak ada lagi masalah dengan suaminya lantaran belum juga hamil saat itu.Aku pun mengajar dengan perasaan yang penuh dengan pikiran-pikiran yang entah apa isinya. Ada perasaan kecewa hancur, terluka, juga rasa sedih saat mengetahui dia sudah kembali dengan suaminya yang sudah selesai menzalimi adalah menjual dirinya sendiri kepada wanita lain. Sebenarnya aku ingin protes dengan cara Nina menerima suaminya dengan mudah untuk kembali tetapi aku pun bisa melakukan apa-apa selain pasrah saja. Toh, aku hanya mantan yang sudah menyakiti hatinya di masa lalu.Aku hendak pulang dengan menggunakan mobilku dan aku melihat dia yang dijemput oleh kakak laki-lakinya. Aku mengenal semua kakak lelaki Ni
POV AshrafMelihat keraguan pada wajah Bang Angga, Aku pun tidak menawarkan lagi. Aku tidak bisa memaksa karena memang aku harus sadar diri bahwa aku bukanlah siapa-siapa. Terlepas Kami adalah mantan kekasih Namun hubungan Nina dengan suaminya juga renggang karena ada keterlibatan orang ke tiga di dalam hubungan mereka dan aku salah satunya. Mungkin, aku juga tidak menganggap diriku seperti itu tapi nyatanya keluarga Nina seperti menutupi Nina dariku."Kamu bisa mengajak teman perempuanmu atau pelatih yoga perempuan untuk bisa membantu Nina untuk sehat. Kamu boleh menemani bersama temanmu itu Tapi tidak untuk kamu yang melatihnya karena aku masih cemas dengan psikisnya kalau dia dekat dengan lelaki lain.""Siap," jawabku mantap."Jaga dia, Aku hanya ingin adikku bahagia."Aku mengangguk dan tersenyum karena meskipun ini seperti sebuah larangan untuk mendekatinya tetapi ini juga sudah lebih baik daripada tidak bisa menemui sama sekali. Aku yang memang masih memiliki harapan untuk bisa
**POV Ashraf "Ya nanti abang yang antar ke sana. Jadi saat ini nggak bisa ya?" tanya Bang Angga."Bisa, santai aja."Aku hanya memperhatikan Nina yang sedang dibantu oleh Cinta di ruang tamu untuk melakukan olahraga dan senam hamil. Keduanya nampak menikmati bahkan langsung akrab di awal pertemuan. Ibunya Nina dan Bang Angga pun merasa senang karena akhirnya Nina pun bisa tertawa lepas."Mbak, ini kalau bolanya sampai jatuh ke glundung bahaya, kan?" tanya Nina."Bahaya lagi kalau dilempar ke wajahnya si Asraf," kekeh Cinta. Aku tersenyum saat di nistakan oleh sepupuku sendiri dan Aku pun merasa senang karena cinta bisa membawa diri untuk berbaur dengan Nina.1 jam lamanya keduanya melakukan olahraga dan akhirnya semuanya selesai. Nina terlihat berkeringat dan siapa meminum air putih dengan begitu banyak."Emangnya capek dek?" Tanya bang Angga pada Nina."Nggak banget capeknya tapi bener-bener ringan sih nggak pegel-pegel punggungnya," ucap Nina."Nanti diimbangi sama jalan-jalan pa
POV Ashraf"Ash, Hari ini aku ada pekerjaan sibuk di bengkel. Nina mengatakan kalau dia ingin pergi ke dokter hari ini. Apakah kamu bisa menemani dia?" Panggilan bang Angga pagi ini membuat aku yang sedang bersiap untuk pergi bekerja pun memilih untuk mengurungkan niat."Siap, sudah tahu mau berangkat jam berapa?" tanyaku yang memang sudah siap sejak tadi."Katanya sih jam 08.00, tapi apa harus pergi bekerja pukul jam 07.00. Apa kamu bisa menjemputnya? Abang benar-benar sibuk pagi ini dan tidak sempat sama sekali untuk mengantarnya ke rumah sakit.""Siap, Abang nggak usah khawatir. Ini Ashraf juga mau pergi ke rumah sakit.""Terima kasih atas bantuannya dan maaf Kalau merepotkan," ucap Bang Angga .Setelah mengetahui bahwa aku yang turut bertanggung jawab atas kesehatan Nina, keluarga Nina pun terlihat menyambutku dengan baik dan tidak pernah keberatan saat aku membantu kesehatan kehamilan Nina. Bang Angga sering menitipkan Nina untuk sekalian dibawa ke rumah sakit saat aku hendak per
"Cuman agak sedikit mules tapi nggak mules-mules banget. Merasa kepingin buang air kecil tapi begitu masuk ke kamar mandi udah Nggak kepengen buang air kecil. Memangnya itu tanda-tanda mau melahirkan ya Dok?" Tanya Nina dengan polosnya. Padahal di sini paniknya luar biasa tapi dia malah tersenyum seperti tidak merasakan sakit sama sekali."Ya. Tidak semua wanita hamil itu mengalami kontraksi yang hebat dan gejala-gejala menyakitkan seperti yang tadi saya tanyakan. Ada juga yang tidak mengalami apapun dan tahu-tahu sudah melahirkan dan ada juga yang melahirkan tanpa ada tanda-tanda kontraksi. Banyak pula yang mengalami mules sampai berhari-hari dan ada juga yang mengalami kontraksi palsu sebelum melahirkan. Tergantung dari kesiapan ibu hamil itu sendiri dan sepertinya Ibu Nina ini sudah siap untuk dilahirkan.""Insya Allah saya sudah siap untuk melahirkan kapanpun dan dimanapun karena saya yakin anak saya pasti paham kondisi ibu nya. Selama ini dia juga nggak pernah rewel meminta hal y
"Untuk apa kamu mencariku sampai ke sini?" Aku tidak ingin kembali terjebak dengan perasaan masa lalu yang membuatku tidak bisa fokus dengan masa depanku. Setelah wanita itu meninggalkanku cukup lama dan memberikan jeda waktu untuk aku bisa membuka hati pada wanita lain, dia kembali lagi seakan tidak pernah melakukan apapun terhadapku. Berbeda kasus dengan Nina, jika Mayang tinggalkanku dengan sengaja tetapi dengan Nina aku hanya tidak direstui oleh Mama. Berbeda, itulah yang membuatku lebih memilih untuk mempertahankan perasaanku dengan hina daripada dengan wanita yang sudah pernah menghayati itu."Tentu aku hanya rindu dan ingin tahu kabarmu. Ternyata Setelah lama tidak bertemu kamu masih sama deh, masih jadi laki-laki yang tampan dan gagah.""Terima kasih atas pujiannya tetapi aku sedang buru-buru dan harus bekerja. Permisi!"Aku meninggalkan dia yang malah justru kembali mengejarku tetapi kedatangan dari suster Anna membuatku terbebas dari wanita itu."Ada pasien yang mengharapka
Hanya sebuah pesan saja bisa membuat aku begitu sangat senang dan membayangkan hal yang indah-indah. Aku menjadi enggan turun ke bawah untuk menemani Mayang makan malam beserta dengan ibu dan keluargaku yang lain.Setelah mandi, aku langsung melakukan ibadah fardhu dengan sangat khusyuk dan sengaja diperlama agar tidak jadi makan malam bersama. Tapi sayangnya mama malah menyusul ke kamar bahkan membawa serta Mayang untuk ikut serta mengajak makan malam."Kenapa sih nyusulin ke kamar Ash?""Ajak kamu turun lah. Mama sampai capek nungguin kamu selesai mandi," ucap mama. "Mama pikir kamu ketiduran jadinya ajak Mayang sekalian ke atas. Kalau sudah selesai salatnya langsung turun ke bawah, ya?""Hm."Aku tidak langsung menyetujui karena Mayang juga seperti enggan untuk turun. Yang lebih menyebalkan adalah Mayang yang tetap berada di sana tanpa ikut dengan mama, jelas membuat aku merasa kesal kenapa Mayang tidak turun ke bawah."Tunggulah saya di meja makan, kita akan makan bersama-sama