"Maafkan Rum, Bang. Rum harus melanggar titah abang. Ini semua demi kebaikan kita bersama, demi keutuhan rumah tangga kita. Demi masa depan anak-anak kita nantinya. "Aku menyeka ujung mata. Tak pernah terpikir sebelumnya, rumahtanggaku yang adem, nyaris tanpa konflik. Bang Rio yang selalu menjadi suami siaga, ayah terbaik untuk dua buah hati kami. Kini kami bagai dipaksa memakan buah simalakama.Siapa yang harus aku minta tolong selain Hen. Tidak ada. Mau tidak mau aku harus mengetik pesan pada Hen. Tidak ada jalan lain lagi. (Hen, kirim aku duit dua digit. Sekarang!) (Siap! Princess. Untuk kamu aku selalu ada) balasnya dengan cepat. Seolah Hen menunggu pesanku di kolom aplikasi hijau itu."Kalian tunggu saja pembalasannku, Tante, Kinanti?" tawaku mengiring langkah kaki keluar dari kamar. Sempat kudengar Bang Rio terduduk lalu terisak. "Andai bisa memilih, abang ingin kamu sabar menghadapi mama dan tinggal di sini! andai bisa memilih, Abang ingin kamu merawat Abang sampai sembuh da
Aku menaikkan alis. Kembali ke dalam rumah. Tadi anaknya bertamu sekarang emaknya. Lucu sekali dunia ini. Semoga saja tengah malam nanti si Kinanti gak ikut nongol ke sini. Kalau dia nekad datang aku geprek pakai cobek. Tante Yuni dan Om Santoso santai sekali berduaan umbar kemesraan di kampung. Tentu saja, ternyata selama ini Tante Sari biang keladi memisahkan Tante Yuni dan Om Santoso. Bertahun lamanya fitnah itu menyebar. Sampai Om Santoso akhirnya memilih move on belajar mencintai Tante Sari. Bang Rio hadir sebagai pemancing anak karena sekurun waktu tak ada tanda tanda Tante Sari akan hamil, karena disinyalir dari beberapa berita update kalo Tante Sari tak kunjung hamil sebab Om Santoso akan menceraikannya. Pantas saja jarak umur Dini lumayan jauh dari Bang Rio. Tidak sabar aku mau bertamu dengan keluarga Om Budiman, aku juga akan bertemu Mister Martin. Pengacara kawakan dari kecamatan. Mengapa belum datang juga? Kembali aku teringat dengan Tante Sari. Sampai Bang Rio had
Jadi Din ... sebelum duitku buat kalian aku cuma mau nanya sama kamu Dini dan Gilang. Ini punya siapa?" Tunjukku pada jarum suntik serum penetral "bisa" yang aku temukan dalam mobil Kinanti. Bukankah waktu itu sopirnya Gilang. Mata Gilang terbelalak kaget. Ia tampak Shock aku mengeluarkan serum dari dalam tas."A-aku tau itu, Kak. " ucap Dini terbata."Katakan apa yang kamu tahu, Din?" tanyaku menatap matanya serius. Aku tidak ingin meninggalkan momen ini, momen di mana aku melihat dua anak manusia tukang zina ada di depan mataku, dan aku yakin mereka berdua pasti ada di balik kejadian peristiwa naas yang dilalui oleh suamiku dan ketika aku tahu siapa biang keladinya, aku tidak akan tinggal diam.Mereka semua akan ku habisi satu persatu tekadku bulat.satu yang harus aku list dari analisa prioritas untuk mengetahui kejadian. Ada apa tiba-tiba malam ini Dini dan Gilang begitu kompak mendatangiku? dengan dalih hanya untuk meminjam duit, rasanya mustahil mereka tidak punya duit termasuk
Di sana juga sudah ada tante Yuni dan Om Santoso keduanya mengangkat alisnya melihat ke arahku dan mereka mengacung jempol karena aku membawa polisi dan pengacara.Adegan ini akan berlanjut ke episode selanjutnya, siapakah yang menang? apakah kalian yang tega ingin membunuh suamiku? hingga dengan begitu warisan kalian dapatkan?Apa karena harta warisan itu Sudah digadaikan oleh Budiman ke bank kemudian kalian tidak akan ada bagi-bagi harta di sini?Aku tertawa terbahak-bahak di dalam hati."Assalamualaikum," sapaku pelan. Semua mata kini menghadap ke arahku.Kinanti seolah tak terima melihat kedatanganku, ia melotot. Tante Sari memindai tubuhku seakan aku barang langka yang baru saja ia temukan."Mau apa kamu kemari? katanya mau cerai dari anakku! ngapain masih nongol," semburnya tajam."Hei, nenek lampir. Tanya noh sama orangnya, dia mau gak cerai dari aku," cibirku sombong.Tante Sari berdiri. mensejajarkan tinggi tubuh kami. tersenyum mengejek."Bego, kau itu cuma orang luar yang ga
Aku melihat senyum Kinanti begitu cerah mendengar kata perceraian. Aku memang sengaja menghadirkan pengacara agar lebih mudah menyelesaikan masalah, Karena aku tahu kalau Rio tidak akan pernah menandatangani suray perceraian, karena ia pernah berjanji sebelum menikah padaku.Apapun yang terjadi padaku. Bang Rio tidak akan pernah pergi. Bahkan ia pernah berjanji begini,"Dik, suatu hari jika terjadi di hati kamu berpaling rasa, cintamu tak hanya untuk abang semata, satu hal yang harus kamu tau, Rum! abang tetap mencintai kamu selamanya."Kalimat seperti itu tidak hanya sekali diucapkan Bang Rio melainkan berkali-kali. Ia tidak mau kehilangan diriku. Pengacara kondang Said Hutapea yang sengaja kuundang menyodorkan kertas pada Bang Rio. Ia menerima kertas tersebut di depan semua orang.Aku dan Bang Rio sepakat akan bertemu di rumah peninggalan nenek bagian ibuku, yang kadang ditempati Tante Yuni kadang kosong. Di sana ia akan menyerahkan surat cerai. krek ...Semua menatap kami. Bang R
"Aku juga bisa memasukkanmu ke dinginnya dinding penjara, Bang. Jika kamu tidak mendengar apa yang kukatakan, bahwa Alya dan Rivo lebih berhak dari mereka dalam hal apapun, mengenai warisan kakek neneknya. Aku tidak akan pernah tinggal diam demi anak-anakku."Mata Bang Rio seakan hendak keluar. Seumur usia pernikahan kami. Ini kali pertama dia melihatku murka. Aku sama sekali tak mengerti mengapa Bang Rio begitu husnuzon menanggapi Tante Sari yang niat mencelakainya."Ingat, Menelantarkan anak dengan tidak memberi nafkah juga bisa kena pasal, oh iya, kaki kamu udah sehat kan? Kenapa tidak berkunjung melihat Rivo dan Alya? apa kamu keenakan dikelonin sama janda gak jelas, maksud aku istri orang tidak janda juga tidak. Entah apa statusnya. Bisa jadi antara istri dan janda. Atau janda rasa istri. Eh kebalik istri rasa janda." Aku masih sengaja menyindir keberadaan Kinanti di rumah itu. Aku tau, dia tidak akan membalas omonganku. Kinanti pasti berpura-pura baik agar Bang Rio meliriknya se
"Kok bisa! aku sudah minta izin pengunduran dan top up lanjutan agar tidak blacklist dan berakhir lelang, darimana Rumi tau mengenai harta ini?" Om Budiman tampak panik. "Dik, sudahlah! Abang berapa kali bilang, kita selesaikan ini dengan kepala dingin. Kamu gak perlu marah-marah sama Kinanti. Gak perlu cemburu sama dia, dia itu tulus, soal rasa cintanya, kamu dengar sendiri dari dia? Dia bahkan rela bertepuk sebelah tangan. Kinanti ini banyak berkorban untuk keluarga abang, Dik! belum ada wanita setulus Kinanti. kamu juga gak perlu cemburu dengan apa yang Abang bilang ini. Cobalah berpikir lebih positif! Kinanti ini membawa vibes yang baik untuk semua orang." Aku terperangah mendengar kalimat Bang Rio."Dia rela melepas Gilang demi Dini. Dia juga rela cintanya gak kesampaian, dia pernah merasakan dihina satu kampung, Dik! karena anaknya gak tahu ayahnya siapa, dia diolok-olok. Apa kamu gak melihat dengan perasaan kamu sebagai perempuan. Lihat sama kamu, Dik! ia masih tetap menolong o
"Bawa Sari sekarang. Kalau anaknya mau memberi keterangan silakan ke kantor juga. Ini bukan hanya tentang percobaan pembunuhan atas nama Rio. Tapi ... liat saja sendiri laporannya. Kalau dia mau ikut, silakan juga bawa suami saya itu ke kantor polisi, dengan status telah menelantarkan anak dan istrinya tidak menafkahi kemudian bersenang-senang dengan wanita yang tidak jelas statusnya, itu isi laporan saya berikutnya," ucapku pada polisi tersebut membuat mata Bang Rio terbelalak kaget.Hmm. Jangan macam-macam dengan Rumi! aku tersenyum dalam hati. Polisi memborgol tangan Tante Sari. Kinanti melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Apa dia kira aku gadis lugu yang bisa seenaknya ditindas mertua kayak di film ikan terbang, oh no! apalagi Sari bukan ibu kandung suamiku.""Kau menampakkan wujud aslimu, Rumi. Sekarang Rio tau, kau siapa?" ucap Kinanti menunjuk mukaku dan aku tertawa terbahak-bahak."Ya, sebentar lagi memang Rio akan tahu siapa istrinya ini dan kau tau, Kinan! setel