Share

Berkumpul

Bang Rio memelukku dengan kencang. Dan ia pun mulai menangis. Aku hanya bisa menepuk-nepuk pundaknya mencoba untuk menenangkannya.

“Sudahlah, Bang. Malu kalau abang menangis di sini. Lebih baik kita pulang. Memangnya Abang mau menginap di sini?” ujarku setengah bercanda.

Di luar dugaan, Bang Rio malah bersujud dan memeluk kakiku, tentu saja aku berusaha menghindar.

Tetapi, semakin aku berusaha menghindar semakin erat pelukan Bang Rio di kakiku.

“Maafkan Abang, Dek. Selama ini, Abang pikir jika orang-orang di sekitar Abang tidak pernah berniat mencelakai Abang. Bahkan, Abang sempat tidak percaya kalau mama juga sangat jahat dan memiliki rencana untuk membunuh Abang. Maafkan Abang sudah tidak percaya kepadamu,” kata Bang Rio kepadaku.

Aku meraih tangan Bang Rio, kemudian memaksanya untuk berdiri. Tidak enak kan kalau ada yang melihat, nanti dikiranya aku sedang menganiaya suamiku sendiri.

“Sudah Bang, jangan menangis seperti ini. Malu badan besar tapi menangis seperti balita. Apa tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status