Anara tampak menelan ludahnya susah payah, dan gusar menunggu jawaban dari sang suami yang masih larut dalam diamnya."Kenapa diam, Mas? Apa benar yang dikatakan sama Ibu?" Anara akhirnya membuka suara, karena tak dapat menahan rasa penasarannya.Arya merasa ketar-ketir. Dia sungguh tak ingin rahasianya terbongkar untuk saat ini. Setidaknya, masih beberapa langkah lagi sampai dia menjadi pemilik semua aset almarhum ayah mertuanya."Kalian ini kenapa sih nanya begituan. Aku nggak pernah bohong selama ini, dan aku minta supaya kalian diam saja, jangan lakukan apa pun pada Shanum. Karena aku yang akan mengurusnya sendiri," ucap Arya pada akhirnya setelah bersusah payah menekan perasaan gugup yang sempat melanda hatinya. Bu Desi dan Anara saling bertatapan selama sepersekian detik. Ucapan Arya begitu meyakinkan sehingga mereka tak punya alasan lagi untuk meragukan pengakuan pria itu. "Baiklah, kami percaya, Arya. Tapi, tolong ya kamu harus segera mengusir Shanum dari rumah ini. Toh, dia
Arya pun tak bersuara lagi. Ia memilih merebahkan dirinya di ranjang. Percuma rasanya mengajak Shanum bicara, sementara wanita itu sudah menutup hatinya."Shanum … satu hal yang paling aku sesali adalah mengkhianatimu, tapi asal kamu tahu, kalau aku sungguh menyesal dan tak mau kehilanganmu," ucap Arya lirih. Shanum mendengarnya, namun memilih abai dan tetap memejamkan matanya.Ia tak mau mendengar apa pun perkataan Arya, yang nantinya hanya akan menggoyahkan niatnya untuk bercerai.'Terlambat, Mas. Semuanya sudah terlambat. Aku nggak akan berpikir dua kali untuk mengakhiri pernikahan ini, dan mengusir kalian pergi dari rumah ini. Aku, sudah tak ingin mendengar apa pun alasanmu,' batin Shanum seakan menimpali ucapan Arya. Kata-kata itu nyatanya hanya dapat terucap dalam hatinya."Aku harap apa pun yang terjadi, jangan pernah berpikir untuk bercerai dariku. Karena aku, sangat mencintaimu, Shanum," ujar Arya lagi. Ia memiringkan tubuhnya, menatap punggung Shanum yang tidur membelakangin
(Flashback)Empat tahun yang lalu….Kala itu, Arya sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Saat di jalanan sepi, mendadak saja pria yang menaiki sepeda motor itu menghentikan roda duanya, tatkala melihat sebuah mobil tak jauh di hadapannya yang sedang menjadi sasaran begal.Tanpa pikir panjang lagi, Arya langsung berlari dan menolong sang empunya mobil itu. Seorang pria paruh baya, usianya sekitar 50-an tahun.Ia tahu itu pasti berbahaya, tapi dengan nekat Arya menolong pria yang ternyata Dhanu Mahendra malam itu. Biar bagaimanapun, Arya pernah mempelajari seni bela diri dulu. Untuk jaga-jaga hal seperti ini terjadi. Ya, meskipun tidak begitu jago, setidaknya bisa untuk sekadar membela diri ketika dalam situasi seperti sekarang ini. Bugh!Arya langsung menyerang salah satu kawanan begal itu hingga tubuhnya terkapar ke aspal jalanan."Siapa lo!" teriak pria tanpa rambut itu tak terima ketika melihat kawannya terkapar oleh satu pukulan saja. "Nggak penting kalian tau saya
Segera setelah berkata seperti itu, Shanum mengirimkan pesan pada Zayn untuk mengakhiri hubungan. Di dalam kamarnya, Shanum menangis tersedu ketika harus mengabaikan pesan maupun panggilan dari kekasih hatinya ketika dirinya tiba-tiba memutuskan hubungan kasih yang sudah terjalin cukup lama, tanpa alasan yang jelas.Zayn heran bukan main, karena sebelumnya hubungannya dengan Shanum baik-baik saja. Nyaris tidak ada masalah. Dan kini, Shanum tiba-tiba saja membuat Zayn kelabakan dan berpikir tentang apa yang terjadi pada Shanum hingga tanpa tedeng aling-aling langsung mengatakan keinginannya untuk putus. "Sha, apa yang terjadi padamu sebenarnya?" gumam Zayn lirih. Ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Shanum untuk mendengarkan secara langsung penjelasan dari wanita yang dicintainya itu.Zayn mempercepat laju mobilnya agar segera sampai ke rumah pujaan hatinya.Sesampainya di sana, Zayn harus menelan kekecewaan saat Shanum memilih enggan menemuinya dan menjelaskan segalanya. "Shanu
"Mas, aku hamil …," ucap Anara takut-takut suatu hari ketika Arya datang ke rumah sewaan yang sengaja disewanya agar bisa aman berhubungan dengan Anara. Meskipun begitu, hubungan Arya dan Anara sejak awal sudah diketahui dan didukung oleh Bu Desi. Sehingga, Arya semakin tidak peduli dengan efek yang akan ditimbulkan jika suatu saat nanti Shanum akan mengetahui semua pengkhianatannya."A–Apa?" Sontak saja, Arya terlonjak kaget begitu sampai di rumah kontrakannya. Pria itu sungguh tak menyangka kalau Anara akan secepat itu mengandung benihnya. "Aku hamil, Mas. Kamu harus tanggung jawab!" Anara mempertegas ucapannya dan mulai terisak. 'Ah, pening kepalaku!' gerutu Arya kesal, karena sejujurnya kabar kehamilan Anara sangatlah mendadak, hingga dia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Wajar saja jika Anara hamil, karena hubungan mereka sudah terlampau jauh selama ini. Entah sudah berapa kali mereka melakukan hubungan yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah. Arya
Srukk!Shanum menghempaskan kasar berkas yang sedari tadi ia teliti dengan seksama. Hari ini dia kembali ke kantor, dan kini dia berada di ruangan Arya, di mana sang empunya memang belum menampakkan batang hidungnya. "Keterlaluan!" desisnya kesal setelah memilah dan mencoba memahami berbagai laporan yang dipelajarinya sejak satu setengah jam yang lalu.Feri yang duduk dihadapan Shanum malah menautkan kedua alisnya. Mungkin heran dengan ekspresi bengisnya kini. Sekaligus tak menyangka jika sahabatnya yang lemah lembut bisa berubah garang seperti saat ini. Shanum tampak memijat pelipisnya pelan. Saat ini, dia memang sedang memeriksa beberapa laporan keuangan perusahaan. Sementara butik dan toko bunganya diurus oleh orang kepercayaannya lagi. "Kenapa sih? Galak amat, deh," celetuknya diiringi seringai jahil. "Dari laporan yang kubaca, aku baru tahu kalau selama ini Mas Arya menyelewengkan dana perusahaan ke rekening pribadinya, Fer," jawab Shanum seraya mengarahkan dagu pada tumpuk
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Sha?" tanya Feri heran yang melihat kalau Shanum sejak tadi selalu senyum. Entah apa yang sedang dibaca di ponselnya itu. Shanum menggelengkan kepalanya samar, sambil menatap wajah sahabatnya. "Nggak ada, hanya saja aku sedang menertawakan sesuatu hal yang lucu saja," ucapnya sambil mengulas senyum misterius, yang kembali membuat Feri bertanya-tanya akan isi pikiran Shanum saat ini.Entah mengapa, pria itu yakin sekali kalau Shanum saat ini sedang tidak baik-baik saja. Namun dengan lihainya, perempuan itu menutupi semua masalahnya seperti tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya padahal Feri mengerti dari sorot mata sendunya. Apalagi, mengingat kemarin Feri memergoki Arya datang bersama wanita yang tidak diketahuinya, dan apa hubungannya dengan Arya pun masih menjadi tanda tanya besar bagi Feri. 'Apa jangan-jangan, si Arya selingkuh sama wanita yang dibawanya kemarin itu?' gumam Feri bertanya-tanya dalam hatinya. Pikiran itu terlintas begitu saja, dan
"Jadi gimana, Pak, Bu? Apakah Anda bisa membayarnya atau dibatalkan saja?" tanya seorang kasir yang kebetulan melayani keempat orang itu. Arya meneguk ludahnya susah payah. Ia merasa malu, karena sudah mengambil beberapa item di toko itu namun malah gagal membayarnya. Bahkan, mereka juga kini menjadi tontonan oleh pengunjung toko lainnya. Pun, mereka menatap mereka dengan tatapan menghakimi dan bikin risih, seolah tengah mencemooh mereka."Maaf, Mbak. Sepertinya lain kali saja saya belanjanya. Ayo, kita pulang saja," ajak Arya pada ketiga wanita itu yang tengah berlomba menampilkan wajah masam mereka."Maaf, Bu. Kemarikan tasnya, mau saya simpan lagi," ucap seorang pegawai pada Bu Desi yang masih seperti tidak rela dirinya gagal memiliki tas itu. Begitupun dengan Anara juga Lila.Tas, sepatu, juga baju yang mereka ingin beli gagal dimiliki. Dengan berat hati mereka pun menyerah karena tak dapat membayarnya, juga harus menanggung rasa malu ketika pelanggan lain berbisik dan membicara