Keesokan harinya...Hari ini adalah tanggal gajiannya Lukman, Vira yang hendak membayar iuran pondok dan sekolahnya Naura, ia lantas mengecek saldo tabungan khusus bulanan dari Lukman."Lho, kenapa Mas Lukman hanya ngasih uang segini?" gumam Vira bingung ketika melihat transferan dari Lukman, telah dipotong dua juta rupiah dari biasanya.Sebenarnya uang yang diberikan Lukman sekarang masih sangat cukup untuk membayar semua kebutuhan Naura dan keperluan Vira sendiri. Namun, ini tetap saja aneh.Lalu tidak lama kemudian, terdengar suara notifikasi pesan yang masuk dalam ponselnya Vira.[Mbak, kamu sudah ditransfer uang sama Mas Lukman belum? Ini , kenapa jatah bulanan ku dikurangi ya?]Ayu yang mendapatkan jatah bulanan paling sedikit, ia tentu mengeluh. Sebab uang dari Lukman kini hanya cukup untuk membeli kebutuhan Winda, dan juga perawatan tubuhnya saja.[Kalau aku hanya dapat segini, aku tidak bisa nabung lagi dong, Mbak.][Aku juga kok, Yu. Uang bulananku juga dipotong sama Mas Luk
Setelah selesai membahas perkara uang bulanan, Vira langsung kembali ke kamarnya. Lalu kemudian ia segera menghubungi Della untuk membahas pekerjaan apa yang akan diberikan Della kepadanya."Halo, assalamu'alaikum ....""Wa'alaikumsalam ... Hei, bagaimana kabarmu, Sayang?" sahut Della di seberang sana."Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri bagaimana?""Sama, aku juga baik. Eh, tumben nelvon, ada apa?""Ini, aku ada hal penting yang ingin dibicarakan denganmu, jadi bisakah hari ini kita ketemuan?""Emm boleh, kebetulan hari ini jadwalku juga kosong, kalau begitu kita ketemuan di cafe bintang ya?""Baik, kalau begitu aku akan siap-siap dulu.""Oke, aku juga. Kalau begitu sampai ketemu nanti, assalamu'alaikum.""Iya, wa'alaikumsalam." Setelah itu sambungan terputus.Setelah selesai bersiap-siap, Vira pun langsung pergi ke lantai bawah untuk berpamitan kepada Lukman."Mas, aku izin keluar dulu, mau bertemu dengan Della.""Iya, hati-hati," sahut Lukman tanpa menoleh sedikitpun ke arah Vira
Membangun bisnis memang tidaklah mudah, begitu pun dengan Vira. Di dalam jangka waktu satu bulan, Vira bahkan hanya mendapat dua orang pembeli secara online. Jika bukan karena Della yang berhasil membujuk beberapa orang temannya untuk membeli desainnya Vira, Vira mungkin sudah menyerah.Hari ini Vira mengajak ketemuan Della di mall, yaitu untuk mentraktir Della makan, sekalian mereka berdua nanti akan berbelanja bersama."Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, namanya juga orang baru mulai usaha, ya pasti tidak mudah ... pokoknya yang penting kamu harus tetap semangat!" ujar Della seraya mengepalkan tangannya memberi semangat kepada Vira."Iya, aku tahu. Dan, makasih banyak ya, karena kamu sudah banyak membantuku.""Halah apaan sih, nggak usah makasih-makasih segala. Kayak sama siapa aja," balas Della seraya mengibaskan tangannya, lalu kemudian ia kembali menyeruput minumannya."Lalu bagaimana dengan suamimu sekarang?"Vira menghela napas panjang. "Ya ... begitulah, dia tetap sering bers
Keesokan harinya...Suasana kantor yang awalnya cukup tenang, kini berubah menjadi riuh ketika Lukman tiba-tiba saja datang dan memukul Yuda di ruang kerjanya."Dasar brengsek! Bajingan!" Lukman terus memukul pipi Yuda, begitu pun dengan Yuda yang membalas memukul balik Lukman, Yuda jelas tidak terima karena tiba-tiba saja dipukuli seperti ini oleh Lukman.Hingga akhirnya seorang satpam datang dan melerai mereka berdua, dengan diikuti direktur utama kantor cabang tersebut."Apa-apaan kalian ini, bikin malu saja! Ayo, cepat ke ruanganku sekarang!" bentak direktur tersebut seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua temannya itu.Yuda dan Lukman saling membuang muka, lalu kemudian mereka berdua langsung pergi mengikuti direktur tersebut.Sesampainya di ruangan direktur utama, direktur tersebut langsung duduk di kursinya, sedangkan Lukman dan Yuda, mereka berdua berdiri di depan meja kerja direktur."Sebenarnya apa yang sedang kalian berdua ributkan? Kalian berdua ini su
Malam harinya....Sesampainya Lukman di rumah, ia langsung menuju kamarnya Citra untuk mandi, sedangkan Citra sendiri juga langsung menyiapkan pakaiannya Lukman.Lalu tidak lama kemudian Lukman keluar dengan hanya memakai handuk yang melingkar di pinggangnya."Lho, Mas. Ini kenapa?" tanya Citra yang baru saja mengetahui ada luka di sudut mulutnya Lukman."Aku habis berkelahi dengan Yuda," sahut Lukman datar, lalu kemudian ia mulai menyisir rambutnya."Astaga! Tapi, tidak ada luka lainnya lagi kan?"Lukman menggeleng, lalu kemudian ia hendak pergi ke kamarnya Vira."Lho, Mas mau ke mana lagi?""Aku mau ke kamarnya Vira, malam ini aku akan tidur dengannya." Setelah mengatakan itu, Lukman pun bergegas pergi menuju kamarnya Vira.Citra yang melihat Lukman masih dikuasai amarah, ia tersenyum miring. "Mampus kau, Vira," gumam Citra yang yakin bahwa sebentar lagi Vira akan jadi sasaran amarah Lukman.Citra yang hendak menutup pintu kamarnya, langsung berbalik setelah mendengar ponselnya berb
Setelah kejadian malam itu, Vira jadi agak takut jika bertemu dengan Lukman. Vira juga merasa semakin asing dengan suaminya sendiri. Beberapa hari ini, Vira juga jadi jarang keluar dari kamarnya, ia bahkan sudah tidak pernah makan bersama lagi dengan Lukman dan yang lainnya. Vira hanya sibuk memohon ampun dan mengadu kepada Allah, atas apa yang ia lalui.Sedangkan Lukman sendiri, ia merasa tidak bersalah sama sekali dengan perubahan sikap Vira saat ini. Justru Lukman lebih tenang jika Vira banyak mengurung diri di kamar. Sedangkan untuk makan, Lukman menyuruh asisten rumah tangganya untuk mengantarkan makanan ke kamar Vira.Berbeda dengan Ayu dan Citra, yang menganggap Vira, dinilai terlalu berlebihan menanggapi kejadian malam itu, sebab Lukman dan Vira memanglah pasangan suami istri."Mas, aku ke kamar dulu ya, sepertinya Winda sudah bangun," pamit Ayu setelah ia menyelesaikan sarapannya.Lukman mengangguk, lalu kemudian Ayu bergegas pergi menghampiri anaknya yang sedang menangis ka
"Kamu lihat sendiri nanti, Mas Lukman akan lebih percaya sama aku atau kamu," ujar Citra di saat Lukman dan Ayu sedang menaiki tangga.Tadi Citra sengaja menjatuhkan dirinya sendiri, demi memperlihatkan kepada Vira, kalau Vira sekarang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya."Citra! Kamu kenapa bisa jatuh seperti ini?" tanya Lukman yang berlari menghampirinya, lalu kemudian ia membantu Citra berdiri. Untungnya saja Lukman tidak melihat genangan darah, kalau tidak bisa beneran copot jantungnya.Sedangkan Vira yang melihat itu, ia tetap diam seperti tadi. Vira bahkan tidak khawatir jika Lukman akan memarahinya."Ta-tadi aku hanya ingin memberikan ini kepada Mbak Vira. Tapi, Mbak Vira menolaknya, dan dia juga bilang kalau aku hanya pura-pura baik saja untuk merebut perhatianmu, Mas," jelas Citra seraya menangis."Lalu kemudian Mbak Vira mendorongku karena aku tetap ngeyel mau kasih ini ke dia. Huhuhu ... Ini sakit sekali, Mas. Aku takut akan terjadi apa-apa dengan anak kita nan
Setelah Vira dan Lukman dinyatakan resmi bercerai oleh pengadilan agama, kini Vira benar-benar merasa sudah bebas. Apalagi, sekarang masa iddahnya juga sudah usai, jadi sekarang Vira dan Della sedang menikmati waktu bersama untuk merayakan kebebasan ini.Hal pertama yang mereka lakukan adalah berbelanja, selain berbelanja untuk kebutuhan diri sendiri, Vira tentu membeli kebutuhan untuk Naura juga, dan tak lupa ia juga membeli kebutuhan untuk anak-anak panti asuhan nya Asih.Vira dan Della memang berencana pergi ke pondok, untuk memberitahukan masalah perceraiannya dengan Lukman. Lalu kemudian mereka berdua nanti akan mampir ke panti asuhan.Naura tidak berkomentar banyak atas perceraian kedua orang tuanya, karena ia sudah cukup mengerti apa yang terbaik untuk kedua orang tuanya."Bunda jangan khawatir, Naura baik-baik saja kok, yang penting bagi Naura adalah kebahagiaannya Bunda," sahut Naura seraya tersenyum, ketika Vira meminta maaf atas keegoisan mereka sebagai orang tua."Terima k