Share

Kunci Brankas Rahasia Suamiku.
Kunci Brankas Rahasia Suamiku.
Penulis: Winarsih_wina

Berapa Gaji Mas Darma?

"Apa mas? Tiga juta? Buat apa ibu uang sebanyak itu? Bukankah aku sudah memberinya 800 ribu sebulannya?"

Aku melotot mendengar permintaan mas Darma. Bukan karena pelit, tapi ini di luar pengeluaran kami berdua.

"Eh, Maya! Jangan serakah kau jadi orang! Memangnya kenapa kalau ibu minta tiga juta? Uang itu hasil keringat Darma, anakku. Jadi, jangan coba kau menguasainya!"

Aku terkejut mendengar ucapan ibu mas Darma. Dia seolah menuduh aku menguasai gaji anaknya.

"Kalau begitu, kenapa minta ijin padaku, Bu? Itu uang mas Darma. Jadi, minta saja padanya! Tak perlu bicara denganku."

Aku segera berdiri meninggalkan ibu dan anaknya itu. Biar mereka saja yang bicara soal uang tiga juta itu.

"Jangan begini, May. Aku menganggapmu istri. Karena itu, kita perlu bicara."

Aku kembali duduk lalu menatap mas Darma dan ibunya. Wanita itu tersenyum sinis, seolah aku istri yang tak berguna.

"Jadi bagaimana May? Kau setuju kan memberi ibu tiga juta?"

Aku kembali menatap mas Darma dan ibunya. Memangnya siapa aku untuk menolak permintaan ibu?

"Memangnya gajimu berapa mas? Coba kau bicarakan dengan ibumu kalau memang kau tak mau memberitahuku. Jadi, kalian bisa mengambil keputusan setelah menghitung hutang dan cicilan rumah serta mobil."

Aku tersenyum lalu kembali melangkah menuju ke dapur. Setiap kali mas Darma membawa ibunya kemari, bawaanku lapar terus. Di pikiran wanita itu, hanya uang ... uang dan uang. Sekarang, biar dia dan anaknya berpikir sedikit kali ini.

"May."

Aku mengangkat kepala saat mas Darma datang ke meja makan. Dia pasti paham ini akhir bulan, masih ada dua hari lagi gajian, tapi ibunya sudah meminta uang lagi.

"Tolong jangan lagi bersikap seperti itu pada ibu. Kasihan dia yang telah lama menjanda dan harus merawat tiga anak sekaligus."

Aku kembali menarik napas setelah mendengar ucapan mas Darma. Dia sadar ibunya punya anak tiga, terus kenapa hanya dia yang dibebani oleh ibunya dengan permintaan yang tak masuk akal?

"Sudahlah, mas. Percuma kita bicara. Bukankah aku sudah bilang, silahkan hitung dulu pengeluaranmu, baru penuhi permintaan ibu. Aku bilang pengeluaranmu ya, bukan pengeluaranku."

Aku kembali menikmati semangkuk mie kuah. Mas Darma terlihat menatap isi mangkuk yang tinggal kuahnya saja.

"Kenapa? Mau mie juga? Sana beli mie dan telur, nanti aku masakkan."

Aku berdiri menuju wastafel untuk mencuci tangan. Lalu kembali masuk ke kamar, lebih baik aku tidur saja daripada pusing sendiri.

"May, tunggu dulu, mas mau ngomong."

Aku berbalik dan menatap mas Darma. Pria ini semakin lama semakin tak berotak, dia tak berpikir kemampuan dirinya untuk menyenangkan keluarganya.

"Sudahlah mas, aku tak mau tau lagi apa yang mau kau lakukan. Seperti kata ibu, uang itu milikmu, jadi gunakan sesukamu."

Aku kembali melangkah menuju ke kamar. Biarlah mas Darma menghadapi kenyataan yang dia lupakan.

"May, tolong gunakan uang simpananmu untuk membantu ibu."

Aku berhenti melangkah saat mendengar ucapan mas Darma. Semakin lama, aku muak melihat pria tak tau diri ini.

"Cukup mas, kalau bodoh jangan keterlaluan. Memangnya kapan kita punya tabungan? Uang yang kau beri aja, hanya cukup untuk membayar listrik dan air. Uang untuk belanja, aku yang talangi. Jangan lupa jatah ibumu juga dari uang yang kau beri itu."

Aku terpaksa mengatakan itu karena sepertinya mas Darma mulai lupa diri.

"Aku tau May. Karena itu, aku minta tolong. Untuk kali ini saja, bantu ibu. Dia sangat membutuhkan uang itu."

Aku kembali menarik napas, entah bagaimana menjelaskan pada pria ini kalau kami tak punya simpanan.

"Kau begitu keras kepala, mas. Sekarang katakan, uang dari mana aku untuk membantu ibumu?"

Aku melipat tangan di depan dada, menunggu pria pandai ini bicara.

"Katakan, aku menunggu kau jawab pertanyaanku, Mas?"

Mas Darma tampak mengaruk kepalanya. Dia menatap dompetku yang tergeletak di atas nakas.

"Kau punya kartu ATM, pasti ada isinya. Gunakan itu dulu untuk membantu ibu gajian nanti aku ganti."

Aku tersenyum, sepertinya mas Darma mau menipuku. Dia pasti mengira uangku banyak dan bisa dia manfaatkan.

"Mas ...mas aku heran pada mu. Memberi nafkah saja kurang, bisa-bisanya berpikir istrimu punya banyak uang. Aku saja tak kerja, 24 jam menjaga rumah ini."

Kali ini mas Darma menatapku, seolah tak percaya kalau aku tak punya uang.

"Kalau begitu, pergilah cari hutangan. Nanti, gajian aku yang membayarnya."

Kali ini, aku tertawa mendengar ucapan mas Darma. Entah untuk apa uang itu, sehingga ibu minta sekarang juga harus ada.

"Kalau begitu, minta ibu saja cari hutangan. Dia kan tahu di mana tempatnya, kenapa harus aku yang kau paksa? Lagipula dua hari lagi kau gajian mas. Kenapa tak menunggu saja sampai kau terima gaji itu?"

Aku menatap mas Darma, terlihat wajahnya seperti orang gugup. Aku tahu dia memang berniat membohongi aku lagi.

"Sudahlah mas, ini sudah malam aku mau istirahat. Soal pembicaraan ini, aku anggap selesai. Jangan paksa untuk cari pinjaman atau apa pun itu karena itu tak akan pernah terjadi."

Kali ini, aku benar-benar meninggalkan mas Darma. Dia tak lagi bicara, seolah tak tau lagi mau bicara apa."

***

"Bukan aku tak mau memberi uang itu Bu, tapi Maya memang tak mau mencarikan pinjaman."

Aku terbangun karena haus. Saat keluar, aku mendengar mas Darma sedang bicara dengan ibunya melalui ponsel. Ternyata, mereka belum selesai membahas uang tiga juta itu.

"Sudahlah Bu. Kalau mau, minta mas Diki dulu. Nanti, ada uang aku bayar. Kalau sekarang, mana ada uangku."

Kali ini, mas Darma seperti mulai emosi. Dia seolah berteriak pada ibunya. Walau melalui ponsel, pasti wanita itu sakit hati mendengarnya.

"Kalau begitu, aku ambilkan uang simpanan saja. Untuk saat ini, tabungan itu kita kurangi saja untuk ibu."

Tunggu dulu, tadi mas Darma bilang tabungan? Aku kok tak tau dia punya tabungan? Memangnya, uang dari mana yang dia tabung? Aku mencium aroma penipuan di sini.

Sepertinya, aku harus mengasah bakat detektif ku lagi. Mas Darma dan keluarganya, sudah berani menyimpan rahasia rupanya ...

YUK TERUS BACA DAN BERI ULASAN 🌟 5 NYA BIAR MAKIN SEMANGAT. JANGAN LUPA VOTED JUGA SEBAGAI DUKUNGAN UNTUK CERITA BARU SAYA INI.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Yanguwais
awal cerita yg bagus bikin gemes klo punya mertua model begini.
goodnovel comment avatar
Agus Irawan
hai kak izin promosi ya. teman-teman mampir ke Novelku yuuk judul. "Kembang Desa Sang Miliarder" Nama pena" Agus Irawan
goodnovel comment avatar
Isabella
seruh selalu cerita mertua yg egois
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status