Malam itu Luna diperbolehkan oleh dokter pulang. Keadaannya sudah lebih baik dari sebelumnya.Beliau berpesan kepada keluarga Bhaskara untuk tidak memaksa mengingat semua tentang masa lalunya. Ingatan Itu akan datang sendiri seiring berjalannya waktu.Karena itu akan menyebabkan kontraksi pikiran dan otaknya yang menimbulkan rasa sakit luar biasa di kepala.Meski dengan berat hati akhirnya Willy dan Seno membawa Luna pulang. Dokter sudah menjelaskan satu persatu keluarga yang sering datang membesuknya. Dan perlahan-lahan Luna mau menerima. Meski ia sama sekali tidak ingat dengan mereka."Pelan-pelan, Sayang!" ucap Willy saat memapah tubuh Luna yang hampir terjatuh.Luna mencoba menyingkirkan dua tangan itu dari kedua bahunya. Membuat Willy merasa sedih. Namun William bukan tipe pria yang mudah menyerah. Willy akan tetap berusaha untuk merawat dan menjaga istrinya sampai ia mengingat semuanya.Saat pintu kediaman Bhaskara terbuka, tampak seorang malaikat kecil sedang berdiri di sana me
Seorang pria lansia sesekali menggebrak meja dengan keras. Ia memuntahkan rasa kesalnya dengan tindakan refleks.Ia mencibir, bahkan mengumpat. Akan keputusan dirinya yang ia ambil namun nyatanya adalah jalan yang salah.Penyesalan tidak datang di awal, setelah tindakan yang ia buat, kali ini harus berpikir keras untuk melanjutkan sandiwaranya.Bukan ia melakukan untuk dirinya sendiri, namun untuk cucu dan istrinya yang teramat menginginkan wanita itu kembali ke rumah mereka.Ia harus bekerja lebih keras lagi untuk mengembalikan ingatan Luna. "Ah! Bodoh sekali! Kenapa aku tidak berpikir, jika amnesia Luna membawa keberuntungan? Jadi aku tidak perlu memaksa wanita itu untuk menjadi istri palsu William."Seperti orang tidak waras saja. Pria berumur itu menarik ujung kumisnya yang tipis. Merasa kesal, dan akhirnya ia mengangkat dua sudut bibirnya untuk tersenyum."Ha ha ha, ya. Jika dia amnesia maka semuanya akan menjadi mudah. Ia tidak perlu mengaku lagi, jika dia adalah Luna. Meski aku
Beberapa saat dokter telah memeriksa dan memberikan sebuah suntikan untuk memulihkan keadaannya. Tubuhnya demam. Membuat William semakin cemas. Dokter menenangkan agar ia tidak perlu khawatir. Ia hanya membutuhkan istirahat dan perhatian. Semua dihimbau agar tidak memberikan berita atau informasi mengejutkan, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.Selepas dokter pergi ..."Sebenarnya apa yang menyebabkan Nilam pingsan? Adakah kalian tahu sebabnya?" tanya William.Kedua matanya saling menyelidik. Disana berdiri dengan wajah ketakutan Bibi Kira dan Marni menundukkan kepala. Dan Anita menggeleng kepalanya.Hanya Angel yang berusaha menjawabnya. "Papa, maaf sebelumnya ...""Maaf Angel. Papa ingin bertanya pada mereka karena keadaan Mama." William memotong ucapan Angel."Tapi Pa-, Angel tahu kenapa Mama sampai pingsan. Karena Mama dan Angel tadi membaca sebuah berita di media sosial. Jika papa sebelumnya memasukkan Mama ke dalam penjara. Bukan begitu Pa?" Angel menunjuk dengan jar
Shireen mengambilnya, dan membuka isi dompet. Terlihat beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan.Kembali ia menutupnya, dan memasukkan ke dalam saku baju. Menoleh ke sana kemari tidak ada seseorang yang mencari. Gegas dia membawanya pulang. Sedikit kegembiraan terlukis di wajah Shireen. Daffa yang menunggunya, duduk di kursi ruang tamu kecil, melihat kedua tangan Shireen yang tidak membawa apapun.Sebelum ia membuka mulut untuk memarahinya, Shireen buru-buru menutup pintu dan memperlihatkannya pada Daffa."Mas, aku menemukan uang ini di sebelah warung tetangga sebelah. Kita pakai, atau kita kembalikan saja ya?" tanya Shireen, meski hatinya berharap untuk memiliki uang itu. "Dasar bodoh kamu! Ya kita pakai saja! Kamu tahu sendiri kita sedang kekurangan uang. Ini namanya rezeki," jelas Daffa. Ia lekas meraih dompet itu dan mengambil seluruh isinya.Daffa menghitung jumlahnya, dan itu cukup untuk satu Minggu kedepannya. Tidak ada kartu identitas disana. Ia anggap aman.Ia menyerahk
"Sebenarnya apa yang telah papa lakukan?" William tidak percaya. Saat itu Seno menjelaskan jika semua adalah rencana Seno. Ia telah menukar hasil tes DNA antara Luna dan Nilam.Tubuh William gemetar. Ia tidak habis pikir, perbuatan itu bisa dilakukan oleh papanya."Papa gila! Papa tidak memikirkan bagaimana sedihnya perasaanku! Papa melakukan permainan dalam rumah tanggaku dengan Nilam." William terduduk di kursi. Tubuhnya nyaris lemas."Untuk sementara ini, biarin saja Mama kamu dan Angel menerima Luna sebagai Nilam. Biarkan saja hingga Anita sembuh. Papa akan pikirkan langkah selanjutnya.""Entahlah, Pa. Aku bisa melanjutkan hidup ini atau tidak. Willy yakin, tidak akan sanggup." Pria itu keluar ruangan dengan segera. Dan membanting pintu ruang Seno keras, menunjukkan amarahnya. *****Brak brak brak!Semua yang ada di meja kerja di banting berserakan di lantai. Pikirannya kembali penuh -- tidak menyangka jika kebahagiaan yang hanya sebentar ini berawal dari sandiwara Seno.Ia men
Matahari mulai bergerak berpindah. Cahaya mulai redup digantikan sinar rembulan yang syahdu. Terlihat malu-malu karena tertutup awan.Perlahan angin malam meniupnya, sedikit demi sedikit muncul juga sinar purnama yang indah menghiasi malam. Rupa sempurna tampak dari atas langit.Luna terdiam diatas balkon kamar. Ia berdiri di antara pagar besi pembatas lantai atas. Dengan meletakkan kedua tangan di atasnya setinggi dada.Ia menatap langit. Melihat kerlip bintang bertaburan indah disana. Terlihat damai. Namun tidak untuk dirinya saat ini.Gundah gulana menyelimuti hati dan pikiran. Entah cobaan apa lagi yang harus ia jalani. Baru saja William menjelaskan keadaannya setelah kecelakaan beberapa hari lalu.Tubuhnya sedikit lemas. Hampir seluruh tubuhnya terasa dingin. Keadaan yang disebabkan oleh pikirannya yang terlalu membebani. Pria itu pergi begitu saja setelah bercerita. Ia tidak melihat respon dirinya yang hampir tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Hingga ia bersandar dipagar be
William memperhatikan Seno. Ia ingin mengatakan jika akan mengajak Luna kembali bekerja bersama mereka di perusahaan. "Pa," sapanya pelan. Saat pria lansia itu selesai pada suapan keduanya. Ia menghentikan pekerjaan itu lalu menoleh ke arah Willy yang duduk tidak jauh darinya. "Ya?" jawabnya dengan menaikkan alis."William ingin mengajak Nilam bergabung kembali di perusahaan. Apa Papa mengizinkannya!" tanya Willy ragu-ragu.Seno melanjutkan memberi suapan kesekian, dan mengunyah beberapa kali. Tidak segera memberi William tanggapan. Hening.Angel membuka keheningan. "Kenapa jadi seperti kuburan sih, meja makan ini?" Luna hanya diam saja. Ia tidak ingin mencampuri urusan mereka. Tugasnya disini hanya menjadi putri Anita dan ibu yang baik untuk Angel. Selain itu ia sudah tidak memiliki hak. "Bagaimana, Pa?" tanya William sekali lagi. "Tidak!" jawabnya dengan menjatuhkan telapak tangan di meja.Seno mendorong kursi kebelakang, berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan meja makan. T
Mobil Willy memasuki kawasan restoran elit di pusat kota. Tidak perlu basa basi ia turun dari mobil tanpa membantu membuka pintu untuk wanita yang telah menyiapkan dirinya semaximal mungkin untuk William tersebut.'Andai kamu bukan bos-ku, aku tidak rela dibuat seperti ini,' lenguh Tiara. Mencibir tiada henti.Tiara yang awalnya bahagia mendadak murung. Sedari tadi ia dianggap patung. Sungguh pria itu tidak menghargai dia sebagai wanita.Tanpa berpikir konsekuensinya, Tiara menggandeng lengan Willy. Ingin diperhatikan banyak orang jika William adalah pasangannya. Secara pria itu adalah pria yang memiliki karismatik tinggi. Pandangan wanita hanya tertuju padanya. Kedua mata melirik ke arah lengannya, lalu ekor mata berpindah memperhatikan wajah Tiara. Tatapannya tajam, Tiara tahu jika pria itu sedang mengisyaratkan untuk melepas tangannya.Wanita itu hanya tersenyum hambar. Sampailah mereka di sebuah meja yang sudah dipesan oleh William. Sudah tertata beberapa makanan dan minuman.D