Pak Broto terdiam sesaat setelah mendengar cerita awal dewi tersebut. Lalu menampilkan ekspresi wajah yang nampak sedih.
"maafkan ayah nak" jawab pak broto
dewi pun heran mendengar ayahnya yang tiba-tiba meminta maaf
"lho kok malah ayah yang meminta maaf? harusnya kan dewi yah"
"dewi sudah merahasiakan sejak lama dan juga tanpa izin ayah"
"dewi yang salah yah, bukan ayah" jawab dewi sambil memeluk sang ayah
Sambil mengusap-usap rambut dewi, pak Broto agak sedikit terisak
"seandainya kondisi ekonomi kita stabil, seandainya ayah lebih mampu lagi untuk menghasilkan uang yang lebih banyak lagi, kamu tidak perlu sampai menyita waktu muda mu untuk bekerja dewi"
"tapi apalah daya, ayah hanya seorang buruh pabrik yang mendapatkan upah bulanan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja"
"ayah tau kamu memiliki impian besar untuk sukses di masa depan, ayah bangga akan hal itu"
"namun disisi lain ayah juga menyadari bahwa untuk mewujudkan impian itu tidaklah mudah, karena kemungkinan hambatan terbesarnya adalah biaya"
dewi memotong jawaban sang ayah, sambil mulai menceritakan semua dari awal
"maaf yah, dewi juga menyadari tentang kondisi keuangan kita saat ini, maka dari itu dewi berinisiatif untuk membantu ayah secara tidak langsung meskipun resikonya ya seperti yang ayah sebutkan tadi, waktu dewi secara total terkuras untuk aktivitas yang padat setiap hari dan juga tanpa memperhatikan kondisi badan lagi"
"dewi sudah bertekad untuk menanggung resiko itu semua"
"dengan sedikit kenekatan dewi memberanikan diri untuk mencoba mencari dan melamar pekerjaan paruh waktu"
"dewi sempat putus asa karena ternyata mencari pekerjaan itu tidak segampang yang dibayangkan, apalagi melihat status dewi yang masih sebagai seorang pelajar"
"ditengah rasa kecewa itu entah kenapa seolah dewi mendapatkan petunjuk untuk mencoba lagi dan jangan gampang menyerah"
"akhirnya secara tidak sengaja, saat beristirahat disebuah warung yang kebetulan masih jam makan siang pada saat itu, warung nya tampak penuh oleh beberapa pekerja kantoran dan tampak juga terisi beberapa pramuniaga toko sedang makan siang disana"
dewi pun menyapa pramuniaga tersebut dan bertanya
"maaf mbak, mbak bekerja di toko pakaian yang diseberang itu ya?
"apakah masih ada lowongan kerja disana"
salah seorang pramuniaga tersebut yang tampak paling ramah bernama fitri, menjawab
"iya dek, kami kerja disana"
"nah kalo untuk masalah lowongan kerja, saya kurang tau masih butuh karyawan atau tidak"
"coba aja siapin lamaran nya dan temui langsung Pak Ardi, Bos toko disana"
"Pak Ardi orangnya baik kok, mudah-mudahan bisa diterima" jawab fitri panjang lebar diiringi anggukan 2 orang temannya
secercah harapan mulai tumbuh dibenak dewi
"baiklah mbak, besok sepulang sekolah saya coba mengajukan lamaran disana"
"terima kasih banyak mbak ya"
"oia, perkenalkan saya dewi mbak" sambil mengulurkan tangan kanan nya dengan ramah
"saya Fitri, ini Lia dan ini Ana" jawab fitri juga sambil memperkenalkan 2 teman yang duduk disebelahnya
" oke mbak, saya pulang dulu untuk mempersiapkan berkas lamaran yang mau saya antar besok kesana, sekali lagi terima kasih mbak, sampai ketemu lagi"
dewi pun akhirnya pulang kerumah dengan penuh semangat
Sesampainya di rumah, dewi langsung segera untuk mempersiapkan berkas lamaran kerja nya. Tulisan tangan yang tampak tertata rapi di selembar kertas putih mengawali impian panjang dewi yang sangat berharap agar bisa diterima kerja di toko tersebut. Tak lupa pula dilampirkan pas foto seukuran 3x4 berwarna sebanyak dua lembar, foto copy kartu keluarga dan juga foto copy akta kelahiran sebagai tambahan kelengkapan berkas, dikarenakan dewi belum mempunyai Ktp. Setelah lengkap semua nya langsung dimasukan ke dalam amplop coklat. siap untuk diantar.Keesokan harinya, siang hari selepas pulang sekolah, dewi langsung bergegas keluar kelas sesegera mungkin. karena tampak kelihatan terburu-buru bahkan dewi tak mengindahkan panggilan intan teman sekelasnya."hei dewi, mau kemana buru-buru sekali tampaknya?""yaahh dicuekin, hehehe" timpal yuli, teman sebangku intan sambil terkekeh"tau tuh si dewi akhir-akhir ini agak berubah" lanjut intan sambil berjalan keluar kela
Tok tok tok.. terdengar suara ketukan pintu ruangan kerja Pak Ardi"Ya.. Masuk" Pak Ardi mempersilahkan masuk"hmm.. permisi pak" jawab dewi agak sedikit gugupmaklum saja, ini adalah pengalaman pertama dia melamar pekerjaan, jadi suasana tegang, sedikit gemetar, dan takut menyelimuti perasaan dewi saat pertama kali masuk ke dalam ruangan tersebut."oh ya, silahkan duduk""ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Ardi"maaf pak, sebelumnya perkenalkan, saya Dewi Lestari" jawab dewi sambil menyodorkan tangan kanan untuk bersalaman dengan Pak Ardi yang langsung disambut dengan uluran tangannya juga."hmm begini pak, saya bermaksud untuk melamar pekerjaan di toko ini, apakah masih ada lowongan pak?" tanya dewiPak Ardi memperhatikan Dewi dengan seksama, sambil tersenyum ramah dan tanpa menjawab pertanyaan dewi tersebut, Pak Ardi Bertanya balik"Kamu masih muda, kenapa sudah ingin bekerja?Dewi yang mendapatkan pert
Keadaan dalam ruangan menjadi hening sejenak sesaat sebelum suara pak Ardi mencairkan suasana. "Baiklah Dewi, setelah memperhatikan dengan seksama dan melihat semangat kamu untuk menggapai impian masa depan, saya akan coba untuk menerima kamu bekerja disini" "berhubung kamu masih sekolah, saya tidak mempermasalahkan itu selagi kamu bisa bertanggung jawab dalam membagi waktu antara sekolah dan kerja" "saya mengizinkan kamu bekerja disini mulai dari kamu pulang sekolah sampai sore saat tutup toko, untuk hari minggu, kamu boleh libur" Walaupun pada saat akhir pekan sabtu dan minggu, toko biasa nya ramai pengunjung, namun menimbang bahwa status dewi yang masih sekolah ini, pak Ardi tidak terlalu memaksakan untuk memberikan beban kerja yang tinggi kepada Dewi, agar dia bisa tetap fokus terhadap pendidikannya yang lebih utama dibandingkan pekerjaan sampingannya ini. Mendengar jawaban dari pak Ardi, perasaan lega menyelimuti hati dewi sambil menyalami pak Ardi dewi bersyukur dan menguca
Tapi baru selangkah untuk menuju pintu keluar ruangan pak Ardi, Dewi berbalik lagi."Pak.." panggil dewiPak Ardi yang sedang menyusun berkas pun menoleh"ya, ada apa lagi dewi" tanya pak Ardi "boleh saya tanya sesuatu? jawab dewi"ya, silahkan.." jawab pak Ardi"Bapak beneran kenal dengan ayah saya?" tanya dewidengan ekspresi agak sedikit bingung terhadap pertanyaan dewi barusan, pak Ardi pun menjawab"ya, saya kenal sudah sejak lama dengan ayah kamu""tapi sudah agak lama saya tidak ketemu dengannya""kenapa memang nya kamu nanyain itu?" tanya pak Ardi"ahh enggak apa apa Pak" jawab dewi singkat"saya boleh minta tolong satu hal lagi pak? tanya dewi"katakan saja, kalo bisa saya bantu, ya saya bantu nanti" jawab pak Ardi"begini pak, apabila nanti diluar atau dimanapun bapak bertemu dengan ayah saya, saya minta tolong pak, untuk merahasiakan kepada ayah saya kalo saya kerja ditoko bapak" pinta dewi penuh harap"lho kenapa memangnya mesti dirahasiakan? tanya pak Ardi sedikit heran
Hari pertama masuk kerja dewi sangat antusias. Seperti kemarin selepas pulang sekolah, dewi langsung bergegas keluar kelas dan lagi-lagi tampak teman-temannya memperhatikan tingkah dewi yang kembali tampak terburu-buru. 10 menit berlalu dewi sudah sampai di toko, langsung menyapa beberapa karyawan lain sambil menemui mbak Fitri. "siang mbak.. saya belum terlambat kan?" tanya dewi "hehehe.. semangat sekali tampaknya" mbak dewi pun tertawa "ini malah lebih cepat 15 menit kamu tiba dari jadwal masuk kerja kamu" kata mbak Fitri "saya pikir sudah terlambat tadi mbak. hehehe" "saya ganti pakaian dulu ya mbak" dewi meminta izin sambil berlalu ke ruangan belakang mbak Fitri mengangguk selanjutnya dewi pun dengan semangat memperhatikan cara mbak Fitri maupun karyawan yang lain dalam melayani serta memberikan penjelasan produk kepada para pembeli. senyum tak pernah lepas dari wajah mereka, karena itu merupakan satu hal dasar yang sangat penting dalam berhadapan dengan konsumen. tak ter
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, cerita secara terperinci yang disampaikan oleh dewi tersebut sampai membuat pak Broto kembali meneteskan air mata, membayangkan betapa berat perjuangan yang dijalani dewi dalam beberapa bulan terakhir dan bahkan tanpa sepengetahuannya, hal ini disebabkan juga karena jadwal kerja pak Broto setiap hari dari senin sampai sabtu mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, itu pun juga kadang tidak langsung pulang kerumah. Saat pulang pun dewi sudah ada dirumah, sehingga sedikit pun tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan dewi ini selama ini. Sedangkan saat hari minggu, mereka sama-sama libur, jadi bila tidak ada kegiatan diluar, seperti undangan hajatan atau pun keperluan lain, mereka hanya menghabiskan waktu senggang dirumah saja. "kenapa ayah menangis?" tanya dewi saat melihat pak Broto mengusap air mata nya "gak apa-apa, ayah cuma sedih saja karena baru sekarang tau dan menyadari berat nya beban yang kamu pikul. Seandainya kamu dar
Sambil melangkah masuk kedalam kelas, dewi menyapa teman-temannya yang mulai dari tadi pagi menggosipkan dewi."hai, lagi ngomongin apa nih" sapa dewi sambil mulai bertanya"hmmm.. ada dehh..." jawab sri"kamu kemana aja, sok sibuk banget sih, pulang sekolah langsung ngilang gitu aja" lanjut yuli"ohh jadi lagi pada ngomongin aku nih ceritanya" jawab dewi sambil cengar cengir"yaa gitu deh, hehehe" jawab intan sambil terkekeh"mau tau aja atau mau tau banget? tanya dewi lagi sambil memasang ekspresi senyum lucu"huuu dasar,,, ceritain semuanya donk, kita kan pingin tau" ucap sri dengan nada serius"yaudah nanti jam istirahat aku ceritain deh" jawab dewi lagi sambil berlalu ke bangku tempat duduknya"janji ya" jawab sri sambil mengacungkan dua jari telunjuk dan tengah nyadewi tidak menjawab tapi memberi kode dengan jari juga pertanda setuju.Tak berapa lama kelas menjadi hening setelah guru mata pelajaran saat itu masuk kedalam kelas.Pak Ahmad, seorang guru matematika di sekolah itu
Jam istirahat dimulai, seperti biasa para siswa mulai keluar kelas. Ada yang menuju kantin, ada yang pergi ke perpustakaan, namun ada juga beberapa siswa yang tetap tinggal di dalam kelas ataupun hanya duduk-duduk di bangku depan kelas. "yuk ceritanya di kantin aja, aku lapar" ajak intan kepada dewi yang dibarengi dengan anggukan kepala dari yuli dan sri. "iya, aku juga lapar, tadi gak sempat sarapan pagi dirumah karena aku bangun kesiangan" jawab dewi Mereka berempat serentak keluar kelas sambil berjalan menuju kantin, yang tampak penuh sesak karena berbaur juga dengan siswa kelas lain. "wahh rame nih.. kamu pesan makanan sana, biar aku yang cari tempat duduk" bilang sri kepada intan. "mau makan apa kita?" tanya dewi "aku mie goreng aja, sama teh hangat ya" lanjut dewi lagi " aku juga samain aja" jawab sri "eh tuh dipojokan ada meja kosong, buruan kesana, nanti diisi orang" lanjut sri lagi saat melihat sekeliling ruangan kantin sambil mencari tempat duduk "yul, kamu mau maka