Share

bab 3

Pov Pras

Ah sial, kalau begini sih namanya nambahin beban. Bener kata mama. Bukan ini yang kuinginkan. Yang kuhayalkan dari dulu saat berpacaran dengan Nara, si anak orang kaya biar aku yang pengangguran ini bisa hidup senang.

Ini tidak berjalan sesuai dengan rencanaku.

Hayalanku waktu itu adalah ... saat Nara hamil, maka aku akan dinikahkan dengannya lalu ayahnya yang pengusaha itu mengajakku untuk meneruskan bisnis yang ia punya, kebetulan Nara kan putri tunggal, pastilah semua itu akan jatuh ke tanganku, suaminya.

Tapi nyatanya kok malah begini?

Dia justru diusir dari rumah.

Arrggghh ... terus dari mana aku akan mendapatkan biaya pernikahan ini?

Uangku hanya tersisa lima ratus ribu? Apakah itu cukup?

Kepalaku terasa sangat berat bagai menjunjung batu yang sangat besar.

Ini benar-benar menyiksa pikiranku.

Sedangkan mama sudah lepas tangan dan tidak mau tau atas masalah ini.

Pada siapa lagi aku akan meminta bantuan? Barangkali ada yang bersedia meminjamkanku uang,

Aduuh ... pusing seratus keliling.

Jika aku mengajak Nara untuk pulang ke rumahnya, tentu aku sudah menjadi keripik dibuat ayahnya.

Dia pasti menghajarku dengan habis-habisan tanpa ampun karena telah merusak masa depan putri kesayangannya.

Aku sudah tak punya pilihan lain. Aku akan menikahinya dengan mahar seadanya. Pasti dia mau saja. Dari pada tidak.

Dia sekarang sudah tak berdaya untuk melawan mengingat kondisinya saat ini. Apapun yang kuberikan pasti dia akan menerimanya begitu saja.

Ah, memang enak menikahi wanita yang sudah rusak. Dia menjadi tak banyak permintaan.

Coba saja kalau aku menikahi gadis per4wan, pasti ia akan meminta uang yang banyak untuk biaya pernikahan.

Darimana aku bisa mendapatkannya, sedangkan makan saja masih mengemis pada mama, meski ia mengomel setiap hari aku tak peduli yang terpenting perutku terisi.

Agar aku memiliki kotoran yang akan kukeluarkan di kamar mandi.

Ya, aku memang seperti ini.

Mau gimana lagi?

Berubah?

Itu tak mungkin, karena aku ingin menjadi diri sendiri.

Tapi aku juga tidak menyangka akan berumah tangga dalam waktu dekat. Masa lajangku sebentar lagi akan berakhir. Sedih sih, tapi harus tetap dijalani.

Nara juga gadis yang cantik. Aku tak rugi menikahinya. Dan suatu hari nanti aku harus bisa mendapatkan harta kekayaan papanya, biar apa?

Ya biar hidup senanglah!

Aku tak mau usahaku selama ini untuk mengambil hatinya terbuang sia-sia.

Bagaimana pun aku harus menjadi suaminya.

Terlebih lagi aku akan menjadi ayah untuk anak yang sedang di kandungnya.

Hati ayahnya pasti luluh saat mendengar suara tangisan seorang cucu. Ia tak mungkin marah berkepanjangan.

Ya, aku sangat yakin akan hal itu.

Kami juga sebenarnya saling mencintai. Hubungan kami sudah terjalin lama. Kami sudah saling mengenal satu sama lain.

Nara adalah wanita yang baik, serta mudah untuk kudapatkan.

Ia tak bisa mendengar kata rayuan manis lelaki. Buktinya sekali serangan saja, dia langsung menyerahkan seluruh hidupnya padaku.

Pada lelaki yang tak punya kerjaan jelas dan masa depan yang baik, seperti diriku ini.

Tapi sepertinya ia tak begitu peduli dengan semua itu.

Dia adalah seorang gadis yang haus akan kasih sayang.

Hanya rasa itu yang ia ingin dapatkan.

Ibunya sudah meninggal, sedangkan ayahnya sibuk dengan pekerjaannya, hingga dia merasa kesepian. Hanya aku yang dia punya. Hingga akhirnya hubungan kami bisa sampai sedekat itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status