Sudah seminggu semenjak kepulangan mereka dari Sydney. Mereka kini kembali melakukan aktivitasnya masing-masing. Begitu pula dengan Lily. Belakangan ini ia kembali disibukkan dengan urusan butik. Hingga membuatnya sering pulang larut malam.
Gadis itu juga sedang banyak pikiran sekarang. Bukan hanya masalah butik. Tapi, juga dengan perubahan sikap Rayhan. Semenjak mereka membeli oleh-oleh hari itu, sikap Rayhan sampai sekarang terkesan dingin kepadanya. Hal ini membuatnya selalu menerka-nerka. Apa yang membuat Rayhan bersikap seperti itu?
Tidak hanya Lily yang merasakan itu. Melainkan, Rachel juga merasakan perubahan Rayhan kepada sahabatnya itu. Tidak ingin pusing memikirkan hal itu. Lily berusaha untuk mengalihkannya dengan sibuk bekerja. Hingga ia menghiraukan kesehatannya.
Sedangkan Bara, Lily tidak tahu bagaimana kabar lelaki itu. Terakhir kali mereka berkomunikasi saat kembali tiba di Jakarta. Entah seperti apa kelanjutan hubungannya dengan lelaki itu. Samp
Bara masih setia memandang wajah Lily. Tidak ada bosannya ia melihat wajah cantik Lily. Rasanya seperti candu baginya. Sepertinya Bara sudah terjangkit penyakit bucin. Malah rasanya sudah dalam tahap akut. Lily yang ditatap seperti itu sontak bertambah malu. “Kenapa Kak Bara menatapnya terus?” batin Lily. Ayolah, ada apa dengannya? tidak biasanya ia malu-malu begini. Lelaki itu sudah membuatnya salah tingkah. Lily mencoba untuk menaikkan wajahnya ke depan. Sontak wajah tampan Bara yang telihat jelas olehnya. “Kenapa kak?” tanya Lily dengan memberanikan diri. Tidak tahu saja Bara jantungnya terasa berdetak kencang. Tanda jika dirinya gugup. Lily juga menautkan jari-jari tangannya. Kebiasaan yang sering dia lakukan jika gugup “Sedang apa di balkon?” tanya Bara. “Aku tidak bisa tidur Kak,” jawab Lily. Gadis itu menjelaskan jika terkadang ia sulit untuk tertidur. Biasanya jika itu terjadi. Ia akan berdiri di balkon melihat bulan dan bintang. Setel
Lily masih sibuk dengan pikirannya mengenai makan malam nanti. Daritadi ia masih bingung dengan apa yang harus ia pakai. Kemudian apa yang harus ia persiapkan untuk nanti malam. Astaga, rasanya kepalanya ingin meledak hanya karena acara makan malam. Salahkan saja dirinya yang tidak memilki pengalaman sama sekali.Rachel yang melihat itu segera menyadarkan Lily. Gadis itu yakin sahabatnya pasti tengah gusar. Apalagi Rachel tahu betul, jika sahabatnya belum pernah kencan sebelumnya. Oke! Mari kita anggap makan malam nanti sebagai kencan pertama Lily dan Bara. Sontak terbesit suatu ide di kepala Rachel.Gadis itu akan membantu Lily menyiapkan diri untuk makan malam nanti. Serahkan semuanya pada Rachel. Bisa dipastikan semua berjalan dengan lancar. Rachel terkekeh geli dengan pikirannya sendiri. “Tenang saja, aku akan membantumu,” ujar Rachel dengan senyum yang misterius. Kita lihat saja nanti seperti apa rencana Rachel.Setelah makan siang bersama, kini
Lily masih saja terlihat gugup. Jantungnya daritadi tidak berhenti berdetak. Lily mencoba tetap tenang. Tidak lucu jika penyakitnya nanti kambuh. Bisa merusak rencana dinner kali ini. No! Jangan sampai itu terjadi.Mobil yang dikendarai Bara telah sampai di depan restoran. Keduanya langsung keuar dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Bara menyebutkan namanya untuk bisa masuk ke dalam restoran. Mewah! Itulah kata yang dapat menggambarkan kondisi restoran yang ia kunjungi. Bara dan Lily dipersilahkan untuk mengikuti pelayan yang akan mengantarkan ke meja yang sudah di pesan.Lily benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Apa yang dilihatnya sangat mengagumkan. Saat ini ia duduk di meja yang telah dipesan oleh Bara. Ia bisa melihat kerlap-kerlip cahaya ibu kota. Benar sekali! Meja yang dipesan Bara berada di lantai paling atas dan di sebelahnya ada jendela dengan kaca yang besar. Otomatis ia bisa dengan mudah melihat pemandangan malam hari dari mej
Kedua insan itu kini merasa canggung. Seterlah kejadian beberapa menit lalu, mereka masih saja diam. Tidak berani menatap satu sama lain. “Ekhem ... sepertinya aku harus pulang karena sudah larut malam,” ujar Bara yang beranjak dari sofa. Lily mempersilahkan Bara untuk keluar dari apartemennya.“Selamat malam,” kata Bara saat sudah berada di luar apartemen Lily.“Malam,” balas Lily dengan malu-malu. Setelahnya ia segera menutup pintu apartemennya. Gadis itu masih berdiri di belakang pintu dan memegang jantungnya yang berdetak dengan kencang. Lily tidak bisa menahan lagi untuk tersenyum. Hatinya terasa berbunga dan seperti ada kupu-kupu yang bertebangan di perutnya. Ah, jadi begini yang namanya jatuh cinta. Iya, gadis itu sudah yakin dengan perasaannya. Bahwa Lily Quenssa Yasmin Adijaya telah jatuh cinta pada Albara Sabian Wijaya. Mungkin, malam ini ia tidak akan bisa tidur karena memikirkan lelaki itu. Sekuat itukah Bar
Bara menyapa Lily saat ia tidak sengaja melihat gadis itu berada di lobi apartemen. Namun, Lily terkesan cuek padanya. Tidak ingin mengambil pusing, ia segera naik ke atas menuju unit apartemennya. Sedangkan perempuan yang bersama Bara tadi sudah pergi naik taksi. Tidak tahu saja Bara jika gadis pujaannya itu sedang cemburu berat.“Menyebalkan, kenapa lelaki itu tidak peka? Atau dia memang tidak menaruh perasaan padanya?” gumam Lily setelah masuk ke dalam unit apartemennya.Semalaman Lily tidak bisa tidur karena memikirkan Bara dan perempuan itu. Dalam hati Lily bertanya-tanya mengenai identitas perempuan itu. Lalu, apa kaitannya dengan Bara? Bagaimana bisa mereka begitu dekat dan terlihat mesra. Argh, memikirkan itu membuat dirinya pusing. Sekarang matanya terlihat sayu. Apalagi ada lingkaran hitam di mata membuatnya terlihat seperti panda.Pagi ini adalah pagi yang terburuk baginya. Matanya kembali melihat pemandangan yang kurang mengenakkan. Lagi
Lily masih diam terpaku di depan pintu apartemen Bara. Raut wajahnya sedih melihat seorang perempuan cantik di depannya. Tiba-rtiba dari belakang perempuan itu ada Bara yang terlihat selesai mandi. Rambutnya masih basah dan wajahnya terlihat segar. Lelaki itu mempersilahkan Lily untuk masuk ke dalam apartemennya.Pertama kalinya Lily masuk ke dalam apartemen seorang laki-laki. Ia bisa melihat jika Bara adalah orang yang suka bersih dan rapi. Bara pamit ke kamarnya terlebih dahulu untuk berganti baju dan mengeringkan rambutnya. Memang daritadi Bara hanya memakai baju polos dan celana pendek. Saat fokus melihat Bara, perempuan tadi menawarkan Lily minum.Hampir saja Lily lupa jika masih ada perempuan itu. Sungguh Lily sangat penasaran dengan perempuan di depannya ini. Namun, ia tidak kuasa untuk bertanya. Nanti dikira dirinya terlalu ikut campur urusan orang. Akhirnya ia mengiyakan tawaran perempuan itu. Daripada ia dikira sombong karena menolak dibuatkan minum.B
Senyum secerah mentari nampak terpatri pada wajah Lily. Suasana hatinya saat ini begitu senang. Apalagi kalau bukan karena Bara kekasihnya. Ah, rasanya sangat aneh menyebut bara dengan kekasihnya. Sejak keluar dari mobil, gadis itu terus saja tersenyum. Hingga membuat semua karyawan butik heran dengan sikap atasannya itu.“Hai Alice, bagaimana kabarmu?” sapa Lily saat dirinya tidak sengaja bertemu Alice yang merupakan karyawan di butik.“Baik Bu, sepertinya hari ini anda terlihat senang,” ujar Alice“Oh benarkah? Apa terlhat jelas di wajahku?” tanya Lily dengan malu-malu. Alice menganggukan kepalanya dengan cepat. Ia benar-benar sangat bingung dengan tingkah laku atasannya. Tidak apa, ia ikut senang jika bosnya itu senang. Bosnya itu adalah orang yang baik dan berhak mendapatkan kehidupan yang baik pula.Tiba-tiba suara Rachel mengintrupsi mereka. Pandangan Rachel mengarah pada wajah Lily yang terlihat berbeda. Seperti
Setelah makan malam bersama kemarin, pagi harinya Bara mengantarkan kekasihnya itu ke butik. Lelaki itu ingin menjadi kekasih yang bisa diandilkan oleh pasangannya. Tentu saja tawaran itu tidak ditolak oleh Lily. Melainkan gadis itu senang bisa diantar kerja oleh sang kekasih. Mobil BMW berwarna putih milik Bara mulai melaju meninggalkan basement apartmen. Di dalam mobil Lily berbicara tanpa henti. Ia ingin menciptakan suasana menjadi hangat dan tidak canggung.Tapi, memang Lily jika sudah nyaman dengan orang. Maka ia akan berbicara panjang lebar. Seperti bukan sifat Lily biasanya. Hal itu membuat Bara semakin mengetahui sifat Lily yang belum pernah terlihat. Bara semakin gemas dengan kekasihnya. Ia benar-benar bahagia bisa memiliki Lily dihidupnya.Begitu sampai di depan butik, Bara membukakan pintu mobil untuk Lily. Benar-benar sangat perhatian sekali. Hal itu membuat tersipu malu. Orang-orang yang berada di depan butik juga tidak ingin melewatkan kejadian l