Share

LOL
LOL
Author: Nisa Rahmi

INTRO

21 JUNI 2021

“Tenang saja, dia aman. Aku akan mengajaknya pulang sekarang juga.” ucap seorang pria yang sedang menelepon seseorang di seberang sana. Kemudian pria itu menatap seorang gadis yang sedang duduk dengan mulut yang ditutup lakban dan tangan yang diikat.

Mr. Ahmad menyuruh pria yang menculik Gadis itu untuk mengangkatnya dan memasukannya ke dalam mobil miliknya. Tidak memakan waktu lama mereka sudah berada di pekarangan rumahnya. Dia membuka ikatan dan lakban yang berada di tubuh si gadis.

Keduanya masuk dengan si gadis yang diseret, Pria itu membanting pintu. Di dalam sudah ada seluruh anggota keluarga mereka.

“Apa yang kau lakukan? apa kau sudah gila? dia anakmu!” ucap seorang wanita paruh baya

“Aku sudah mengatakan padamu jangan mengatakan hal itu aku sudah tahu. Aku tahu dia anakku dan aku sadar dengan apa yang sudah aku lakukan.” balas si pria

“Lalu apa yang kau inginkan sekarang?” balasnya

“Gadis ini.”

Mr Ahmad mencengkram kuat tangan kiri si gadis, untung kukunya tidak tajam sehingga tidak menusuk kedalam daging. Semua orang yang ada di sana mengatupkan kembali bibirnya mereka tidak bisa membuka mulut mereka. Hanya ada raut kecemasan di wajah mereka.

“Gadis ini, tidak pulang kerumah dan aku harus menghukumnya, bagaimana bisa seorang gadis menginap di rumah seorang pria? Apa yang akan dikatakan para tetangga dan rekan bisnisku.” Ucap pria paruh baya itu

“Tapi aku tidak melakukan apapun.” balas si gadis

“Jangan bicara!” Ucap Mr. Ahmad 

Plak!

Mr Ahmad menampar pipi sebelah kanan gadis yang ia sebut anaknya, darah segar keluar dari sudut bibirnya. Rasa perih dirasakannya.

“Aku berhak untuk memilih jalanku sendiri, jangan mengaturku.” ucap si anak

“Berhenti bicara dan turuti perintahku.” Mr. Ahmad menamparnya lagi di tempat yang sama, pipi itu berbekas lima jari dan darah segar yang mengalir deras di sudut bibirnya. 

“Aku tidak akan mengikuti perintahmu, aku tidak akan melakukan apapun yang kau suruh!” ucap gadis itu

“Berani sekali kau padaku, aku ayahmu!" Bentak Mr. Ahmad

“Aku tak peduli.” Nira melenggang pergi kekamarnya dan meninggalkan seluruh anggota keluarganya. Ia duduk di kasurnya, menggantungkan kakinya dan membaringkan setengah tubuhnya. Nira membiarkan sudut bibirnya yang berdarah sampai mengering. 

Mr. Ahmad menceramahi kembali anggota keluarganya, ia melarang siapapun untuk masuk kedalam kamar itu kecuali jika ia yang menyuruh. Semua orang yang berada di sana mengangguk dan menyetujuinya. Naura kembali kekamarnya dan menghubungi Liza.

“Hello kak Naura.” Ucap seseorang di telepon

“Nira sudah dirumah, dia baik-baik saja kalian tidak usah mencarinya lagi dan tolong untuk beberapa hari jangan mengunjunginya dulu.” Balasnya

40 HARI SEBELUM KEJADIAN  

Seorang gadis membuka pintu rumah, tidak ada siapapun di dalam. Ia berjalan ke dalam kamarnya dan mengganti pakaian. Setelah selesai ia berbaring di atas tempat tidurnya, foto berbingkai yang menampilkan keluarga kecil yang bahagia berada di atas nakas tempat tidurnya. Seorang pria yang berumur dengan empat perempuan yang mirip, salah seorang dari empat perempuan didalam foto itu adalah istri dari sang pria yang notabene ayah dari tiga anak. Semua orang memanggil pria itu dengan sebutan Mr. Ahmadani dan istrinya Mrs. Ahmadani. Anak pertama mereka bernama Naura Farhania ahmadani, anak keduanya bernama Nira Gixien Ahmadani dan anak mereka yang terakhir Serina Desia Ahmadani. Nira mengambil foto itu dan tersenyum. Ia menyimpan kembali foto itu dan mengambil ponsel pintarnya. 

Nira, ya gadis itu bernama Nira. Saat ini dia sedang memainkan aplikasi fesbuk, seorang pria mengirimnya pesan dan berbincang. Sedikit terhibur, Nira membuka grup chat bersama teman-temannya. Ia melupakan pria itu dan terus mengobrol di grup chat itu. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam dan gadis itu telah tertidur pulas. Pintu kamarnya sudah ia kunci karena ia tidak ingin diganggu dan ia tak berniat untuk makan malam bersama keluarganya.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya tapi si pemilik tetap tertidur dan tak terganggu sama sekali, gadis berambut panjang dengan tinggi 155cm bisa dipastikan itu adalah kakak Nira. Sang kakak terus mengetuk pintu sampai akhirnya ia menyerah dan kembali ke meja makan. Semua orang sudah berkumpul kecuali dia.

“ Biarkan saja dia, makan-makanan kalian.” Mr. Ahmadani berucap dengan santai tanpa beban dan menyuruh semua orang untuk makan. Semua yang berada di sana menuruti perintah sang kepala rumah tangga tanpa kecuali. Nira bersembunyi di balik tangga dan menonton keluarga harmonis itu. 

“Andai aku jadi adik dan kakakku, maka aku tidak harus berjuang keras untuk mendapatkan perhatiannya.” Nira kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidurnya. 

 Ayam berkokok dengan gagahnya, matahari terbit seperti biasa dan seminggu kedepan seluruh siswa SMA akan melakukan ulangan kenaikan kelas. Semua siswa bekerja keras entah itu si peraih juara pararel ataupun orang yang ingin mendapatkan posisi itu. Berbeda dengan Nira, gadis itu bahkan tidak memegang buku dengan pelajaran yang akan di ulangankan.

Bel sekolah berbunyi, semua siswa masuk keruangannya masing-masing yang diikuti seorang guru. Afriya, Liza dan Nira berada di ruangan yang sama bernomor 7, ketiganya tampak senang karena berada di ruangan yang sama. Guru itu mulai membagikan kertas ulangan dan semua siswa mulai mengerjakanya. Kecuali, Nira. Gadis itu malah memejamkan matanya dan tertidur. 30 menit sebelum waktu habis Nira terbangun dan mulai mengisi. Tidak sampai 30 menit ia sudah menutup kunci jawabannya dan tidur kembali.

Seperti itulah gambaran setiap ulangan, entah itu ulangan harian, ulangan tengah semester dan sekarang ulangan akhir semester. Tapi anehnya gadis itu selalu berada di peringkat bagus, ia selalu masuk 5 besar di kelasnya meskipun ia tak pernah mendapatkan peringkat 1-3. Mungkin menurut orang-orang peringkat itu peringkat yang buruk tapi untuk gadis malas seperti Nira bukankah itu sebuah keajaiban. 

Afriya, Liza dan Nira berjalan ke ruang music. Ketiganya masuk, Nira mengambil gitar dan memainkannya sedangkan kedua temannya bernyanyi. 

“Ahh benar, Ra tadi Megi megatakan padaku jika hari ini ada pertandingan bola basket dan kau harus ikut.” Afriya berucap dengan nada cemas

“Aku tidak membawa baju ganti. Bagaimana sekarang?” ucap Nira

“Tenang, aku akan berpikir sebentar. Jam berapa di mulai pertandingan itu Riya?” balas Liza

“Kalau tidak salah jam 3 sore.” Balas Afriya

“Sekarang jam 2:30 sore dan kita punya waktu 30 menit. Aku membawa motor bagaimana jika aku mengantarmu Ra?” ucap Liza lagi

“Ide bagus Za, ayo pergi.” Ucap Nira

Ketiganya pergi ke rumah Nira, Afriya dengan motornya sedangkan Nira dan Liza di motor yang lainnya. Nira membuka pintu rumahnya dan berlari menuju kamarnya. Ia mengambil pakaian yang akan ia gunakan yang kemudian dipakainya, sebuah kardus berwarna coklat dibukanya. Sepasang sepatu berwarna biru dipakainya agar terlihat matching dengan warna kaosnya. Ia berlari ke luar kamarnya dan berniat menemui teman-temannya tapi sang kakak menghalanginya. 

“Apa yang kau inginkan sekarang?” ucap Nira dengan nada kesal 

“Diam di rumah dan belajar.” Balas sang kakak

“Aku bukan pesuruh sepertimu jadi berhenti menggangguku!” bentak Nira

“ Aku kakakmu dan aku berhak melarangmu!” balas kakaknya

“Jika kau kakakku seharusnya kau mendukungku!” kekesalan Nira sampai puncak dan setelah merasa mendapatkan apa yang ia cari. Dia melenggang pergi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status