Hari itu adalah hari yang terasa begitu panjang. Namun sebenarnya hanya berlalu sekitar 2-3 hari saja. Peperangan ini ada, karena bermula suatu insiden kecil dari hilangnya seorang wanita yang kemudian berlanjut anak-anak. Tidak lama insiden itu menjadi besar, dari yang sebelumnya penculikan berubah menjadi insiden pembunuhan. Hal tersebut memicu amarah para penduduk yang bertempat tinggal di wilayah awal sana, yang berpikir bahwa kejadian-kejadian tersebut terjadi karena kerajaan tetangga. Orang yang memprovokasi mereka adalah Richardson—salah satu anggota Pedang Raja. Lalu, tiba-tiba kerajaan Lidah Buaya, dikenal dengan raja yang cinta damai justru mendeklarasikan perang terhadap musuh yang sama. Sedari awal Halbert mengetahuinya, bahwa itu semua mustahil terjadi. Karena ia tahu betul sifat Yang Mulia Raja. Namun pemicu hingga berakhirnya perang tak terelakkan. Sulit menghindarinya dan juga sulit menekan peperangan itu sendiri. Bahkan Komandan Earl menjadi lengah, ia sepenuhny
Setelah menghabiskan banyak waktu untuk mencari keberadaannya, Gaston Bruke justru muncul di tempat tak terduga. Alih-alih mengancam nyawa Yang Mulia Raja Eadric, namun Halbert merasa bahwa tujuannya adalah dirinya sendiri. Seolah Raja hanya umpan, dan Halbert yang kembali berhadapan sudah berada dalam tangkapannya. “Sihir itu, teleportasi? Yah, itu wajar. Di memiliki sihir gelap sekarang. Sementara sihir semacam itu adalah sihir yang memotong ruang dan waktu, sihir terlarang.”Dalam perjalanan, pergi dari wilayah kota kerajaan, Halbert kembali menyamar dengan mengenakan pakaian desa yang kebetulan tergantung di sudut kotak dalam gang kecil di dekat sana. Entah milik siapa namun mungkin pakaian itu baru saja dibuang. Dengan pakaian semacam ini, Halbert takkan mudah dicurigai. Membaur di antara penduduk desa adalah perkara mudah guna menyelesaikan urusannya. “Karena dia punya sihir semacam itu, berarti mudah baginya untuk berpindah tempat dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Inila
Perawakan yang tampak kurus apabila mengenakan pakaian serba hitam. Rambut yang sama hitamnya membuat sosok lelaki itu tampak seperti dewa kematian. Suara yang tegas namun menenangkan seolah sedang melucu, reaksinya saat mudah panik membuat ia terlihat semakin lucu. Meski kedua matanya tak terlihat ada pergerakan ekspresi, namun ia tahu betul pria ini sedang menanti sesuatu yang besar. Dan walau senyum masam ada di balik kain hitam tersebut, ia juga yakin ada hal yang perlu disembunyikan baik-baik. “Saat melihatmu, aku memiliki perasaan bahwa kamu adalah dia. Entah kenapa aku bernostalgia. Ah, apa itu benar dirimu?”Sosok lelaki yang pernah ditemui Halbert saat di kedai. Lelaki pertama yang ditemuinya setelah masa kebangkitan menjadi Undead. Awalnya mungkin ia tidak menyangka kalau pria tersebut adalah Halbert. Atau bahkan sampai sekarang ia masih berusaha untuk menyangkal. Ia menerima bahwa Halbert telah tiada. Namun,“Pria itu?!!” Saat melihat punggung pria berpakaian hitam yan
Sudah beberapa kali Ramon menyela setiap perkataan Halbert yang enggan ia dengarkan. Ramon yang hari ini, mengutarakan semua yang ia ketahui dalam waktu singkat melalui Diana. Ia juga merasa lega saat melihat wajah temannya itu kembali setelah sekian lama tak berjumpa. Sungguh, Ramon merasa senang. Sampai tidak sempat mengucapkan selamat tinggal, di hari kematiannya sendiri.“Ramon?” Diam dengan kedua tangan gemetar. Halbert merasa marah. Darah segar yang mengalir terasa begitu dingin ketika disentuhnya. Sorot mata yang sepintas tampak seperti batu obsidian itu mengukir rasa dendam setiap kali teringat dirinya yang terbunuh di tangan Gaston. “Ramon, maaf.” Halbert kemudian berlari meninggalkan mayat Ramon di sana. Ia tak bisa lagi menahan amarah ini. Sementara pelaku yang tega membunuh penduduk biasa non sihir, masih berada di sekitar. Rupa-rupanya tak jauh dari sana. Diana telah ditemukan oleh beberapa prajurit yang memang sedang mencari keberadaannya.“Anda Nona Diana, Saint be
Diana adalah seorang wanita yang cukup cantik, banyak pria mengincarnya termasuk Halbert. Namun sebuah perasaannya itu tak pernah tersampaikan sebab dirinya selalu sibuk bekerja membasmi monster. Namun jika dipikir kembali, rasanya Halbert kecewa. Lebih tepatnya setelah kematian Halbert sendiri, ia jelas kecewa dengan Diana yang ternyata juga mengkhianati. Tak hanya itu saja, bahkan Diana juga sudah berubah sifatnya. Ia yang dulu lemah lembut, namun sekarang menjadi wanita penggoda. “Kau merayu banyak lelaki dengan cara begini? Ditambah lagi kau membunuh seseorang yang tidak kau sukai? Betapa kejamnya dirimu, Diana.”“Tunggu sebentar, kau? Tuan Stanley?” Diana mencoba memproses pemikirannya saat ini. Ia tak pernah berpikir bahwa akan ada sosok Halbert di hadapannya saat ini. Tapi sekarang cukup jelas hingga membuatnya terdiam membisu.“Tidak mungkin. Kau pasti orang yang kebetulan mirip dengannya.”“Tidak mungkin? Apa yang membuatmu merasa itu tidak mungkin? Bukti sihir gelap pada
Hari duka datang tanpa ditanya, hari yang sedih namun tidak tepat pada waktunya. Pria yang mendedikasikan hidupnya sebagai Undead hanya untuk membalas dendam, kini harus merasakan kembali rasanya pahit di dunia.Suatu saat memang setiap mahluk akan mati, namun rasanya sakit begitu kematian datang pada orang terdekat. Rasa tidak rela terus muncul di dada seakan memberontak dan terus menyangkal tentang kematiannya. Ini terjadi pada temannya yang bertempat tinggal di sebuah pedesaan. Nama pria itu adalah Ramon. Ia meninggalkan dunia ini setelah berdebat dengan Diana. Ramon melonjak marah lantaran Diana menyepelekan tentang kematiannya. Tapi apa yang Halbert heran, ternyata Ramon sudah lama mengetahui jati dirinya bahkan sebelum pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya.“Ramon, aku tidak tahu harus memakamkanmu di mana. Tapi sebentar lagi, akan ada prajurit yang datang. Maaf.” Ia menahan tangis dan rasa sesak di dada. Ia berharap bahwa dendam ini akan segera berakhir namun setelah mem
Noah sudah diancam, ia seharusnya tahu bahwa pembunuh itu akan bersiap membunuhnya jikalau mengatakan rahasia tersebut. Namun Noah merasa itu tidak akan terjadi padanya. Dengan senyuman di wajah, ia berucap dengan jelas bahwa pembunuh Richardson adalah orang yang telah menyelamatkannya. “Anda mungkin bingung. Tapi ini kenyataan.”Raja pun ikut tersenyum. Seolah ia tahu siapa yang melakukannya. Namun pembunuhan tetaplah pembunuhan. Terlepas itu untuk keadilan ataupun bukan.“Baiklah, Noah. Aku terima pernyataanmu itu. Terima kasih karena kau telah kembali dengan selamat.”Raja yang tampak seperti orang yang sedang berbahagia lantas membuat para petinggi bangsawan kebingungan. “Ada apa dengan Raja?”“Jangan tanya aku.”“Hei, kalau benar yang dikatakan Tuan Noah. Maka pembunuh itu adalah Sekutu keadilan? Siapa orangnya?”Seolah mendengar pertanyaan itu. Noah menjawab, “Saya tidak tahu dia siapa. Sebelum kehilangan penglihatan pun saya tidak berkesempatan untuk melihatnya. Tapi entah me
“Hei.” Halbert memanggil, lantas menyentuh kepulan asap hitam yang mengitari sekitar wajah Noah.“Tuan Pembunuh?” lirih, ia membalas sapaan yang samar-samar ia dengar. Hanya dengan menyentuhnya sebentar, membuat segala sihir gelsp yang ada dalam dirinya terhapus dalam sekejap. Noah hari itu tidak berpikir ini akan terjadi, di mana penglihatan dan pendengarannya langsung pulih. “Eh?”Bingung terhadap situasi yang telah terjadi. Noah pun lekas mencari sosok pria yang selama ini ia panggil sebagai "Tuan Pembunuh." Saat itu ia juga hendak menanyakan sesuatu padanya.“Setelah aku berpikir tentang jati diri orang itu sebenarnya. Tiba-tiba aku bisa melihat dan mendengar lagi. Tapi sekarang ke mana dia?”Halbert menghilang tanpa berkata apa-apa pada Noah. Dirinya sedang dalam kondisi kebingungan, ada banyak hal yang masih harus ia lakukan serta pikirkan. Entah itu urusan pengkhianatan Gaston atau bahkan dirinya sendiri yang hidup sebagai Undead. “Masih ada yang tidak aku ketahui tentang tu