Share

14. Kekacauan yang tercipta

"Tidak! Jangan laporkan Mbak pada polisi, Dito! Jangan ..." Mbak Rini langsung berlutut di kakiku.

Ia memeluk kakiku erat seraya memohon, tak kupedulikan isak tangisnya yang terdengar pilu menyayat hati. Aku tahu dia takut dan merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada calon anakku. Tapi rasa bersalahnya tak mampu mengobati kepedihanku yang kehilangan buah hati.

Sungguh tega ia melukai bayiku yang masih berada di dalam kandungan. Bayi yang aku harapkan kehadirannya dengan sepenuh hati.

"Itu memang pantas Mbak dapatkan! Tega sekali Mbak melakukan hal keji itu pada anak dan istriku!"

Aku menyentak kakiku kasar, mendorong tubuh wanita itu menjauh dariku. Hingga dia terjerembak ke belakang. Masih dalam keadaan terduduk di lantai, Mbak Rini kembali memohon padaku.

"Mbak mohon, Dito. Kasihan anak-anak Mbak, jika Mbak kamu kirim ke penjara, siapa yang akan mengurus mereka? Mereka masih kecil-kecil. Mbak khilaf, Dito. Ini semua juga karena istrimu yang memprovokasi Mbak, jika tidak ...
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status