“Apa kalian siap?” tanya Penatua Mang. “Cepatlah! Aku sudah tidak sabar menghabisinya,” balas Huang Qin. “Baiklah kalau begitu. MULAI!” Wusss Srakkk Lin Feng dengan gerakan yang sangat cepat muncul dihadapan Huang Qin sebelum Huang Qin bahkan sempat berkedip. Dia memenggal kepalanya tanpa banyak bersusah payah. Huang Qin yang berada di tahap pemula kesembilan tewas terpenggal oleh Lin Feng dalam sekejap mata. Patriark Zhen Li berdiri dari kursinya, mengerjapkan mata tidak percaya. “Dia membunuhnya tanpa rasa berdosa,” gumamnya melihat Lin Feng yang tersenyum saat membunuh Huang Qin. Beberapa tetuapun berdiri dari kursinya, terhentak kaget. “Dari mana monster seperti itu berasal?” Murid-murid yang menyaksikan menjadi hening. Mereka menjadi sedikit ketakutan terhadap Lin Feng bahkan dikalangan murid inti sekte yang menyaksikan. Penatua Mang tidak bisa berkata-kata, Lin Feng memenangkan pertarungan bebas dalam waktu singkat. Tetua Zhang tampak mengkhawatirkan Lin Feng.“Meskipun
Di Sekte Gunung Petir, Brakkk Huang Do menggebrak meja yang ada di hadapannya. “Kurang ajar … siapa yang berani terhadap Klan Huang?” “Apa yang terjadi?” tanya Patriark Sekte Gunung Petir yang sekaligus merupakan guru dari Huang Do, Patriark Hu. Huang Do merupakan murid inti Sekte Gunung Petir dan juga salah satu murid kesayangan dari Patriark Hu. “Guru, aku akan pergi ke Sekte Pedang Api. Saudaraku telah dihabisi dan aku harus membalaskan dendam,” balas Huang Do. “Pergilah! Jika Sekte Pedang Api berani bermacam-macam, aku akan turun tangan,” ujar Patriark Hu. *** Huang Do melesat bersama dua orang temannya yang sesama murid inti Sekte Gunung Petir. Setelah sampai di Sekte Pedang Api, mereka dengan mudah menerobos masuk melewati barisan penjagaan tanpa melalui pintu gerbang sekte. Huang Do mengamuk mencari-cari Lin Feng di sebuah arena yang ada di Sekte Pedang Api. “Siapa yang bernama Lin Feng? Berikan kepalanya atau aku akan menghancurkan Sekte Pedang Api!” Duarrr Duarrr
“Klan Huang sangat berambisi menghabisiku.” Lin Feng menghela nafas, kemudian bertanya kepada Wang Ru dan Min Chu. “Sehebat apa mereka?” “Mereka berani berbuat onar di sekte. Sudah pasti mereka sangat hebat. Lebih baik kamu kabur Saudara Feng,” saran Min Chu. “Kabur? Tidak … Dimana mereka? Ayu kita ke sana!” “Apa kamu yakin?” Wang Ru dan Min Chu menganggap Lin Feng mencari mati. Lin Feng tidak menghiraukan Wang Ru dan Min Chu yang menyuruhnya kabur. Dia melesat menuju ke tempat Huang Do dan dua temannya. Dia merasa harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Sementara itu, Patriark Zhen Li, Tetua Zhang dan tetua lainnya masih berusaha menghalangi Huang Do dan kedua temannya. Mereka mengepung Huang Do dan dua temannya dari segala sisi. “Anak muda, lebih baik kalian pergi dari sekte ini! Sekte kami tidak akan pernah menyerahkan satupun murid tewas di tangan kalian,” usir Patriark Zhen Li. “Benar … lebih baik sekte kami hancur dan kami mati di tangan kalian daripada harus m
Meskipun Sekte Pedang Api tidak bisa melindunginya dengan kekuatan sekte yang lemah, Lin Feng tidak menyesal memilih masuk Sekte Pedang Api. Dia bertekad membuat nama sektenya membumbung tinggi. Lin Feng melesat meninggalkan Sekte Pedang Api. Dia tampak marah karena Klan Huang tidak berhenti mengganggunya. “Aku akan ke Kota Kincir Angin dan memberi Klan Huang sedikit pelajaran,” gumamnya. Lin Feng setara dengan Patriark Huang Li yang berada di tahap pemula kelima beberapa bulan yang lalu. Namun sekarang, kekuatannya sudah meningkat beberapa tingkatan. Dengan kekuatannya itu, Lin Feng sangat yakin dapat memporak-porandakan Klan Huang seorang diri. Namun, dia hanya akan memberi sedikit pelajaran terhadap klan huang. Selang beberapa hari, Lin Feng sampai di Kota Kincir Angin. Dia langsung melesat menuju ke markas Klan Huang. “Aku akan menghabisi para petinggi Klan Huang,” gumam Lin Feng setelah sampai di dekat markas klan. Lin Feng lalu melangkah ke gerbang Klan Huang. “Siapa kamu
Kekaisaran Qilin merupakan salah satu dari kekaisaran besar di benua tengah. Wilayahnya mencakup tiga kerajaan besar yang bernama Paviliun Merak, Teratai Emas, dan Istana Bintang. Masing-masing kerajaan itu terdiri dari puluhan sampai ratusan provinsi. Lin Feng sendiri berada di wilayah Provinsi Bintang Biru kekuasaan Kerajaan Istana Bintang. Dia melanjutkan perjalanan dengan menaiki kereta saudagar di samping tempat kusir, diiringi lima orang pengawal yang mengendarai kuda. “Tuan muda, kemana tujuanmu?” tanya Pemimpin Pengawal. “Aku tidak tahu, aku pergi kemana langkah kakiku sampai.” Lin Feng menghela nafas, kemudian melanjutkan perkataannya, “hanya saja, aku memiliki tujuan menumpas kejahatan di dunia ini. Aku tidak ingin orang-orang hidup sebatang kara dan mengalami nasib sepertiku yang kehilangan sebuah keluarga.” Saudagar yang ada didalam keretapun menjadi iba terhadap Lin Feng. “Anak muda, aku turut berduka atas kejadian tragis yang kamu alami. Akupun berterima kasih karena
Lin Feng dan lainnya bergegas melangkah keluar dari benteng. “Tuan, bisakah kamu menjelaskan tentang organisasimu? Aku sangat tertarik dengan organisasimu itu,” tanya Lin Feng ke Pemimpin Pengawal. Pemimpin Pengawal kemudian menjelaskan jika anggota organisasi tentara bayaran memiliki beberapa tingkatan dari bintang 1 sampai bintang 5. Semakin tinggi bintangnya, semakin sulit misi dan tugas yang dilakukan. Pemimpin Pengawal dan keempat bawahannya itu sendiri merupakan anggota tentara bayaran bintang 1 yang mendapat misi pengawalan. “Bisakah aku bergabung dengan organisasimu?” Lin Feng yang tertarik, ingin mencoba bergabung dengan organisasi itu. “Tentu saja bisa, tuan muda bisa bergabung dengan mendatangi markas cabang organisasi.” “Baiklah, aku akan bergabung dengan organisasi tentara bayaran,” balas Lin Feng. Rombongan kereta mereka terus melesat dan tak lama mereka sampai di sebuah kota yang berdekatan dengan benteng. Mereka berhenti di depan sebuah penginapan. Saudagar di
Kota Daun Putih merupakan wilayah yang berdekatan dengan pegunungan es. Beberapa manusia bar-bar yang disebut sebagai manusia gunung masuk ke dalam kota dan memakan manusia. Walikota telah mengerahkan banyak prajurit kota untuk menghadapi manusia gunung, namun mereka kualahan menghadapinya. Begitupun dengan ribuan prajurit provinsi Dandong yang dikerahkan untuk membantu prajurit kota yang juga kualahan. Oleh karena itulah penguasa provinsi Dandong menyewa cukup banyak tentara bayaran. Lin Feng sampai di Kota Daun Putih. Dia melihat ribuan prajurit melesat ke utara. Diapun mengikuti ribuan prajurit itu sampai di wilayah perbatasan kota dengan pegunungan es. Di sana, beberapa barak didirikan sebagai tempat beristirahat bagi para prajurit. Terlihat pula tembok besar yang terbuat dari lapisan es tebal yang merupakan benteng pertahanan. Namun, sebagian dari benteng hancur oleh manusia gunung. Lin Feng menaiki benteng es dan diluar benteng ternyata ribuan prajurit sedang bertempur denga
Satu persatu manusia gunung bergerak mundur karena terancam oleh Lin Feng yang terlihat seperti monster. Srakkk Srakkk Srakkk Lin Feng tidak begitu saja membiarkan manusia gunung kabur. Dia mengejar dan menebas kepala mereka satu persatu. Namun, manusia gunung yang terpencar kesana kemari membuat Lin Feng kesulitan untuk mengejar semuanya. “Kejar dan habisi mereka!” teriak Lin Feng ke ribuan prajurit. Namun, tidak dihiraukan oleh mereka yang sudah kelelahan. Para prajurit kelelahan akibat pertempuran yang berlangsung cukup lama menghadapi manusia gunung. Melihat manusia gunung yang bergerak mundur, mereka pun ikut bergerak mundur, kembali masuk ke dalam benteng untuk beristirahat. Lin Feng tersenyum kecut. Bukannya mengejar manusia gunung, para prajurit kota dan provinsi justru ikut mundur. Lin Feng mendekat ke ratusan tentara bayaran yang masih bertahan menunggu komando dari pemimpin mereka yang berada di atas benteng. “Apa kalian juga akan ikut mundur? Ayu kejar dan habisi m