Share

Chapter 6

Alexis menggerakkan lengannya dan jari-jemarinya. Kedua matanya yang masih terbelalak sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan takjud dan tidak percaya yang ada. Apakah dia sedang bermimpi? Bagaimana bisa lengannya yang telah putus dapat kembali?

Menatap kembali wanita berambut hitam yang tersenyum kepadanya, Alexis tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu dia harus mengucapkan terima kasih akan keajaiban yang diberikan padanya, tapi dia benar tidak dapat menemukan suaranya.

Menggerakkan tangannya lagi, telapak tangan wanita berambut hitam itu terarah pada Alexis. Cahaya hangat kembali muncul dan menyembuhkan luka-luka lainnya yang ada. Badannya yang terasa berat menjadi ringan, dan meski tidak pulih seratus persen, dia tahu, dirinya telah selamat dari pintu kematian.

Menatap terus wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh lukanya, Alexis kemudian mengucapkan terima kasih dengan ekspresi tidak percaya yang masih belum menghilang di wajahnya. Suaranya bergetar pelan. "T-terima kasih..."

Wanita berambut hitam itu tersenyum melihat reaksi Alexis. Perlahan, dia kemudian mengarahkan pandangannya pada Sion dan para pengawal yang juga sedang menatapnya. Ekspresi wajah mereka sama dengam Alexis, yakni; tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Bangkit berdiri, dia kemudian berjalan mendekati George.

George tidak tahu harus berkata apa. Menatap wanita yang tersenyum dan menunjuk kaki kirinya yang hilang, dia merasa dunia bagaikan berhenti berputar. Apakah ini nyata? Apakah wanita ini ingin menumbuhkan kakinya yang hilang tujuh belas tahun yang lalu seperti halnya lengan Alexis?

Masih tersenyum, wanita berambut hitam tersebut menyuruh George duduk dan melepaskan kaki pasak kayunya dengan bahasa tubuh. Penuh keraguan dan ketidak percayaan, pengawal paruh baya tersebut dengan segera menurutinya.

Melepaskan kaki pasak kayunya, George menatap penuh antisipasi wanita berambut hitam tersebut, begitu juga dengan Sion dan yang lainnya, dan keajaiban pun terjadi sekali lagi. Dalam tatapan tidak percaya semua yang ada, kaki George kembali terbentuk dengan sempurna.

Thermis yang melihat dua keajaiban tersebut tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Berlari dan berlutut di samping wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh luka di sekujur badan George, dia segera membuka penutup mata kanannya yang hilang karena kecelakaan semasa kecil. Menatap penuh harap, suaranya bergetar. "B-bisakah kau menyembuhkanku?"

Mata wanita itu berkedip beberapa kali karena tertegun dengan sikap Thermis. Dia tidak mengerti ucapannya, tapi melihat mata kanan yang hilang serta bekas luka di wajahnya, dia bisa mengerti maksud ucapan wanita berambut perak tersebut.

Tersenyum, telapak tangan kanan wanita berambut hitam itu menyentuh dan menutup mata kanan Thermis. Cahaya hangat kembali muncul, dan Thermis bisa merasakan kehangatan disertai rasa gatal pada matanya yang hilang.

Lalu, saat wanita itu menurunkan tangannya, Thermis merasakan sendiri keajaiban yang dilihatnya terjadi pada Alexis dan George. Mata kanannya yang hilang telah kembali, dia bisa melihat sekelilingnya dengan sempurna lagi.

Menatap wanita di depannya yang tersenyum begitu lembut kepadanya, air mata mengalir turun menuruni pipi Thermis. Menangkap telapak tangan wanita itu, dia mengucapkan terima kasih dalam isak tangis kebahagiaannya. "T-Terima kasih, terima kasih, terima kasih..."

Kecelakaan yang menyebabkan mata kanannya buta adalah kecelakaan tidak sengaja yang dilakukan adiknya. Meski Thermis tidak mempermasalahkannya, tapi tidak untuk adiknya. Penyesalan dan perasaan bersalah sang adiknya setiap kali melihat wajahnya, dan itu membuat hubungan mereka yang awalnya dekat menjadi jauh. Karena itulah, betapa berterima kasih Thermis pada wanita di depannya. Dia tidak hanya menyembuhkan matanya, tapi, dia juga telah menghapus penyesalan dan perasaan bersalah adiknya.

Wanita berambut hitam tersebut tertawa dan menggeleng kepala. Dia memang tidak mengerti bahasa yang digunakan Thermis, tapi dia tidak perlu siapapun untuk menjelaskan padanya maksud pengawal wanita tersebut. Air mata dan senyum di wajah telah menjawab segalanya.

Menatap Sion dan yang lainnya lagi, wanita berambut hitam tersebut kemudian kembali menyembuhkan luka-luka di sekujur tubuh mereka. Hanya saja, belum sempat dia menyembuhkan Reis yang merupakan orang terakhir, suara tangisan bayi tiba-tiba terdengar.

"Owa... Owa...."

Seketika, wanita berambut hitam itu menoleh ke arah sumber suara yang berupa tangisan seorang bayi, begitu juga dengan pria berambut hitam yang dari tadi duduk diam di samping menatap mereka

"Biar aku saja." Ujar pria berambut hitam tersebut dengan bahasa yang tidak dimengerti Sion dan pengawalnya. Berdiri, dia segera berjalan menuju ayunan yang tadi digoyang sang wanita.

Kedua serigala perak besar yang ada segera berdiri dari posisi berbaring mereka yang mengelilingi ayunan dan membuka jalan untuk sang pria. Tersenyum, pria itu kemudian mengendong seorang bayi yang menangis dari ayunan dan menenangkannya. "Jangan menangis, Xing Xing. Mama sedang sibuk, Papa di sini."

Wanita berambut hitam tersenyum melihat itu. Tertawa pelan, dia kemudian menoleh kembali pada Reis dan mulai menyembuhkan luka disekujur tubuhnya.

Berjalan mendekat dengan bayi kecil yang telah tenang dalam gendongannya, pria itu menuju arah sang wanita. Kedua serigala perak besar yang ada juga mengikuti dari belakang bagaikan pengawal setia yang selalu menjaga tuan mereka.

Berdiri, wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan luka Sion dan pengawalnya menepuk-nepuk ujung pakaiannya yang berupa sehelai gaun putih polos. Tersenyum dia dengan segera mengendong bayi kecil yang segera menjulurkan tangan kepadanya. Tawa bahagia memenuhi wajah sang bayi saat berada dalam pelukan hangat sang wanita.

Keluarga.

Sion dan para pengawalnya yakin, yang ada di depan mereka adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak, sebab bayi kecil tersebut juga memiliki mata dan rambut berwarna hitam.

Tersenyum, pria berambut hitam yang melihat Sion dan lainnya telah sembuh dari segala luka yang ada kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Ling" ujarnya. Menunjuk sang wanita, dia kemudian berujar. "Yue."

Dari gerak-gerik dan ucapannya, Sion berserta pengawalnya dapat menangkap maksud pria tersebut. Dia sedang memperkenalkan nama mereka.

Tertawa melihat Sion dan yang lainnya mengerti maksudnya, Ling kemudian mengelus kepala bayi berusia sekitar sepuluh bulan dalam gendongan Yue. Kasih sayang dan kebanggaan memenuhi matanya saat menetap putrinya yang cantik. "Xing Xing."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status