Share

Chapter 5

Sion dan pengawalnya tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Dunia di luar pintu gua yang mereka lihat bukanlah tempat yang mereka kenal. Cahaya matahari sore dan langit tetap sama, tetapi sekeliling mereka terasa sungguh aneh. Pohon-pohon yang ada sangat besar dan tua, bahkan banyak dari pohon, tumbuhan dan bunga yang mereka lalui adalah jenis tumbuhan yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Udara yang ada juga sangat bersih dan segar. Tempat ini terasa seakan bukanlah lagi benua Avelon di mana mereka hidup.

Berlari mengikuti pria berambut hitam bagaikan langit malam tersebut, Sion dan yang lainnya menatap lekat punggunya. Mereka yakin dia manusia, secara fisik, dia tidak berbeda dengan mereka. Kalaupun yang ada, perbedaannya terletak pada warna kulit putih bersih, garis-garis muka dan juga warna rambut serta mata.

"Alexis," memanggil Alexis yang ada di punggungnya, Harris menoleh menatap wajah pucat pasi rekannya tersebut. "Kau masih hidup, kan?"

Alexis tertawa pelan mendengar pertanyaan Harris. Dia tidak pernah tahu jika Harris yang memiliki badan paling besar dalam The Sun Orders, kesatuan pengawal kaisar Herriors adalah orang yang penuh kekhwatiran. "T-tenang, a-aku pasti akan mentraktirmu bir... "

"Bagus kalau begitu." Senyum Harris. Jika Alexis masih bisa tertawa dan bercanda sepert ini, setidaknya dia masih bisa bertahan sampai tempat tujuan yang tidak diketahui mereka kecuali pria berambut hitam di depan.

Saat mereka keluar dari gua, keadaan Alexis menjadi semakin parah. Ophelia yang memiliki ilmu pengobatan paling baik diantara The Sun Order berusaha sebisa mungkin melakukan pengobatan. Namun, pria berambut hitam itu menghentikannya. Pria aneh itu menggeleng kepala dan terus mengucapkan satu kata pada mereka semua, yakni; ikut.

Sion dan yang lainnya segera menyadari sesuatu saat melihat dan mendengar ucapan pria tersebut, yakni; bahasa mereka yang tidak nyambung. Tapi, meski mereka tidak dapat berkomunikasi, mereka tahu, pria itu ingin mereka mengikutinya.

Keadaan sekeliling memang terlihat aman, tapi tempat mereka berada ada tempat yang asing bagi Sion dan pengawalnya. Mereka tidak tahu bahaya apa saja yang bisa tiba-tiba muncul. Hanya saja, mereka juga takut Alexis tidak akan dapat bertahan jika meneruskan perjalanan dengan kondisi seperti sekarang ini.

Alexis yang sadar akan dilema tuan dan juga rekannya kemudian membuka mulut meminta mereka mengikuti pria berambut hitam tersebut. Dia tidak ingin membahayakan orang-orang yang penting baginya. Jika dia akan mati, dia akan menerimanya dengan lapang dada, dan yang paling penting, dia tidak ingin menjadi beban.

Semakin jauh mereka berlari, Sion dan para pengawalnya bisa melihat pohon-pohon besar yang ada semakin sedikit. Lalu, telinga mereka menangkap suara merdu dan jernih yang sedang bernyanyi pelan.

Pà nǐ fēi yuǎn qù pà nǐ lí wǒ ér qù

Sekali lagi, seperti pria di depan mereka yang sempat menggunakan bahasa aneh, baik Sion maupun para pengawalnya kembali kebingungan dengan bahasa yang tidak pernah didengar mereka selama ini.

Gèng pà nǐ yǒng yuǎn tíng liú zài zhè lǐ

Pria berambut hitam tersebut tertawa pelan begitu mendengar suara nyanyian yang ada. Tidak peduli kebingungan Sion dan yang lainnya, dia berlari semakin cepat ke sumber suara.

Měi yī dī lèi shuǐ dōu xiàng nǐ liú tǎng qù

Berhenti berlari, pria tersebut kemudian tersenyum sangat lebar menatap ke depan. Kedua mata hitamnya berbinar sangat cemerlang, kebahagiaan dan kekaguman terpancar jelas di wajahnya yang tampan. Dia bagaikan sedang melihat sesuatu yang paling indah sekaligus paling berharga di dunia.

Ikut berhenti, Sion dan para pengawalnya juga menatap sumber suara nyanyian, dan seketika mereka semua tertegun dengan apa yang dilihat mereka.

Seorang wanita.

Di bawah sebatang pohon besar dan rindang, dengan dua ekor serigala besar berwarna perak serta binatang-binatang hutan seperti burung, tupai, rusa dan bahkan beruang mengelilinginya, seorang wanita muda bernyanyi lembut sambil mengayun sebuah ayunan kecil. Mata dan rambut wanita itu sehitam langit malam tanpa bintang, kulitnya putih cemerlang, dan garis wajahnya yang unik sangat cantik hingga memesonakan mereka yang melihat.

Dào liú jìn tiān kōng de hǎi d—

"Yue!!!!" pria berambut hitam tersebut berteriak keras dan melambaikan tangannya penuh semangat kepada wanita berambut hitam tersebut.

Berhenti bernyanyi, mata hitam wanita tersebut menoleh kepada sumber suara. Melihat sosok pria berambut hitam, Sion dan para pengawalnya, dia tertegun. Namun, sejenak kemudian, dia langsung berdiri dan menoleh pada kedua serigala besar yang mengelilinginya. "Jaga Xing Xing."

Selesai mengucapkan itu, wanita tersebut segera berlari ke arah pria berambut hitam, Sion dan yang lainnya. Kedua serigala besar yang melihat wanita tersebut berlari meninggalkan mereka juga segera bergerak semakin dekat dan mengelilingi ayunan kecil yang ada, begitu juga dengan binatang-binatang hutan lainnya.

"Yue, aku butuh bantuanmu." Ujar pria berambut hitam itu sambil tersenyum. Namun, dengan cepat wanita berambut hitam itu berjalan melewatinya menuju Sion dan pengawalnya. Dia tidak mempedulikan pria berambut hitam itu sedikitpun.

Mendekati Sion dan yang lainnya, mata hitamnya kemudian jatuh pada sosok Alexis yang berada di punggung Harris. Sebuah kerutan kecil memenuhi wajah cantiknya. Menatap Harris, dia berujar pelan. "Turunkan dia."

Harris kebingungan dengan apa yang dikatakan wanita cantik berambut hitam tersebut. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa yang tidak dimengertinya. Menatap Sion dan yang lainnya bingung, dia meminta pertolongan. Dia selalu merasa kesulitan saat berhadapan dengan wanita cantik, dan kesulitan itu semakin parah karena wanita di depannya terlalu cantik hingga memesona siapapun yang melihatnya.

"Mereka tidak mengerti bahasa kita, Yue," ujar pria berambut hitam pelan dan berjalan medekati mereka, "Kau harus menggunakan bahasa tubuh." menunjuk Alexis sambil menatap Harris, dia mencoba memperagakan gerakan memintanya menurunkan pria berambut merah tersebut.

Mengerti apa yang diinginkan wanita berambut hitam tersebut, Harris dengan cepat dan hati-hati menurunkan Alexis yang ajaibnya masih sadar dalam kondisi yang sangat parah.

Berlutut di depan Alexis, dengan hati-hati wanita berambut hitam tersebut membuka perban penuh darah yang membalut luka pria tersebut. Mengangkat kedua telapak tangannya, cahaya lembut berwarna emas tiba-tiba bersinar terang.

Menggerakkan jari-jemari kedua tangannya dengan lugas dan lembut dalam gerakan seakan menarik sesuatu, wanita berambut hitam tersebut berkonsentrasi penuh pada luka Alexis.

Keajaiban.

Sion dan para pengawalnya menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata mereka sekarang. Dari ujung luka lengan Alexis yang terputus, jaringan-jaringan darah merambat keluar. Semakin lama semakin banyak dan memanjang, jaringan-jaringan tersebut kemudian bersatu dan mulai berbentuk sebuah tangan.

"B-bagaimana bisa?" bergumam tidak percaya, Ophelia menatap keajaiban di depannya.

Di dunia ini, ada kekuatan penyembuh yang mampu menyembuhkan luka. Kekuatan penyembuh sendiri adalah kekuatan yang biasanya hanya dimiliki oleh seorang pendeta. Kekuatan yang dipercaya mereka berasal dari dewa yang mereka sembah. Kemampuan penyembuh wanita berambut hitam tersebut terlihat jelas seperti kekuatan penyembuh. Namun, tidak pernah Ophelia mendengar ada kekuatan penyembuh yang mampu mengembalikan bagian badan seseorang yang putus. Bahkan Saintess yang disebut sebagai utusan dewa juga tidak memiliki kemampuan tersebut.

Semakin berbentuk, otot mulai muncul pada jaringan-jaringa tersebut, lalu—kulit. Dalam waktu beberapa menit, lengan Alexis yang terputus telah terbentuk kembali dengan sempurna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status