Sion dan pengawalnya tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Dunia di luar pintu gua yang mereka lihat bukanlah tempat yang mereka kenal. Cahaya matahari sore dan langit tetap sama, tetapi sekeliling mereka terasa sungguh aneh. Pohon-pohon yang ada sangat besar dan tua, bahkan banyak dari pohon, tumbuhan dan bunga yang mereka lalui adalah jenis tumbuhan yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Udara yang ada juga sangat bersih dan segar. Tempat ini terasa seakan bukanlah lagi benua Avelon di mana mereka hidup.
Berlari mengikuti pria berambut hitam bagaikan langit malam tersebut, Sion dan yang lainnya menatap lekat punggunya. Mereka yakin dia manusia, secara fisik, dia tidak berbeda dengan mereka. Kalaupun yang ada, perbedaannya terletak pada warna kulit putih bersih, garis-garis muka dan juga warna rambut serta mata."Alexis," memanggil Alexis yang ada di punggungnya, Harris menoleh menatap wajah pucat pasi rekannya tersebut. "Kau masih hidup, kan?"Alexis tertawa pelan mendengar pertanyaan Harris. Dia tidak pernah tahu jika Harris yang memiliki badan paling besar dalam The Sun Orders, kesatuan pengawal kaisar Herriors adalah orang yang penuh kekhwatiran. "T-tenang, a-aku pasti akan mentraktirmu bir... ""Bagus kalau begitu." Senyum Harris. Jika Alexis masih bisa tertawa dan bercanda sepert ini, setidaknya dia masih bisa bertahan sampai tempat tujuan yang tidak diketahui mereka kecuali pria berambut hitam di depan.Saat mereka keluar dari gua, keadaan Alexis menjadi semakin parah. Ophelia yang memiliki ilmu pengobatan paling baik diantara The Sun Order berusaha sebisa mungkin melakukan pengobatan. Namun, pria berambut hitam itu menghentikannya. Pria aneh itu menggeleng kepala dan terus mengucapkan satu kata pada mereka semua, yakni; ikut.Sion dan yang lainnya segera menyadari sesuatu saat melihat dan mendengar ucapan pria tersebut, yakni; bahasa mereka yang tidak nyambung. Tapi, meski mereka tidak dapat berkomunikasi, mereka tahu, pria itu ingin mereka mengikutinya.Keadaan sekeliling memang terlihat aman, tapi tempat mereka berada ada tempat yang asing bagi Sion dan pengawalnya. Mereka tidak tahu bahaya apa saja yang bisa tiba-tiba muncul. Hanya saja, mereka juga takut Alexis tidak akan dapat bertahan jika meneruskan perjalanan dengan kondisi seperti sekarang ini.Alexis yang sadar akan dilema tuan dan juga rekannya kemudian membuka mulut meminta mereka mengikuti pria berambut hitam tersebut. Dia tidak ingin membahayakan orang-orang yang penting baginya. Jika dia akan mati, dia akan menerimanya dengan lapang dada, dan yang paling penting, dia tidak ingin menjadi beban.Semakin jauh mereka berlari, Sion dan para pengawalnya bisa melihat pohon-pohon besar yang ada semakin sedikit. Lalu, telinga mereka menangkap suara merdu dan jernih yang sedang bernyanyi pelan.Pà nǐ fēi yuǎn qù pà nǐ lí wǒ ér qùSekali lagi, seperti pria di depan mereka yang sempat menggunakan bahasa aneh, baik Sion maupun para pengawalnya kembali kebingungan dengan bahasa yang tidak pernah didengar mereka selama ini.Gèng pà nǐ yǒng yuǎn tíng liú zài zhè lǐPria berambut hitam tersebut tertawa pelan begitu mendengar suara nyanyian yang ada. Tidak peduli kebingungan Sion dan yang lainnya, dia berlari semakin cepat ke sumber suara.Měi yī dī lèi shuǐ dōu xiàng nǐ liú tǎng qùBerhenti berlari, pria tersebut kemudian tersenyum sangat lebar menatap ke depan. Kedua mata hitamnya berbinar sangat cemerlang, kebahagiaan dan kekaguman terpancar jelas di wajahnya yang tampan. Dia bagaikan sedang melihat sesuatu yang paling indah sekaligus paling berharga di dunia.Ikut berhenti, Sion dan para pengawalnya juga menatap sumber suara nyanyian, dan seketika mereka semua tertegun dengan apa yang dilihat mereka.Seorang wanita.Di bawah sebatang pohon besar dan rindang, dengan dua ekor serigala besar berwarna perak serta binatang-binatang hutan seperti burung, tupai, rusa dan bahkan beruang mengelilinginya, seorang wanita muda bernyanyi lembut sambil mengayun sebuah ayunan kecil. Mata dan rambut wanita itu sehitam langit malam tanpa bintang, kulitnya putih cemerlang, dan garis wajahnya yang unik sangat cantik hingga memesonakan mereka yang melihat.Dào liú jìn tiān kōng de hǎi d—"Yue!!!!" pria berambut hitam tersebut berteriak keras dan melambaikan tangannya penuh semangat kepada wanita berambut hitam tersebut.Berhenti bernyanyi, mata hitam wanita tersebut menoleh kepada sumber suara. Melihat sosok pria berambut hitam, Sion dan para pengawalnya, dia tertegun. Namun, sejenak kemudian, dia langsung berdiri dan menoleh pada kedua serigala besar yang mengelilinginya. "Jaga Xing Xing."Selesai mengucapkan itu, wanita tersebut segera berlari ke arah pria berambut hitam, Sion dan yang lainnya. Kedua serigala besar yang melihat wanita tersebut berlari meninggalkan mereka juga segera bergerak semakin dekat dan mengelilingi ayunan kecil yang ada, begitu juga dengan binatang-binatang hutan lainnya."Yue, aku butuh bantuanmu." Ujar pria berambut hitam itu sambil tersenyum. Namun, dengan cepat wanita berambut hitam itu berjalan melewatinya menuju Sion dan pengawalnya. Dia tidak mempedulikan pria berambut hitam itu sedikitpun.Mendekati Sion dan yang lainnya, mata hitamnya kemudian jatuh pada sosok Alexis yang berada di punggung Harris. Sebuah kerutan kecil memenuhi wajah cantiknya. Menatap Harris, dia berujar pelan. "Turunkan dia."Harris kebingungan dengan apa yang dikatakan wanita cantik berambut hitam tersebut. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa yang tidak dimengertinya. Menatap Sion dan yang lainnya bingung, dia meminta pertolongan. Dia selalu merasa kesulitan saat berhadapan dengan wanita cantik, dan kesulitan itu semakin parah karena wanita di depannya terlalu cantik hingga memesona siapapun yang melihatnya."Mereka tidak mengerti bahasa kita, Yue," ujar pria berambut hitam pelan dan berjalan medekati mereka, "Kau harus menggunakan bahasa tubuh." menunjuk Alexis sambil menatap Harris, dia mencoba memperagakan gerakan memintanya menurunkan pria berambut merah tersebut.Mengerti apa yang diinginkan wanita berambut hitam tersebut, Harris dengan cepat dan hati-hati menurunkan Alexis yang ajaibnya masih sadar dalam kondisi yang sangat parah.Berlutut di depan Alexis, dengan hati-hati wanita berambut hitam tersebut membuka perban penuh darah yang membalut luka pria tersebut. Mengangkat kedua telapak tangannya, cahaya lembut berwarna emas tiba-tiba bersinar terang.Menggerakkan jari-jemari kedua tangannya dengan lugas dan lembut dalam gerakan seakan menarik sesuatu, wanita berambut hitam tersebut berkonsentrasi penuh pada luka Alexis.Keajaiban.Sion dan para pengawalnya menatap tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata mereka sekarang. Dari ujung luka lengan Alexis yang terputus, jaringan-jaringan darah merambat keluar. Semakin lama semakin banyak dan memanjang, jaringan-jaringan tersebut kemudian bersatu dan mulai berbentuk sebuah tangan."B-bagaimana bisa?" bergumam tidak percaya, Ophelia menatap keajaiban di depannya.Di dunia ini, ada kekuatan penyembuh yang mampu menyembuhkan luka. Kekuatan penyembuh sendiri adalah kekuatan yang biasanya hanya dimiliki oleh seorang pendeta. Kekuatan yang dipercaya mereka berasal dari dewa yang mereka sembah. Kemampuan penyembuh wanita berambut hitam tersebut terlihat jelas seperti kekuatan penyembuh. Namun, tidak pernah Ophelia mendengar ada kekuatan penyembuh yang mampu mengembalikan bagian badan seseorang yang putus. Bahkan Saintess yang disebut sebagai utusan dewa juga tidak memiliki kemampuan tersebut.Semakin berbentuk, otot mulai muncul pada jaringan-jaringa tersebut, lalu—kulit. Dalam waktu beberapa menit, lengan Alexis yang terputus telah terbentuk kembali dengan sempurna.Alexis menggerakkan lengannya dan jari-jemarinya. Kedua matanya yang masih terbelalak sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan takjud dan tidak percaya yang ada. Apakah dia sedang bermimpi? Bagaimana bisa lengannya yang telah putus dapat kembali?Menatap kembali wanita berambut hitam yang tersenyum kepadanya, Alexis tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu dia harus mengucapkan terima kasih akan keajaiban yang diberikan padanya, tapi dia benar tidak dapat menemukan suaranya.Menggerakkan tangannya lagi, telapak tangan wanita berambut hitam itu terarah pada Alexis. Cahaya hangat kembali muncul dan menyembuhkan luka-luka lainnya yang ada. Badannya yang terasa berat menjadi ringan, dan meski tidak pulih seratus persen, dia tahu, dirinya telah selamat dari pintu kematian.Menatap terus wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh lukanya, Alexis kemudian mengucapkan terima kasih dengan ekspresi tidak percaya yang masih belum menghilang di wajahnya. Suaranya bergetar pelan. "
"Aku benar-benar bisa melihat dengan sempurna!!" berseru penuh kebahagiaan, Thermis menatap Nilla yang sedari tadi terus mengamati mata kanannya."Bagaimana bisa?" gumam Nilla pelan. Sadar akan ucapannya yang bisa mengundang salah paham, dia segera menjelaskan. "Ah—maksudku, bagaimana bisa ada kekuatan penyembuh yang bisa menyembuhkan mata seseorang yang telah hancur lima tahun lalu?"Thermis mengangguk kepala, dia mengerti kebingungan Nilla, dan bahkan sesungguhnya dia juga tidak akan percaya dengan kemampuan tersebut jika tidak melihat dan mengalaminya sendiri.Menoleh menatap George yang sedang sparing dengan Reis dan Tiffa, Thermis tersenyum. Dia bisa melihat tawa di wajah George yang terus bergerak dengan cepat dan enerjik. Sepetinya, pria paruh baya tersebut juga sangat bahagia dengan apa yang terjadi padanya. "Tapi, aku tidak peduli. Kurasa George dan Alexis juga tidak peduli," tersenyum lagi, dia menoleh pada Alexis yang duduk tidak jauh darinya. "Benar, kan?"Alexis tertawa k
Duduk mengelilingi api unggun yang dinyalakan, Tiffa menarik selimut yang diberikan Yue kepadanya. Meski berada dalam tempat terbuka pada malam hari, dia tidak merasa kedinginan sedikitpun berkat selimut yang ternyata terbuat dari bulu Fire Bear.Fire Bear.Fire Bear adalah monster sihir besar yang sangat ditakuti banyak orang. Mereka disebut Fire Bear karena mereka bisa menggunkan sihir menyelubungi seluruh tubuh mereka dengan api yng sangat kuat. Mereka juga sangat kuat dan agresif, sekali mengamuk, akan dibutuhkan satu pasukan untuk mengehentikannya. Untungnya, Fire Bear memiliki habitat yang cukup jauh dari pemukiman manusia, mereka bahkan tergolong monster yang langkah. Bulu mereka sendiri bernilai sangat tinggi dan dicari banyak orang, sebab bulu tersebut adalah bahan baku utama untuk membuat Armor tahan akan api yang berkualitas tinggi. Karena itulah, Tiffa tidak mengerti, bagaimana Ling dan Yue memiliki bulu Fire Bear sebanyak ini dan diberikan pada mereka sebagai selimut.Men
Tidak ada yang aneh dalam sup daging buatan Ling. Masakannya sungguh enak. Dengan daging, kentang wortel serta sayuran yang banyak, satu mangkuk sudah cukup mengenyangkan perut Sion dan yang pengawalnya.Mengamati Ling dan Yue yang juga telah selesai makan, Sion melihat sepasang suami-istri itu sedang berbincang penuh senyum dengan Xing Xing yang tertidur pulas dalam pelukan sang ibu. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi mereka terlihat sangat harmonis dan—dapat dipercaya. Bolehkah?—bisakah dia mempercayai mereka yang dia sendiri tidak yakin manusia atau bukan?"Yang Mulia," panggil Ophelia pelan. Dia mengerti sekali apa yang ada dalam pikiran Sion sekarang, sebab, bagaimanapun juga dia melihatnya tumbuh besar. "Hamba merasa, kita bisa meminta bantuan mereka."Sion dan yang lainnya menoleh menatap Ophelia. "Kenapa kau berkata seperti itu, Ophelia?" tanya Sion."Hamba merasa mereka dapat dipercayai." Jawab Ophelia. Kedua matanya menatap lurus Sion tanpa keraguan."Ophelia dan
Nilla kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berusaha memutar otak memikirkan cara menyampaikan keinginan Sion, dia menutup matanya. Membuka mata, dia menghapus semua gambar yang ada dan mulai membuat gambar baru. Menggambar wajah Ling dan Yue sebisa mungkin, dia menarik sebuah garis menghubungkan keduanya, lalu di tengah garis tersebut, dia menarik satu garis turun dan menggambar wajah Xing Xing."Itu kita, kan?" tanya Yue pelan. Kedua mata hitamnya menatap lekat gambar Nilla yang menurutnya sangat bagus. Tangannya menepuk punggung Xing Xing yang masih tertidur pulas meskipun mereka dari tadi bersuara. "Dan, itu gambar silsilah keluarga, kan?""Kurasa juga begitu." Balas Ling. Menatap Nilla bingung, dia tidak tahu apa yang ingin disampaikannya dengan menggambar silsilah keluarga mereka.Nilla mengangkat kepala dan menunjuk gambarnya lalu Ling, Yue dan Xing Xing. Melihat mereka mengangguk kepala tanda mengerti, dia tersenyum dan kembali menggambar sebuah silsilah keluarga denga
Ling memasuki kamar tempat di mana Yue dan Xing Xing berada. Ekspresi datar dan dingin tanpa emosi di wajahnya melembut saat melihat istri dan anaknya yang berbaring di atas tempat tidur. Berjalan mendekat, dia duduk di samping Yue sambil menatap Xing Xing yang telah tenang dan tertidur kembali. "Kau tidak akan berpikir untuk membantu mereka, kan, Yue?" tanyanya pelan tanpa menoleh pada istrinya.Yue tersenyum mendengar pertanyaan Ling. Bangkit dari tempat tidur, dia ikut menatap Xing Xing yang tertidur, "Kau sendiri," balasnya pelan. "Kenapa kau menyelamatkan mereka?""Aku hanya tidak ingin mereka mati disini dan menjadi korup," jawab Ling cepat dan menoleh pada Yue. "Itu akan sangat menyebalkan.""Begitu?" tanya Yue lagi. Mempertahankan senyum di wajah, mata hitamnya menatap lurus Ling.Ling segera melingkar kedua tangannya pada pinggang Yue. "Benar. Kau tahu betapa merepotkannya jiwa dan raga korup, apalagi mereka adalah ksatria.""Baiklah, aku mengerti," balas Yue sambil tertawa k
Sion menatap bangunan rumah di depannya. Kemarin dia memang tidak melihatnya jelas, tapi hari ini, saat matahari telah terbit, dia bisa melihat bahwa rumah ini dibangun dengan sihir. Tanpa paku dan pelekat lainnya, keseluruhan, rumah ini sesungguhnya lebih tepat dikatakan sebuah pohon berbentuk rumah. Menjelajahi sekeliling, Sion bisa melihat kebun kecil dengan berbagai macam sayur dan buah yang tumbuh dengan subur di halaman belakang rumah."Jika tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, hamba tidak akan percaya ada tempat seperti ini dalam Pegunungan Terkutuk Knox." Ujar Serphen yang berada di samping Sion. Mengikuti dan manjaga tuannya dari segala kemungkinan berbahaya yang ada, dia juga mengamati sekeliling rumah.Malam telah berlalu, dan mereka melewatinya dengan tenang. Tidak ada yang aneh, dengan api unggun yang menyala serta selimut dari bulu Fire Bear, mereka berhasil melalui malam tanpa kedinginan."Apakah menurutmu mereka akan bersedia menyembuhkan Ellios, Serphen?" tanya
Pagi hari saat matahari telah terbit, Yue berdiri menatap seisi rumah kecil yang ditempatinya bersama Ling dan Xing Xing. Mereka memang tidak memiliki banyak barang, hanya saja, setelah mereka selesai mengemas barang, kekosongan tetap sangat terasa di setiap sudut ruangan. Tapi, ini adalah yang terbaik—sudah saatnya mereka meninggalkan tempat ini."Kau sudah siap, Yue," berujar pelan Ling berjalan mendekati Yue sambil menggendong Xing Xing. "Kita harus berangkat sekarang."Yue mengangguk kepala dan mengendong Xing Xing yang tertawa sambil menjulurkan tangan padanya.Tersenyum menatap Yue dan Xing Xing, Ling kemudian melepaskan kalung yang dipakainya. Kalung tersebut adalah sebuah kalung dari tali berwarna hitam dengan bandul berupa sebuah permata indah berwarna biru. Mengalungkan kalung tersebut pada Xing Xing, dia tersenyum. "Lindungi Xing Xing, bintang harapan kita semua, orang tua.""Master pasti akan melindungi Xing Xing," tawa Yue melihat apa yang dilakukan Ling. "Bukankah beliau